08|Berusaha Lupa

1.3K 225 28
                                    

"JISOOOOOOO!"

Ingin rasanya Jisoo membekap mulut Jennie pakai bola kasti. Ini sekolah tempat orang-orang belajar, eh seenaknya teriak macam di kebun binatang. Mana teriakin nama Jisoo pula. Kan Jisoo yang ikutan ketiban malu.

"Lo kayaknya perlu pindah sekolah ke RSJ deh!"

"Ish! Diem!" si dedemit malah lebih dulu pasang tangan di depan mulut Jisoo. "lo udah liat mading belum?"

Ah, dari responsnya mah, Jennie tebak pasti belum. Jadi, sebagai teman yang baik, dia bakal kasih tahu biar nggak lama. "Hasil casting drama musikal udah keluar. Lo tahu nggak, lo dapat peran apa?"

Dia kebagian peran? Jisoo mengulum senyum. "Jadi pohon?"

Begitu ringannya, Jennie memukul kepala Jisoo dengan kencang. Ini anak kelewat rendah hati atau rendah diri sih? Suka banget menzolimi diri sendiri.

"Sakit, Babi!"

"Ya lagian gue capek sama lo. Anggapan yang baik dan positif dikit emang nggak bisa? Sebegitu pengennya jadi pohon," celutuk Jennie manyun-manyun. "padahal kebagian peran jadi Mia."

Mulut Jisoo terbuka mendengar dumelan Jennie. Dia bilang apa? "Mia?"

Merotasi bola matanya malas, Jennie mengangguk. "Iya, jadi Mia." tekannya, kemudian menyenggol bahu Jisoo, "cieee... kebagian peran utama."

Jisoo yang masih dalam mode speecless, tak mengubris. Yang bener aja nih dia jadi Mia? Masa sih? Kok bisa?

Anyway, drama musikal ini tuh bertajuk 'La La Land' pasti tahu dong film yang menceritakan kisah cintanya Mia si calon artis sama Sebastian yang berprofesi sebagai musisi yang diproduksi 2016 lalu?

Jadi, Buk Susi ambil tema drama musikal ini berpegangan sama film La La Land itu. Tapi tentu, dengan sedikit banyaknya rombakan biar lebih pantas dan mudah dilakukan anak SMA. Mengingat dan menimbang waktu latihan dan biaya panggung juga.

"Demi apa sih gue kebagian peranin Mia? Ah, lo salah liat kali?" Jisoo ngiranya masih terlalu mustahil kalau dia kebagian peran utama. Ya masalahnya, kemarin kan banyak banget yang ikutan casting.

Jengah dengan otak Jisoo, akhirnya Jennie memutuskan untuk menarik gadis itu berjalan ke arah mading. Biar si Jisoo ngelihat pakai mata kepalanya sendiri.

Sampai di depan mading, Jennie enggak sengaja dorong tubuh Jisoo agak kencang gitu. Padahal mading lumayan rame.

"Aduh!" ringis Jisoo kala tubuh mungilnya terpental dan menabrak orang lain. Setelah melotot geram, namun hanya dibalas cengengesan oleh Jennie, akhirnya ia menoleh ke samping. Berencana minta maaf pada seseorang yang ia tabrak.

"Sorry--eh, Doy?" untung orang ditabraknya Doyoung.

Laki-laki itu mengulas senyum. Menyodongkan tangan kanannya kepada Jisoo. "Selamat ya, Mia?"

Aduh, Jisoo malu udah dipanggil Mia aja. Setelah diterimanya jabat tangan Doyoung sekilas, Jisoo akhirnya merinci lagi tentang peran casting.

"Wah, Doy. Lo yang jadi Sebastian?" sungut Jisoo girang. Dia senang aja kalau seumpamanya dapat rekan yang udah dia kenal. Jadi nanti nggak canggung lagi.

"Hehehe..."

"Wah, Jisoo kita bakal debut aktris nih."

Suara cemprengnya Jimin menginterupsi lorong mading. Seperti yang dilakukan Doyoung tadi, laki-laki itu juga mengulurkan tangannya untuk dijabat Jisoo.

"Selamat ya, Cantik."

"Jim..." ini cuma drama musikal se antero SMA, tapi Jimin bersikap seolah-olah Jisoo kebagian peran jadi artis besar Hollywood aja. Kan malu.

How Can To Be Mine? (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang