"Hiks. Nggak tahu deh bakal se lengang apa gue tanpa lo. Hiks."
Si dramatis queen Jennie berlakon sedih. Dia buat tisu yang ada di tangan untuk menyeka pelupuk mata, padahal setetes saja tak ada air mata di sana. Emang kelewat banyak drama tuh anak.
"Jen, please deh." Jisoo tampaknya jengah.
Jadi, pemberitahuannya akan ada acara camping buat angkatan mereka. Nah, acara begituan pasti banyak hot-hot people dong? Jadi Jennie semangat betul mau ikut.
Tapiii, berhubung Jisoo kan sekarang harus latihan drama, jadi kayaknya dia nggak bisa ikut. Sumpah ya, Jennie tanpa Jisoo itu bener-bener kayak gurun sahara. Gersang. Jennie nggak bisa bayangin, kalau Jisoo nggak ikut. Hiks.
"Masa nggak bisa? Toh cuma tiga hari dua malam. Masa sih, Buk Susi nggak bakal kasih izin?" Jennie lagi dilema. Mau batal ikut, entar buang-buang rezeki dong? Tapi kalau dia ikut, Jisoo enggak? Ih apa-apaan!
"Nggak tahu gue, Jen. Ih udah lah, kan entar ada Jimin, terus ada Nayeon juga." Jisoo sebenarnya juga pengen banget ikut, tapi gimana ya.
"Ck. Yaudah deh," ia pasrah sambil mangut-mangut. "mentang-mentang calon artis. Sibukkk..."
"Yee, Kuyang! Lagian siapa yang nyuruh gue ikut casting drama?"
Jennie menyelipkan poninya ke telinga beberapa kali, sembari berlagak mikir. Setelahnya, dia tersengir. "Laper nih, kantin yuk? Keburu masuk ntar."
Emang ada-ada aja kelakuannya si mak lampir satu ini. Untung Jisoo sabar orangnya. Jadi betah sahabatan bertahun-tahun sama Jennie.
"Iyuwh..."
Jennie yang mendengar Jisoo berdesis, menoleh ke belakang. "Kenapa lo?"
Jisoo pusing. Itu kecap yang dituang ke mangkuk bakso, kok kelihatan sama kentalnya kayak darah? Dia juga dipaksanya menelan saliva gugup kala melirik pada piringan nasi goreng yang dibawa oleh teman-temannya. Kok butiran nasi itu lebih kelihatan kayak belatung?
"Huek..." Jisoo langsung menutup mulutnya, karena tiba-tiba saja perutnya terasa mual.
Tanpa berkata apa-apa, gadis itu lantas berlari dari sana. Nafsu makannya lenyap seketika, hanya karena Jisoo dibayangi gambar menjijikkan dari komik yang ia baca. Entah kenapa, tubuhnya bisa bereaksi begini.
***
Like usually, gelanggang lagi rame sore ini. Berhubung acara ulang tahun sekolah makin dekat, jadi segala persiapan juga tampak makin ramai dilakukan. Anak-anak drama yang udah latihan kurang lebih tiga minggu ini, tampak sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ada yang memperbaiki pakaiannya sendiri, ngaca, ngobrol, ataupun bantuin temen. Anyway, ini hari pertama mereka latihan pakai kostum.
"Apa?!"
Buk Susi berujar lantang, membuat anak-anak menoleh. Si guru cantik itu, tampak memijat pelipisnya sendiri, masih dengan keadaan mengobrol dengan seseorang melalui ponselnya.
"Astaga, yaudah yaudah. Kamu istirahat aja."
Setelah mengakhiri pembicaraan dengan pihak sebrang, Buk Susi menghembuskan napas frustrasi ketika menatap anak-anak didiknya.
"Kenapa, Buk?"
"Doyoung kecelakaan."
"HAH?!" Sahut mereka bersama-sama.
"Dia tabrakan sama motor pas mau jalan ke sini. Kakinya kena. Entah patah atau keseleo. Dia lagi di rumah sakit buat diperiksa."
"Kita jenguk yuk, Buk?" darah Jisoo langsung naik pas dengar Doyoung kecelakaan.
"Iya, abis latihan, kita jengukin Doy ke rumah sakit."
"Tapi gimana latihannya kalau Doyoung nggak ada, Buk? Dia kan jadi Sebastian, yang punya banyak dialog."
Buk Susi ikutan berpikir setelah mendengar pertanyaan Yeri. Bener juga. Bisa kacau kalau Doyoung sampai nggak ada. Mana acaranya udah di depan mata. Semoga Doyoung sekadar keseleo.
"Hei, kamu!"
Satu orang yang memanggil, banyak mata yang tertuju pada targetnya Buk Susi. Laki-laki yang lagi pasang tirai dekorasi itu, menoleh pada asal suara yang memanggilnya.
"Saya, Buk?"
"Iya. Taehyung, 'kan? Turun dulu. Kamu bantuin saya."
Meski masih dengan pandangan heran, laki-laki itu turun dari tangga yang tadi ia naiki. Berjalan ke arah sang guru dengan patuh.
"Ya, Buk?"
"Salah satu anak drama saya ada yang berhalangan hadir. Kamu tolong gantiin dialongnya dulu ya? Bisa, 'kan?"
Aduh. Taehyung yang ditawarin, Jisoo yang gemetar sendiri. Ini seriusan, Buk Susi minta Taehyung gantiin Doyoung? Jadi Sebastian dong? Mana karakter Sebastian banyak kebagian dialog sama skinship bareng karakter Mia yang Jisoo peranin.
Mati. Apalagi pas Taehyung angguk-angguk.
"Bisa, Buk."
Jisoo mau kabur aja rasanya. Nggak bakal bisa fokus dia mah. Nggak bakal!
"Nice. Nih, kamu peranin nya pakai teks aja. Kamu cuma perlu ikutin ucapan naratornya, kalau bingung, di naskah juga udah ada kok. Yang di dalam tanda kurung."
"Ooh. Iya, Buk. Saya coba."
Buk Susi suka nih sama anak muda yang mau mencoba begini, paling pantang bilang nggak bisa.
"Oke oke, semuanya siap-siap. Latihannya kita mulai!" serunya sembari menepuk-nepuk tangan untuk menebarkan kesan semangat.
"Mati gue..." desis Jisoo pelan sembari berjalan untuk mengambil posisi, mengikuti arahan Buk Susi tadi.
Jihyo anak kelas IPS 1 yang jago banget pidato, mengambil alih perannya sebagai narator. Setelah memeriksa kesiapan semua teman-temannya melalui isyarat anggukan, gadis cantik itu mulai menjalankan tugasnya.
Jantung Jisoo makin nggak karuan di dalam. Terlebih bait dari perkataan Jihyo mulai mengarah ke perannya yang akan segera masuk bareng karakter Bastian. Aduh, tapi harus profesional. Jisoo mengokohkan hati, apalagi melihat teman-temannya yang sudah berusaha serius.
Bisa!
Meski dengan kegugupan yang berlipat kali membludak, namun Jisoo akhirnya mampu membawakan perannya dengan baik. Meski agak canggung ketika bertatapan dengan Taehyung, namun seiring mengalirnya dialog, dia akhirnya terbiasa.
Menit demi menit berlalu. Baik Jisoo maupun Taehyung membawakan karakter mereka dengan baik. Bahkan, tanpa mereka sadari, lakon yang mereka lalukan telah mencuri perhatian orang-orang. Buk Susi saja sampai ternganga cantik menyaksikannya.
Ini jauh dari kesan latihan kalau kata Buk Susi mah. Dari mata bertemu mata, kemudian balasan dialog yang Mia dan Sebastian lalukan, terlihat benar-benar apik.
"Ada kissingnya?"
Mata Jisoo langsung melotot pas dengan entengnya Taehyung bertanya begitu dalam posisi mereka yang sekarang. Yap, mereka udah sampai di menit-menit terakhir. Entah dari mana Taehyung belajar berdansa, namun laki-laki itu menyanggupi yang satu itu juga.
"Enggak nempel!" sahut Jisoo cepat. Pipinya sudah bersemu merah.
"Apanya yang nggak nempel, Ji?" tanya Buk Susi heran.
Jisoo cuma tersengir sembari melepas tangannya dari Taehyung dan menarik tubuh menjauh dari laki-laki itu. Sumpah, berdekatan dengan seorang Taehyung benar-benar sama dengan kesan menantang nyali.
"Taehyung, wah! Kenapa nggak ikutan casting? Jangan bilang-bilang Doy ya, tapi kamu keren banget pas jadi Sebastian."
Laki-laki itu cuma tersenyum canggung sambil garuk-garuk kepala setelah dipuji begitu sama Buk Susi.
"Chemistry kalian dapat banget! Kenapa ya?"
Jisoo dan Taehyung serempak saling menatap juga entah kenapa. Mereka ikutan bingung. Kenapa ya?
———To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can To Be Mine? (√)
Fiksi RemajaKata Jennie, Jisoo itu oon. Kata Jisoo, dia mau memperjuangkan cintanya. Kata Taehyung, itu sia-sia Publish pertama: ©Start, September 2019 ©End, 16 September 2019 Republish: ©Start, 21 Oktober 2021 ©End, 30 Januari 2022 TOTAL BAB: 1-12