1. Seleksi

143 24 2
                                    

Bukit luas yang dikelilingi hutan rimbun di sekitarnya itu dipasangi pagar yang sangat tinggi. Beberapa bangunan berdiri kokoh di atasnya, sebagian berderet dan sebagian lainnya terpisah dari bangunan lainnya. Terisolir untuk beberapa alasan dan keperluan.

Matahari telah mencapai ketinggian yang cukup membuat tubuh bukan lagi hanya terasa hangat, tetapi terasa gerah dan panas. Teriakan-teriakan masih terdengar nyaring, tidak surut sedikitpun. Semakin nyaring seiring bertambah teriknya sinar matahari, menandakan tekad yang luar biasa dan hanya bisa diraih setelah melalui bertahun-tahun penempaan yang tidak biasa.

Sang Kapten berdiri di barisan terdepan mengawasi para anggotanya berlatih dengan benar. Istirahatpun dilakukan dengan tetap duduk di lapangan yang terik, membuat mereka merasa terpanggang bersama.

Seorang perwira tinggi memasuki lapangan dan mengambil alih posisi pembicara dari Kapten tim.

Itu adalah seorang pria berumur lebih setengah abad, namun karena latihan militer mereka yang tidak
biasa umur tidak mempengaruhi kesigapan dan ketegapan tubuhnya. Masih tetap bugar dan kuat.

Dia menatap semua anggota muda di hadapannya dan memulai pengumumannya.

"Hasil ujian penyaringan telah resmi dirilis dan aku harap bagi yang telah dinyatakan akan bertugas agar segera berkemas."

Suara lantang Komandan membuat beberapa orang berbisik-bisik. Beberapa tampak tenang dan sebagian merasa penasaran. Ini adalah tugas kehormatan bagi mereka yang terpilih. Proses
seleksi yang ketat membuktikan hanya mereka yang tangguh dan cerdas yang layak menjalankan
tugas tersebut.

"Pasukan Khusus kita mempunyai reputasi terbaik sehingga Presiden mengalokasikan jumlah anggota kita lebih banyak dibandingkan kesatuan lainnya."

Tepuk tangan kebanggaan mengakhiri pengumuman dari Komandan. Barisan dibubarkan dan mereka berebut menuju papan pengumuman di depan kantor Komandan. Hanya tersisa seorang pemuda yang tampak tidak peduli dan tidak ikut berdesakan dengan rekannya yang lain.

Komandan memperhatikannya dan segera menghampirinya. "Zhehan, kau tidak ingin melihat pengumuman?" Komandan menepuk pundaknya. Pemuda bernama Zhang Zhehan itu hanya menanggapinya dengan senyum dan menundukkan kepalanya saat Komandan melewatinya.

Dia adalah salah satu peserta seleksi, tapi sejauh yang diingat seleksi itu tidak
membuatnya tertarik. Banyak yang menginginkan tugas ini, tetapi yang berhak mengikuti seleksi
hanya mereka yang telah mendapat latihan ekstrim selama lebih dari 5 tahun.

Zhang Zhehan menuju papan pengumuman ketika kerumunan telah surut dan merasa ingin merobohkannya saat itu juga setelah membacanya.

Kesatuannya memilih 20 prajurit dan dia termasuk dalam daftar tersebut. Padahal dia yakin telah melewatkan beberapa poin pertanyaan saat ujian tertulis dan melakukan beberapa kesalahan saat ujian lapangan. Seseorang pasti ikut campur dalam seleksi ini.
Jika tidak mengapa memilihnya dan membuat seakan-akan nilainya cukup layak untuk mendapat
tugas kehormatan ini.

Zhang Zhehan menuju ruang Kaptennya, meminta menghadap dan ternyata Komandan Kesatuannya juga sedang berbincang di sana. Setelah memberi hormat Zhehan tersenyum canggung dan menggaruk kepalanya karena mendapat tatapan dua perwira tinggi sekaligus.

Ini di luar dugaannya. Rencananya dia
akan meminta Kaptennya membatalkan namanya. Tetapi sepertinya ini tidak berhasil seperti yang diinginkannya.

Kaptennya tersenyum dan membuka pembicaraan, "Ada apa? Kau tidak puas dengan hasilnya?"

Zhang Zhehan segera menyanggahnya, "Bukan...bukan begitu. Itu....apakah tidak ada kesalahan? Saya yakin hasil ujian prajurit lain lebih baik daripada milik saya." Yah...tentu saja. Siapa orang buta yang memasukkan namanya, yang ketika ujian lapangan tersandung dan tersungkur karena kakinya sendiri.

Komandan Kesatuannya tertawa dan menjawabnya: "Aiyyaa...aku pikir hal yang serius. Kau tidak perlu meragukan kemampuanmu sendiri, ah. Kau memenuhi syarat sehingga Kami menugaskanmu. Bukankah ini tugas terhormat?" Zhehan mengangguk.

Terdengar memotivasi tapi sebenarnya dia sedang mengungkapkan kebohongannya sendiri. Jika orang seperti Zhang Zhehan memenuhi syarat sudah pasti tugasnya akan
kacau, bukan?

Karena tidak mungkin mengubah hasilnya dia segera pamit meninggalkan ruang tersebut. Di koridor dia menabrak ember pengepel hingga tumpah, membuat temannya berdecak kesal. Selalu saja ceroboh. Apa dia tidak bisa berjalan dengan mulus tanpa membuat masalah?

Tetapi Zhang Zhehan bahkan tidak peduli dan kembali berjalan begitu saja. Dia menuju kamarnya dan menghela nafasnya dengan berat seakan tugas kali ini telah meruntuhkan dunianya.

Apa yang diinginkan Komandannya sebenarnya? Kenapa juga dia yang harus menerima tugas itu? Bukankah
masih banyak rekannya yang lebih hebat darinya. Seperti sengaja mengusirnya dari kesatuannya dan tidak peduli jika dia berakhir tragis dalam tugas barunya. Cara yang bagus untuk mati, setidaknya dia akan dilabeli sebagai prajurit yang mati dalam bertugas.

Sepeninggal Zhang Zhehan, Kapten-Cheng Feng menatap Komandan-Zheng Jiu: "Apakah tidak masalah mengirimnya ke istana, Komandan?"

Cheng Feng tahu ini tidak bagus. Mengirim prajurit yang
tidak begitu kompeten untuk tugas sangat penting, menjadi pengawal Kepresidenan. Jika terjadi
sesuatu yang buruk itu akan mempermalukan nama Kesatuan atau Unit mereka

Komandan Zheng hanya menghela nafas, "Zhehan tidak begitu pintar tetapi juga tidak benar-benar bodoh. Entah sengaja atau tidak tapi beberapa kali kebodohannya hampir menyebabkan masalah. Kau tahu sesuatu?"

Cheng Feng mencoba berpikir tetapi dia tidak menemukan sesuatu yang berarti. Dia menggeleng. "Tidak mungkin, Komandan. Zhehan hanya anak patuh yang ceroboh. Dia tidak mungkin mengetahui kegiatan rahasia kita."

Komandan Zheng mengangguk: "Ya...hanya saja aku tidak bisa membiarkannya terus disini dan membuat rencanaku terbongkar karena kecerobohannya. Lagipula bela dirinya lumayan. Itu diperlukan di istana. Akan ada latihan di bawah tekanan yang sangat tinggi. Dia akan berguna disana. Yang pasti dia tidak akan mempengaruhi rencana kita saat ini dan seterusnya."

Cheng Feng mengangguk setuju dengan alasan ini.

**

Bus militer telah sampai di sebuah komplek perumahan elit pada malam hari. Ini bukan perumahan pada umumnya karena sebenarnya ini adalah kamp sekaligus markas khusus bagi Pengawal Kepresidenan.

Fasilitas lengkap dengan standar militer, halaman luas dan berbagai peralatan pendukung lainnya. Terpampang tulisan "Grup B" pada gapura pintu masuknya. Diperkirakan lebih 50 orang yang tinggal di markas ini.

Meski demikian tidak keseluruhan anggota Grup B berada di kamp ini. Sebagian tinggal di
kamp lain yang berada di sekitar istana selama mendapatkan tugas pengawalan. Dan kamp ini
menjadi pusat pelatihan bagi anggota baru atau yang tengah dalam masa libur bertugas.

Zhang Zhehan menatap sekeliling dengan jengkel. Dia menenteng koper dan membawa tasnya dengan malas. Tidak pernah sekalipun dia ingin berada di tempat ini. Dia membencinya.

Harusnya berikan saja tugas itu pada rekan lainnya yang sangat menginginkannya. Dia tidak akan berterima kasih karena lulus seleksi dengan bantuan Komandannya. Berada di sekitar Istana hanya membebani pikirannya alih-alih menguras tenaganya.

Bunyi peluit membuyarkan pikiran malasnya dan segera berlari ke lapangan membentuk barisan bersama rekan-rekan barunya. Sudah menunggu Kapten Unitnya yang baru, begitu yang dia tahu jika dilihat dari pangkat pada seragamnya. Seorang perwira berpangkat Letnan Kolonel.

Sang Kapten memperkenalkan diri bernama Luo Fusheng, berumur 35 tahun dan berasal dari Angkatan Darat Unit Tiger. Pasukan Khusus elit urutan kedua terbaik di negara ini.

*t-tapi Luo Fusheng
kan preman😏


Satu per satu anggota baru memperkenalkan diri. Ada sekitar dua puluh lima orang dan berasal dari
Kesatuan atau Unit yang berbeda-beda.

"Zhang Zhehan, 25 tahun. Detasemen Unit Wolf."

*tolong dimaklumi
semuanya ngarang

Tolong vote, tinggalkan komen atau saran untuk membenahi cerita selanjutnya ya gaes. Makasiiih!!

Cover || JunZhe FanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang