4. Kim Yerim (2)

177 91 34
                                    

Tw // blood




















































"Akhhh ..."

Rintihan kecil itu membuat T mengalihkan perhatian nya ke gadis itu. Dengan pasti langkahnya menghampiri Yeri.

Yeri yang sedari tadi mencoba membuka ikatannya pun terkejut, melihat seseorang yang ada didepannya.

"S–sayang ... T–tolong aku ... Beruntung sekali kamu bisa masuk, sekarang lepaskan tali ini." Ah, Yeri mengira bahwa T datang untuk menyelamatkan diri nya.

T tersenyum dan mengangguk pelan, lalu berjalan ke belakang. Tanpa disangka, ikatan itu justru semakin rapat dan  jika Yeri menggerakkan tangan sedikit saja maka kawat berduri itu akan menusuk kulitnya.

"AKHHHH!" T senang saat melihat ekspresi kesakitan Yeri, sangat menghibur sekali baginya.

Yeri memandang T dengan tatapan memohon, kecewa, dan marah.

"K–kenapa kau melakukan ini? Apa salah ku kepadamu, T?!" Air mata Yeri jatuh dengan deras, T semakin senang jika Yeri tersiksa seperti ini. Bahkan permainannya saja belum di mulai.

"Hei, apa kesalahan mu? Kau tak tahu, nona Kim?" T menggelengkan kepalanya tak menyangka, "baiklah. Akan ku beritahukan apa saja kesalahan mu itu. Bahkan, jika aku menyebutmu sebagai wanita rasanya tidak pantas."

T terus saja memutari kursi Yeri dengan menggeret sebuah balok kayu yang ukurannya lumayan untuk sekali lemparan.

"Lepaskan aku!"

"Diamlah, kau!"

"LEPAS BAJINGAN!"

"JIKA KU BILANG DIAM MAKA DIAM LAH!!"

"AKHHHH!" T memuluk kepala Yeri dengan balok tersebut, bisa dibilang itu reflek. Namun T tak merasa bersalah sama sekali, justru itu membuatnya senang karena Yeri pingsang dengan darah yang terus keluar mengalir.

Setidaknya ia bisa tenang, suara itu sangat mengganggu pendengarannya.




Cukup lama laki-laki itu menunggu Yeri tersadar kembali, hingga akhirnya yang dinanti-nanti pun datang. Yeri tersadar dengan keadaan darah yang mengering di sekeliling wajahnya.

"Sudah bangun rupanya."

Yeri terkejut mendengar suara itu, suara tajam yang membuatnya kembali ketakutan.

"Bagaimana tidurmu, Tuan Putri? Nyenyak, hm?"

Laki-laki itu menghampiri Yeri yang sedang ketakutan, tubuh gadis itu bergetar hebat. Tiba-tiba saja langkah kaki nya berhenti kala merasa Dejavu dengan apa yang ia lihat.

Ia mengingat kakak kandungnya yang menunduk ketakutan dengan tubuh yang bergetar menahan isakan.

Matanya memanas kala mengingat hal itu, emosinya meluap. Setelah berada di dekat Yeri, air mata laki-laki itu lolos.

Bukan, bukan karena tak tega dengan Yeri. Melainkan sekelebat suara khas tawa kakaknya menggema di telinga, dan wajah kakaknya berputar di dalam memori otaknya.

Sungguh, ini sangat menyiksa bagi dirinya.

Dirasa ia sudah sadar dalam lamunannya, dengan segera ia mengusap kasar air mata yang jatuh itu sembari berdecak kecil.

Dia menyeringai kearah Yeri dan mengambil sesuatu di dalam sakunya, sebuah cutter tajam berukuran sedang.

"Sebenarnya aku tak ingin menghabiskan waktuku hanya untuk menghabisi mu. Namun, tak enak jika kita tidak bermain-main terlebih dahulu, bukan?"

Laki-laki itu tiba-tiba saja mencengkram rahang Yeri dengan keras menggunakan tangan kanannya, matanya menajam menatap Yeri. Cengkraman itu membuat wajah Yeri mendongak.

Tangan kirinya mengadah sembari memutar-mutar cutter bersiap-siap untuk menguliti wajah gadis itu.

"Wajahmu cantik, Yer."

"Tapi akan lebih cantik bila seperti ini."











"AKHHHHH!"

Ya, Laki-laki yang penuh dengan aura dendam itu menyayat mulut Yeri. Darah pun mengalir deras, tangan putih laki-laki tersebut kini menjadi merah darah.

"Cantik bukan karyaku?" Ia tersenyum senang melihat Yeri berteriak kesakitan.

"Padahal baru seberapa, loh? Sudah kesakitan sekali sepertinya." Laki-laki ber-hoodie itu berlutut guna melihat wajah Yeri yang menunduk kesakitan. "Kau tau? Gara-gara mulut sialan mu itu, SAUDARAKU BUNUH DIRI!!! GARA-GARA MULUT SIALAN MU DIA MERASAKAN SAKIT!!! MULUTMU MEMANG PANTAS UNTUK DIBELAH!!"

Laki-laki itu merobek mulut Yeri dengan kedua tangannya, tak ada respon sebab wanita itu langsung meninggal karena kehabisan darah.

"KIM YERIM!!!" Tiba-tiba saja pintu di dobrak oleh seseorang. Namun saat laki-laki itu menoleh, sebuah kepala menggelinding kearah kakinya dengan kondisi kedua mata melotot dan mulut menganga terkejut.

Dia tersenyum menatap satu mayat yang masuk dalam jebakannya. Ya, itu ibunda Yeri, Bae Irene. Meninggal dalam keadaan kepala terpenggal akibat pedang samurai yang menjuntai saat pintu terbuka.

Siapa yang melakukan jebakan itu? Tentu saja T, laki-laki yang dipenuhi aura kebencian pada semua orang.

Dengan langkah santai ia pergi meninggalkan ruangan yang sudah terpenuhi darah dan bau amis tersebut.

•Blood Gun•

BLOOD GUN | NCT DREAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang