Saat ini, lagi-lagi Jaemin, Jeno, Jisung, Haechan, dan Chenle, terjebak di dalam Sekolah seperti dahulu.
Mata Jaemin bergerak gelisah kesana kemari, guna memikirkan cara untuk membuka gerbang yang tertutup itu.
"Hai? Lama tidak berjumpa dengan ke-empat remaja ini, ya."
Jaemin mengerutkan keningnya. "Kenapa hanya empat? Sedangkan kami berlima."
"Kau tak lupa, jika pelaku itu diantara kita berlima, bukan?" Jawaban Chenle membuat Jaemin terdiam.
"Bagaimana? Apakah kalian siap menerima misi dariku?"
"TIDAK."
"YA."
Jeno dan Jaemin menoleh bersamaan dengan tatapan sama sengit, kejadian tadi pagi ternyata belum usai. Jeno yang kecewa dengan Jaemin, dan anak itu yang tetap pada posisinya mencurigai Jeno.
Kecurigaan Jaemin bertambah kuat, dengan adanya bukti bahwa anak itu menerima misi dari audio tersebut.
"Kenapa kau menerima tantangan itu, sialan!"
"Suka-suka ku, memangnya kenapa? Kau berpikir bahwa aku pelakunya hanya karena menyetujui misi itu?" Jaemin terdiam, karena memang itu yang ada dipikiran Jaemin.
Jeno menampilkan seringai kecil nya. "Jika benar aku pelakunya, bagaimana?" bisik Jeno pada Jaemin dengan nada lirih, sehingga teman-temannya tak ada yang mendengarkan hal itu.
Pupil Jaemin melebar, dengan cepat ia mendorong bahu Jeno hingga laki-laki itu tersungkur karena tak siap dengan serangan tiba-tiba Jaemin.
"Hei, boy. Sudahlah, jangan bergaduh seperti itu. Jawab iya, atau tidak."
"YA."
"YA."
"TIDAK."
"YA."
"YA."Jaemin tetap pada pendiriannya, menjawab Tidak. Lalu saat mendengarkan jawaban dari temannya, ia menghela napas pasrah.
"YA."
🎮
Saat ini Jaemin sedang berjalan di atas trotoar menuju rumahnya, ia memikirkan misi yang ia dapat dari audio sialan itu.
Sekali lagi, Jaemin menunduk menatap kearah ponselnya, membaca satu persatu kalimat yang dikirim kepadanya.
"Bunuhlah seseorang yang kau anggap sebagai 'sang pelaku'. Jika kau benar, maka hidupmu akan selamat, jika tidak maka taruhan mu adalah nyawamu sendiri. Waktumu hingga besok lusa, selamat bermain, anak manis!"
Jaemin yang sedari kemarin sangat mencurigai Lee Jeno sebagai pelakunya dengan yakin, kini menjadi bimbang. Ia tak tahu harus mencurigai siapa saat ini.
"Jaemin!"
Itu adalah Haechan, ia tak sengaja menemukan Jaemin yang berjalan di trotoar dengan wajah lesu, maka dari itu dirinya berinisiatif untuk memberikan Jaemin tumpangan, kebetulan saja dia membawa motor Scoopy nya.
Jaemin menoleh kearah Haechan sambil mengerutkan keningnya dan bertanya, "ada apa?"
"Mau ku beri tumpangan sampai rumah? Aku perhatikan wajahmu sepertinya sedang tak enak badan, benar?"
"Aku baik-baik saja, dari mana kau? Tumben sekali membawa motor Scoopy mu."
"Warung, membeli garam."
"Oke, baiklah." Jaemin pun menerima tumpangan dari Haechan. Selama perjalanan baik Haechan atau Jaemin, mereka diam saja, tak ada percakapan yang mereka bahas. Jaemin yang dengan pikiran nya di pesan, dan Haechan yang fokus mengendarai.
"Jaemin," Setelah Haechan menurunkan Jaemin di depan rumahnya, Haechan mencekal pergelangan tangan Jaemin untuk tidak masuk terlebih dahulu,
"Kenapa?"
"Apa alasan mu menuduhku tadi?" Jaemin terdiam.
"Bukankah semua juga butuh alasan?" imbuh Haechan. Jaemin menggerakkan matanya kearah lain, kemudiaan menunduk
"Maaf, kau tak menampakkan diri seharian kemarin. Dan ada berita kak Yerim dan tante Irene tewas, sangat mencurigakan kalian berdua."
Terdengar helaan napas dari Haechan. "Aku ke desa, nenek sedang sakit." Setelahnya ia melenggang pergi meninggalkan Jaemin yang terdiam, mencerna jawaban Haechan dan diduga alasan utama mengapa ia menghilang seharian.
🎮
"Kalian mendapat pesan dari suara misterius itu?" Tanya Haechan yang memecahkan keheningan diantara mereka berlima.
"Tidak," jawab Chenle, Jeno, dan Jisung. Sementara Jaemin terdiam.
"Aku mendapatkan pesan itu."
Jaemin yang mendengar jawaban Haechan sontak menoleh kearahnya, "aku juga."
"Kenapa hanya kalian berdua? Kenapa aku tidak, ya?" Jeno merasa aneh dengan hal ini, "ah, mungkin karena aku tampan?" lanjutnya.
Chenle pun merotasikan bola matanya dengan malas, bisa-bisanya laki-laki itu memuji dirinya sendiri di keadaan serius begini. Jika Renjun tau maka laki-laki bermata bulan itu akan dihajar habis-habisan oleh Renjun. Ah, dia jadi merindukan laki-laki berhidung mancung itu.
"Aku mendapatkan pesan, bahwa aku harus membunuh seseorang yang kuanggap sebagai pelaku utama." Jaemin tetap menatap dan menyimak ucapan Haechan.
"Tapi aku tak bisa melakukan itu, karena aku mempercayai kalian," imbuh Haechan sembari menatap temannya satu persatu.
Jaemin menunduk, ia merasa bersalah telah menuduh temannya.
"Aku mendapatkan berita terbaru." Suara Jisung sontak membuat teman-temannya menoleh kearahnya.
"Berita tentang apa?" tanya Jaemin penasaran.
"Pedang Samurai. Katanya polisi menemukan benda itu di gudang, tempat dimana polisi juga menemukan mayat kak Yerim dan tante Irene."
"Bukankah kata polisi tak ada jejak?" tanya Haechan yang merasa aneh tentang berita itu.
"Yaa, tapi ini ditemukan di belakang gudang, bisa dibilang di luar antara semak-semak saat polisi mencoba sekali lagi untuk menemukan barang bukti. AKHIRNYAA."
•Blood Gun•
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD GUN | NCT DREAM ✓
Gizem / Gerilim[MISTERI] [COMPLETED] (Alangkah baiknya kalian membaca cerita ini sesuai dengan urutan part. Dan jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote atau komen sebagai bentuk apresiasi dari kalian untuk author) Tentang seorang remaja laki-laki yang me...