7. Siapa?

151 72 30
                                    

"Kemarin malam, Hyunjin meninggal. Mayatnya saat ditemukan oleh polisi sangat mengerikan. Kepalanya hancur sebelah, dengan kaki yang terpotong."

"Kemarin juga ada kabar, bahwa kembarannya Hyunjin, Yeji, meninggal tertabrak mobil. Mayatnya dipenuhi dengan banyak darah, sangat mengerikan. Sepertinya sang pelaku dengan sengaja membunuh kedua saudara kembar itu."

Pagi-pagi ini Jeno dan Chenle kembali dikejutkan dengan kabar yang mengerikan. Lagi dan lagi, korban bertambah. Apa yang sebenarnya pelaku itu inginkan? Untuk apa pelaku tersebut membunuh seorang siswa yang tak ada salah? Semua kata-kata itu terus berputar dalam otak Chenle saat mendengar kabar desas-desus kematian Hyunjin dan Yeji.

"Kabar terbaru lagi, kata polisi, mereka menemukan sepasang barbel yang berada tepat di sebelah mayat Hyunjin. Ah, sepertinya sang pelaku benar-benar sudah merencanakan sesuatu. Tapi kenapa harus kita para siswa?"

Jisung mencoba mengeluarkan semua uneg-uneg nya. Ia terlalu lelah dengan permainan ini, bahkan laki-laki bertubuh tinggi itu tak tahu permainan seperti apa yang sedang dirinya mainkan.

🎮

Jaemin, laki-laki itu tetap saja berdiam duduk di kursi taman selepas pulang sekolah. Ia masih memikirkan tentang pesan yang ia dapat kemarin, haruskah ia melakukannya? Harus, demi nyawanya. Namun ia tak tahu harus mencurigai siapa? Ia tamau salah sasaran.

Saat Jaemin mencoba memandang sesuatu disekitarnya agar tak bosan, ia tanpa sengaja memandang seseorang yang berada di seberang jalan.

Seorang laki-laki bertubuh sedikit tinggi, dengan pakaian serba hitam, memakai topi, masker, dan sarung tangan. Tapi tunggu, sepertinya ia kenal laki-laki itu, dan akan pergi kemana laki-laki itu? Seperti ada yang aneh.

Ataukah laki-laki itu adalah tokoh utama yang dimaksud oleh audio misterius selama ini adalah dia?

Ia mencoba membuntuti laki-laki misterius itu, dengan langkah kaki perlahan. Mata indahnya kini menatap gerak-gerik laki-laki yang tak jauh dari depan nya dengan tatapan tajam dan curiga, ia juga mengingat, siapa temannya yang memiliki postur tubuh seperti itu?

Jaemin menghentikan langkahnya ketika laki-laki misterius itu berbelok ke gang kecil, dirinya merasa bimbang. Terus mengikuti laki-laki itu stau putar balik dan pergi dari sini saja.

Namun, sepersekian detik, Jaemin membulatkan tekadnya untuk terus membuntuti laki-laki itu. Dengan langkah pelan ia masuk ke dalam gang kecil itu, meskipun ia tahu, gang itu adalah gang buntu.

Saat Jaemin sudah dirasa masuk terlalu dalam ke gang kecil, dirinya tak menemukan laki-laki misterius itu, dirinya pun dilanda kepanikan. Dan saat Jaemin mencoba untuk membalikkan badannya guna pergi dari tempat itu,









BUGHHH














Jaemin ambruk pingsan, rupanya laki-laki itu bersembunyi setelah memasuki gang kecil tersebut.

"Sebenarnya tanganku gatal ingin membunuh mu. Tapi, jika aku melakukannya sekarang, tidak menarik. Ayo bermain dahulu, teman." Laki-laki itu menepuk bahu kiri Jaemin dengan pelan lalu pergi meninggalkan temannya yang tak sadarkan diri.

Jaemin mencoba membuka matanya tatkala ia mencium bau yang sangat ia hindari selama hidupnya, bau khas obat-obatan.

"Jaemin!" Seru Jeno.

Ya, Jeno yang pertamakali menemukan Jaemin di gang kecil dengan keadaan pingsan. Dan segera membawanya ke rumah sakit bersama Haechan.

"Eung? Dimana aku? Kenapa aku ada disini?" Jaemin masih dengan setengah sadarnya, Haechan sedari tadi memperhatikan Jaemin dan Jeno secara bergantian.

"Aku tidak sengaja menemukanmu di gang kecil dekat rumah saat aku dan Haechan ingin pergi keluar."

Jaemin mencoba duduk untuk menormalkan pandangannya yang sedikit buram.

Tiba-tiba tubuhnya menegang tatkala melihat style yang dipakai Jeno saat ini.

Jaket, topi, masker, tas, semuanya serba hitam. Apa benar kalau Jeno pelakunya? Atau itu hanya kebetulan saja?

Ah entahlah, itu membuat kepalanya sakit.
































DORRRR... DORRRR...

"Fokus!"

DORRR...

"Tembak kepalanya!"

DORRR...

"Pelurunya habis." Laki-laki itu meletakkan senapan dan membuka seluruh pelindung ditubuhnya.

Terlihat seorang pria yang sebaya dengan ayahnya menghampiri dirinya, "bagaimana latihan hari ini? Cukup melelahkan, bukan?" Pria itu merangkul pundaknya dan mengajaknya pergi dari tempat latihan. Dia adalah Paman Kim, teman sekaligus tangan kanan ayah nya.

"Aku lihat kau tadi seperti tidak fokus, ada yang mengganggu pikiranmu?"

"Tidak paman, hanya saja aku merindukan Mark. Laki-laki itu sangat suka jika berlatih seperti ini."

Paman Kim mengangguk mengerti, "mau makan bersamaku?"

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya, "terimakasih paman, tapi aku ada urusan. Aku pergi dulu, permisi."

Paman Kim yang mendengar hal itu pun menghela napasnya dan menatap kepergian laki-laki itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Semenjak Mark pergi, anak bungsu sahabat nya itu seperti tak bersemangat menjalani latihan seperti sebelumnya.




Tanpa satu orang pun yang tahu, bahwa laki-laki itu pergi mengantongi pistol yang ia gunakan untuk latihan tadi. Ia menyunggingkan senyuman, lalu pergi untuk membalaskan dendamnya.

"Zhong Chenle? Atau Park Jisung?"

•Blood Gun•

BLOOD GUN | NCT DREAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang