EPILOG : Clue

204 55 29
                                    

Kini laki-laki berkulit tan sedang berada di kantor polisi, ia memilih untuk menyerahkan dirinya sendiri, dan santai nya saat ini polisi dan detektif sedang memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh Haechan dengan gamblang.

Sehari setelah kematian Jisung dan Jaemin, Haechan memutuskan untuk menyerahkan dirinya ke kantor polisi. Saat masuk ke dalam ruang interogasi pun ia berjalan dengan santai seolah tak terjadi apa-apa.

"Sekali lagi aku tanya, untuk apa kau membunuh teman-teman mu, saudara Lee Haechan?"

Haechan menghela napasnya dengan kasar, sebab ia sudah menghitung berapa kali pernyataan satu ini dilontarkan, mungkin sebanyak tiga kali?

"Sudah ku bilang, aku hanya ingin membalaskan dendam ku, mereka harus bertemu dengan saudaraku. Karena perbuatan mereka, saudaraku bunuh diri. Termasuk aku."

"Maka dari itu, untuk menebus dosa-dosa ku kepada saudaraku, aku ingin membantu saudaraku bertemu dengan mereka. Agar saudaraku menerima permintaan maaf dari mereka."

Jawaban masih tetap sama, terlalu tidak masuk akal untuk siswa seusia Haechan membunuh teman-temannya secara tak biasa. Bahkan para detektif tak menemukan sidik jari atau barang bukti yang bisa menyimpulkan siapa pelaku.

"Saranku, lakukan tes kesehatan mental untuk anak ini. Aku curiga dia memiliki penyakit psikis," usul dari sang tangan kanan Detektif.

Detektif pun menyetujuinya, dan tes pun dilakukan untuk Haechan.

Selama menunggu hasil tes keluar, Haechan ditahan di jeruji besi yang khusus untuk sementara waktu. Hasil tes pun akan keluar besok.

"Hei detektif, kau tak lupa bukan untuk memecahkan clue yang ada di samping mauat saat kau menemukannya. Apa benar kau detektif? Sungguh kau tak bisa memecahkannya?" Haechan berteriak meremehkan sang detektif.

"Baiklah akan aku beritahu jawabannya, dengarkan baik-baik detektif terhormat. T adalah huruf ke 20, 20 dikurang 8 adalah 12. Sedangkan 8 huruf H dan 12 huruf L. LH, Lee Haechan. Hahaha dasar detektif bodoh!"

"Dan apa kalian tau? Pasti kalian menemukan secarik kertas bertulis bahasa sansekerta, bukan? Itu adalah aku!"

"Mark bilang, aku seperti cahaya, bersinar layaknya matahari," lirihnya dengan wajah tertunduk dan lesu kala mengingatnya.




"Hei! Lee Donghyuck. Kenapa kau selalu tersenyum? Saat aku melihat mu dari kecil,wajahmu seolah-olah memancarkan sinar. Lee Haechan, kamu adalah matahari, karena kamu bersinar layaknya matahari di pagi hari."

"Lee Haechan! Kamu adalah matahari untukku! Jangan lelah untuk terus bersinar, ya?"






"Ah, atau sebenarnya kau tahu semua jawaban clue itu? Tetapi kau bungkam, paman."

Ya, Detektif itu merupakan paman Lee Haechan, adil kandung dari ibunya. Detektif Park Chanyeol

Chanyeol pun yang mendengar ucapan Haechan menegang seketika. Sedangkan asistennya, Byun Baekhyun, mengernyitkan dahinya.

"Benarkah itu, Detektif Park?" Chanyeol menjadi gugup setelah Baekhyun melontarkan pertanyaan itu.

"Kalau dipikir-pikir lagi, ada benarnya juga. Kau-"

"Mana mungkin kau tak bisa memecahkan clue pada saat itu? Sedangkan kau sudah menjadi detektif paling genius." Chanyeol meneguk ludahnya dengan kaku, matanya bergerak kesana-kemari dengan gelisah.

Haechan yang melihat itu pun menyeringai kecil.

"Ah, aku jadi penasaran. Siapa yang membuang samurai ku, ya? Padahal saat membunuh Tante Irene, samurai itu tak aku bersihkan. Aku langsuh keluar dari gudang itu." Chanyeol tetap diam, sebenarnya Haechan tahu, bahwa Chanyeol lah yang membuang pedang itu ke semak-semak saat penemuan mayat, hanya Chanyeol lah yang menyadari hal itu.

Namun, sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. Detektif lain, yang merupakan rekan kerja tim Chanyeol, menemukan pedang itu di tempat yang sama saat Chanyeol membuangnya.

"Terimakasih kepada paman Hansol, karena ia memberikanku samurai saat masih SMP. Aku bisa menggunakan itu, paman tau bukan? Jika samurai itu punyaku. Paman Hansol memberikanku dan Mark Samurai asli dari Jepang, dengan ukiran nama 'baby Cheetah' dan 'sunflowers' di sisi pedang nya."

"CUKUP!!" Chanyeol berteriak disana, lalu melenggang pergi meninggalkan Haechan dan Baekhyun dengan langkah tergesa-gesa.

Haechan menyeringai menatap kepergian sang paman, lalu matanya menatap Baekhyun.

"Aku beri satu fakta lagi, paman." Baekhyun yang hendak menyusul Chanyeol pun menghentikan langkahnya, menatap ke arah Haechan dengan dahi yang mengerut.

"Saat itu, aku sengaja menjebak Jeno dan Jaemin. Disiang hari aku menampakkan diri tertutup di depan Jaemin, ia membuntutiku sampai ke gang kecil. Jaemin yang bodoh, dia tidak tahu bahwa aku bersembunyi saat itu, ingin sekali aku membunuhnya namun sepertinya tidak akan seru. Setelah memukul bahu Jaemin, aku pergi ke rumah Jeno, menukarkan bajuku dengannya dengan alasan kebesaran, padahal itu cukup pas jika dilihat-lihat, Jeno bodoh. Semua teman ku bodoh."

"Dan setelahnya, aku sengaja membawa Jeno melewati gang itu, agar mereka bertemu. Kecurigaan Jaemin terhadap Jeno pun akan bertambah, bukan?"

Baekhyun hanya diam saja, namun sebenarnya ia cukup terkejut. Anak itu masih berusia belasan tahun, namun sudah bisa membuat rencana selicik ini.











"Hasil tes sudah keluar, Detektif Park. Berdasarkan hasil, Lee Haechan tidak terkena penyakit psikis seperti bipolar atau yang lain dan dinyatakan sehat."

Chanyeol mengerutkan pangkal hidungnya, ia pusing. Kabar bahwa dia melindungi Haechan yang menjadi tersangka sudah tersebar di seluruh kantor, bahkan atasan nta sudah tau. Kini ia hanya bisa pasrah, jika memang harus dikeluarkan, karena ini sudah menjadi resiko nya.














Dan tepat hari ini, keputusan dari hakim untuk Lee Haechan sudah keluar.

Lee Haechan telah ditetapkan sebagai tersangka, dan akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena kasus pembunuhan secara berencana.

TOK... TOK... TOK...

Ketukan palu dari hakim pun menggema di seluruh ruangan. Dan hari itu juga, Park Chanyeol diturunkan jabatan nya, dan dipindahkan tugasnya di daerah paling terpencil di Korea.

• Blood Gun•

BLOOD GUN | NCT DREAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang