Bismillahirrahmanirrahim
Enjoyyyy 🤗😘
-Aku bisa menjadi diriku sendiri hanya ketika bersamamu-
"Hidungmu masih sakit?" Kini kami sedang menunggu antrian pengambilan Kartu Izin Mengemudi (SIM).
"Sangat! Dan ini membuatku menjadi semakin lapar." Aku meliriknya sekilas, ku tekan lagi perutku untuk menenangkan cacing-cacing manja yang sudah keroncongan.
Aku tidak tahu bahwa membuat SIM akan memakan waktu selama ini. Benar-benar menguras habis waktu satu hariku.
Aku mulai berkunang-kunang, lelah dan lapar sudah tidak bisa dikompromi. Semua ini demi mendapatkan sebuah kartu kecil berbentuk persegi pipih, saat sebelumnya serentetan tes dan ujian harus aku jalani terlebih dahulu. Untung saja aku sudah terbiasa mendapatkan ujian hidup dari Tuhan, jadi hanya ujian seperti ini yang manusia berikan bagiku perkara mudah."Sebentar lagi selesai, bersabarlah." Mas Arisal mencoba memberikanku ketenangan, namun yang aku butuhkan saat ini bukan support melainkan makanan yang bisa membuat cacing-cacing di perutku bersikap damai dan tidak merengek lagi.
Mas Arisal menyuruhku untuk bersabar. Kurang sabar apa lagi? Di khianati saja, aku malah memberikan kekasihku dan merelakannya menikahi wanita lain. Hanya perkara menunggu sebuah kartu kecil namun berharga ini bagiku tidaklah sulit. Karena yang sulit adalah menenangkan cacing-cacing di perutku agar berhenti berteriak meminta asupan gizi.
"Mas kan Polisi, mengapa tidak Mas gunakan saja wewenang Mas disini? Seharusnya semuanya bisa di permudah, atau kita bisa memberikan suap agar aku tidak harus bersusah payah mengantri dan melakukan serentetan tes." Aku berbisik kepada Mas Arisal, namun bukan pujian dan reward yang aku dapatkan sebagai bentuk penghargaan atas ide yang sangat cemerlang ini melainkan sebuah
Cubitan maut yang aku rasakan pada lenganku."Aww" Lagi-lagi Mas Arisal tidak mengindahkan kata-kata mutiara ku.
"Kamu memang benar-benar perlu di rukiyah. Tidak hanya suka berburuk sangka tetapi kamu juga memiliki niat jahat dan otak yang cukup kotor." Mas Arisal berbisik tepat di telingaku.
Mengapa dia harus khawatir dengan otakku? Jika benar kotor, bukankah sudah banyak mesin cuci yang manusia ciptakan dan beredar di pasaran? kita bisa mencuci dengan mudah sekarang.
"Apa salahnya? Orang lain juga banyak yang melakukannya."
"Tapi tidak dengan kita. Mas tidak ingin kamu memiliki catatan kriminal."
"Wah bukankah ini terdengar cukup romantis." Ejek ku dengan ekspresi wajah yang nyaris dibuat-buat.
Mas Arisal tak menggubris, dia tetap bersikap acuh dan dingin.
"Ini yang membuat aku tidak menyukai profesi seperti Mas." Aku memalingkan wajahku darinya, aku sengaja mengecilkan volume suara ku berharap Mas Arisal tidak mendengar ucapan ku. Namun Makhluk astral seperti dirinya sudah pasti jelas bisa mendengarkan apa yang aku katakan.
Ralat! Pria tampan seperti Mas Arisal bukan makhluk astral, dia lebih pantas disebut malaikat berpakaian kulkas."Lantas mengapa kamu memaksa membuat kesepakatan dengan ku?" Aku tidak bisa berkutik, tidak ada aksara didalam otak ku yang bisa aku ambil untuk menjawabnya.
"Saudari Fabia Yanuar Rizky." Satu suara menyelamatkan ku dari pertanyaan Mas Arisal yang belum bisa aku jawab. Aku bergegas menghampiri petugas yang telah memanggil namaku.
Dengan tetap didampingi Mas Arisal, aku menyelesaikan semua administrasi. Aku berhasil mendapatkan kartu berharga ini. Akhirnya aku tidak takut lagi melakukan perjalanan, karena kini aku telah memiliki Kartu Izin Mengemudi dan Mas Arisal tidak berhak lagi memberikan ku surat tilang.
Betapa senangnya bunga-bunga seakan bermekaran, aku ingin berpesta dan mengadakan syukuran tujuh hari tujuh malam sebagai bentuk rasa syukurku. Aku juga akan berusaha menjaga SIM milikku ini, dengan kehadiran SIM aku merasa seperti menjadi seorang ibu yang sempurna. Alhamdulillah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beri Aku Waktu Satu Bulan
RomansaFabia Yanuar Rizky seorang gadis blasteran Tegal Banyumas yang dikenal periang oleh kebanyakan orang baru saja mengalami putus cinta. Namun berkat patah hatinya itu membawa dia bertemu dengan polisi tampan yang akan menjadi jalan takdirnya, diwarnai...