Saat ini Shibuya sedang diguyur oleh derasnya air hujan. Banyak orang berlalu-lalang kesana kemari untuk melindungi diri dari percikan air yang turun langit.
Sama halnya dengan bocah bersurai pirang ini. Ia terus berlari menerobos derasnya hujan sambil melindungi tas sekolah miliknya.
Dengan langkah kecil namun cepat ia terus berlari hingga akhirnya ia menemukan sebuah gedung yang terbengkalai.
Dengan cepat ia segera berlari menuju gedung tersebut untuk meneduh sebentar.
Manik berwarna biru laut itu melihat ke sekitar, banyak bercak darah yang membekas pada lantai gedung itu. Sepertinya tempat ini baru saja dijadikan sebagai pertarungan antar geng.
Ia teringat akan perkataan teman sebangkunya.
Ia bilang akhir-akhir ini banyak sekali pertarungan antar geng, entah itu ditempat sepi maupun ditempat umum.
Sambil menghela nafas ia terus menatap bercak darah itu dengan lekat. Entah mengapa itu terlihat menarik dimatanya.
Acara lihat melihat tadi terganggu kala terdengar suara langkah kaki yang menuju dirinya.
Karena penasaran bocah tersebut mengalihkan pandangannya yang tadi sibuk dengan bercak darah sekarang menjadi melihat ke arah seorang pemuda bersurai putih dengan satu anting ditelinga kirinya.
"Hei bocah apa yang kau lakukan disini? " Tanya pemuda itu pada sang bocah.
"Makan, tentu saja aku meneduh disini" Jawab sang bocah dengan nada yang terkesan kesal.
Pemuda yang mendengar jawaban tersebut hanya tertawa gemas. Lihatlah bocah ini, tubuh yang hampir semua basah, raut muka yang ditekuk kesal dan jangan lupa mata bulat yang memancarkan kehangatan.
"Santai saja aku hanya bertanya"
"Terserah saja"
Hening itulah suasana yang ada diantara mereka berdua. Dengan bocah yang terus memandang hujan dan sang pemuda yang terus melihat kearah bocah bersurai pirang itu.
"Hei siapa namamu? " Tanya pemuda sembari memecah keheningan di antara mereka.
"Hanagaki Takemichi, kalau kakak? " Jawab bocah yang bernama Takemichi dengan nada yang lembut berbeda dengan yang tadi.
"Kau ingin tau hmm? " Goda pemuda tadi pada Takemichi.
"Huh tentu saja cepat katakan padaku siapa namamu? " Ujar Takemichi.
Pemuda itu tertawa terbahak-bahak sambil mengacak surai pirang Takemichi.
"Baiklah, namaku Imaushi Wakasa, kau bisa memanggilku Wakasa" Ucap Wakasa sambil tersenyum kearah Takemichi.
"Waka kun, aku akan memanggilmu seperti itu, bolehkan? " Tanya Takemichi sembari menampilkan senyum manisnya pada Wakasa.
Wakasa yang melihat itu memerah padam. Apa ini ia baru saja jatuh cinta pada seorang bocah? Itupun pada pandangan pertama.
Hah gila, benar-benar gila. Bagaimana mungkin Wakasa tak jatuh cinta pada bocah mungil ini, lihatlah bocah ini wajah yang cantik meskipun ia seorang laki-laki, badan kecil, mata bulat berwarna biru laut yang membuat dirinya semakin menggemaskan.
Ahh ingin sekali Wakasa membawanya pulang ke rumah dan memanjakannya.
Takemichi hanya terdiam kala melihat Wakasa yang bengong sambil melihat kearahnya.
Kesambet kah apa gimana? Batin Takemichi kecil.
Karena gemas, Takemichi segera mencubit tangan Wakasa dengan tangan kecilnya. Sang empu pun akhirnya tersadar dan mengaduh kecil karena cubitan Takemichi.
"Waka kun tidak baik melamun di hujan seperti ini, nanti kau bisa kesambar petir" Ucap Takemichi sambil tertawa kecil.
"Heh benarkah itu? " Ujar Wakasa yang ikut tertawa dengan Takemichi.
"Tentu saja, ibuku yang bilang seperti itu"
Karena gemas akan tingkah laku Takemichi, Wakasa akhirnya mencubit pipi berisi milik Takemichi.
"Michi chan, maukah kau menjadi pacarku? " Tanya Wakasa pada Takemichi.
Dih si macan putih belang-belang:v
"Pacar? Tapi ibuku bilang itu tidak boleh" Ucap Takemichi sambil menggelengkan kepalanya.
"Eh tidak boleh? Kenapa? " Tanya Wakasa yang sok dramatis.
"Uhh, aku masih kecil jadi tidak boleh, tapi kalo Waka kun mau menunggu Michi mau kok" Ujar Takemichi sambil menyengir dan menampilkan barisan gigi putih nan kecil itu.
Wakasa pun hanya melongo, tak lama kemudian ia tertawa kecil dan mengelus pipi berisi milik Takemichi.
"Menunggu? Boleh saja tapi sampai kapan aku harus menunggumu? " Tanya Wakasa.
"Emm, sampai aku masuk smp" Jawab Takemichi sambil terus tersenyum kearah Wakasa.
"Baiklah, apapun untukmu Michi chan" Jawab Wakasa sambil mencium pipi Takemichi.
Mereka berdua pun akhirnya tertawa bersama-sama. Sambil menunggu hujan reda keduanya terus bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing.
Meskipun masih kecil, Takemichi dapat memahami itu semua. Jadi tak perlu pusing mengatur kalimat untuk dirinya.
Keduanya terus bercerita sampai tak sadar bahwa hujan telah berhenti.
Takemichi pun senang akhirnya ia bisa pulang kerumah. Ia sudah risih dengan baju yang basah dan hawa dingin yang terus menerpa dirinya walau sudah diselimuti oleh jaket milik Wakasa.
"Waka kun, Michi pulang dulu ya" Ucap Takemichi sambil memberika jaket milik Wakasa.
"Ya, mau kuantar pulang? "
"Tidak perlu, rumah Michi dekat dari sini" Tolak Takemichi sambil memyilangkan tangannya.
Wakasa pun hanya mengangguk paham. Sebelum pergi Takemichi meminta Wakasa untuk menundukkan kepala. Dan
Cup
Ciuman ringan Takemichi berikan untuk Wakasa. Tepat dibibir tipis milik Wakasa.
Wakasa pun membelalakkan matanya sebelum ia tersenyum.
Takemichi segera berjalan menjauh sambil melambaikan tangannya pada Wakasa.
"Sampai jumpa Waka kun" Ucap Takemichi sambil tersenyum.
Ahh gawat! Wakasa semakin gila karena Takemichi.
Bersabarlah hanya perlu menunggu 2 tahun sampai kau bisa memiliki Takemichi.
Tanpa ia sadari ada seorang pemuda dengan surai hitam mendekat padanya.
"Kau kenapa Wakasa? " Tanya pemuda tersebut yang bingung karena raut wajah Wakasa.
"Tidak, aku baik-baik saja" Ucap Wakasa sambil berjalan menjauh meninggalkan pemuda bersurai hitam tadi.
Ga nyambung ya? Punten ini aing ngentiknya sambil ngantuk.
Suka? Lanjut apa kagak ni?
Hujan begini enaknya ngapain?
Pinterest.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise || Wakasa x Takemichi --
De Todo[Discontinued] Awal pertemuan yang berakhir dengan kebahagian. . . . . semua karakter bukan milik saya!!