ice cream

401 87 20
                                    


Sudah hampir 2 minggu Wakasa menginap di kediaman Hanagaki untuk menjaga putra kecil mereka.

Sekaligus calon masa depannya. Dimana, suatu hari nanti Wakasa akan menjadikan bocah kecil itu sebagai teman masa hidupnya.

Menua bersama, mati bersama, dan dalam keadaan apapun mereka akan tetap bersama.

Biarkan maut yang memisahkan ikatan yang telah ia buat dari sekarang, sampai nanti ketika apa yang dirinya impikan berhasil terwujud.















Takemichi duduk di bangku taman sembari memandang Wakasa yang sibuk meletakkan barang pada motornya.

Kaki kecil itu sekali-kali bergerak maju mundur, helaan napas bosan ia keluarkan dengan keras.

Sengaja, agar Wakasa itu tau bahwa dirinya saat ini tengah bosan seperempat mati.

Seakan tuli, pemuda itu tak menggubris helaan napas Takemichi. Dirinya tengah asik mengemas dan menata apik tas yang ia bawa.

Bentar, disuruh nyuci piring dulu 🙂

Oke, udah selesai.

Karena tak mendapat respon dari sang empu, boneka kecil yang menemani dirinya sejak tadi dilempar dengan keras dan mengenai punggung Wakasa.

Sontak saja, sang korban pelemparan boneka tadi terkejut dan segera menoleh kebelakang.

Netral lilac menatap boneka yang telah jatuh ke tanah, kemudian beralih pada Takemichi yang duduk di bangku dengan raut wajah yang terlihat sangat kesal.

Senyum tipis terbit di kedua sudut bibirnya. Boneka itu ia pungut dan bawa mendekati Takemichi yang menolehkan pandangannya kearah tanaman hias milik sang ibu.

"Michi, ada apa?" Tanya Wakasa lembut.

Takemichi tidak merespon. Membuat Wakasa sedikit bingung.

"Michi marah?" Tanya Wakasa kembali.

Takemichi menggelengkan kepalanya, kedua tangan ia dekapan di depan dada. Selayaknya wanita ketika sedang merajuk pada pasangannya.

Wakasa tertawa kecil, pipi putih berseri itu ia cubit dengan pelan. Surai perak yang mengkilap ketika terkena sinar matahari ia gesekan pada benda kenyal itu.

"Yah, padahal hari ini aku mau beli es krim vanilla, tapi karena Michi marah jadi lain kali saja." Ucap Wakasa menoleh kebelakang.

Mendengar kata 'es krim vanilla' membuat jantung Takemichi berdegup kencang. Serasa makanan manis ini adalah belahan jiwanya.

"Aku mau!!" Pekik Takemichi meraih telapak tangan Wakasa.

Wakasa kembali menatap Takemichi yang menatapnya penuh binar. Kedua telapak tangan yang kecil itu mengepal menyalurkan semangat.

"Michi sedang marah, bukan? Jadi la-

" Tidak! Michi tidak marah. Ayo kita beli!!" Takemichi sembari menarik tangan Wakasa.

Tawa yang keras menggelegar di sana. Dengan mudah, Wakasa membawa Takemichi keatas pundaknya.

Kedua kakinya ia bawa untuk pergi menuju Bmart yang tak jauh dari sana.

"Aku mau yang besar!! Dan itu harus 2!" Minta Takemichi memeluk kepala Wakasa.

Sambil melihat beberapa penjalan, Wakasa tersenyum.

"Ya, apapun untuk Michi."
























Kedua manusia tadi telah sampai pada Bmart yang tak jauh dari kediaman Hanagaki.

Takemichi melahap es krim itu dengan lahap, sesekali ia akan menyuapkan itu pada Wakasa yang telah membuka mulutnya.

"Michi senang?" Wakasa sambil menjilat ujung sendok dengan, emm, erotis?

🙂

"Emm, ini sangat enak!!" Balas Takemichi penuh semangat.

Wakasa mengangguk, ia ikut senang jika bocah kecil yang berada di hadapannya ini bahagia.

Siang hari yang sangat terik itu diisi dengan celotehan dan tawa dari kedua pasangan ini.











































Pendek banget, tapi nikmatilah wahai pembaca sekalian.

Vote nya dong janda. Pembaca gelap pada minta di slebew ya?

Padahal yang nyuruh juga seorang pembaca gelap yang kagak pernah vote, apalagi komen di lapak orangಥ‿ಥ

Padahal yang nyuruh juga seorang pembaca gelap yang kagak pernah vote, apalagi komen di lapak orangಥ‿ಥ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pinterest.

 Promise || Wakasa x Takemichi --Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang