Us

30.8K 3.4K 994
                                    

"Biar Dira bantu, Tante..." Kata gue.

Basa-basi adalah hal yang sangat anti gue lakukan, tapi kali ini gue melakukan hal yang satu itu sebab gue nggak mungkin hanya berdiam diri selama menumpang di rumah bokap yang mana adalah kediaman wanita ini juga.

Sekarang, waktu udah menunjuk tepat di angka 11 siang. Gue baru kembali lagi ke lantai satu setelah mandi dan ganti baju sebab hari ini gue harus keluar dari rumah bokap. Meskipun gue masih belum punya tujuan, gue tetap harus pergi. Berlama-lama di rumah ini cuma akan bikin bokap curiga tentang keadaan rumah tangga gue dan Mas Sabi saat ini.

Tadi pagi adalah pagi paling canggung yang pernah ada. Bahkan hari pertama setelah gue menikah dengan Mas Sabi, gue nggak merasa secanggung itu. Perlu gue kasih tau? Begini, beberapa jam yang lalu, gue bangun dari tidur gue dan langsung menuju ke dapur. Gue lupa kalau ini bukan rumah gue dan gue masih aja melakukan kebiasaan-kebiasaan yang gue lakukan di rumah.

Gue mencuci beberapa gelas yang ada di dapur, bahkan gue hampir aja masak nasi dan nyiapin sarapan untuk orang-orang di rumah ini. Untungnya, yang pertama kali memergoki gue melakukan itu adalah bokap. Bokap bilang, gue nggak harus melakukan hal itu karena gue cuma harus istirahat kalau menginap disini.

Sampai situ masih biasa aja, dan saat istrinya bokap muncul di dapur kemudian memergoki gue dan bokap tengah membicarakan hal itu, bokap langsung ngadu dan kembali menceritakan soal hal yang bokap liat sebelum wanita itu datang.

Dan parahnya, sampai ke meja makan dan selesai menghabiskan sarapan yang di buat wanita itu, gue masih aja pingin ngerapihin bekas makan gue dan bekas makan orang-orang. Huuft!

Omong-omong, gue menghabiskan pagi gue di rumah ini hanya bertiga. Gue, bokap, dan istri barunya. Kebayang 'kan kikuknya kayak apa? Oh, Gabriella dan Bara pergi keluar kota seperti apa yang mereka bilang di hari sebelumnya. Bokap bilang, tujuan mereka pergi adalah karena Gabriella mau nonton konser salah satu Band favoritnya, dan Bara adalah salah satu anggota Band tersebut.

Gue masih nggak ingat soal Bara. Eksistensinya di Jakarta Fashion Week saat itu sama sekali nggak membekas di ingatan gue. Mungkin karena saking terlalu banyaknya orang, atau mungkin juga karena gue cuek dan nggak terlalu memperhatikan laki-laki yang hadir di acara itu.

Mas Sabi? Terhitung sampai detik ini, belum ada panggilan masuk ataupun pesan yang Mas Sabi kirim ke gue. Mungkin Mas Sabi lupa kalau dirinya masih punya istri. Atau mungkin juga Mas Sabi memang pingin pergi dan ninggalin gue. Nggak tau, deh.

"Eh, Dira... kaget, Tante kira siapa." Kata wanita itu, rambutnya diikat asal, sangat Ibu-Ibu sekali.

"Hm, maaf, Tante. Mau Dira bantu? Tante mau buat makan siang, ya?"

"Oh, nggak, Ra. Papa kamu siang ini ada kerjaan dan ngajak Tante untuk makan di luar, nanti kamu sekalian ikut aja."

"Ah... oh, nggak usah, Tante."

"Dira mau langsung pulang sekarang?"

"Hah?"

"Buru-buru banget, Sabian baru juga dateng."

Gue diam untuk beberapa detik. Apa katanya tadi?

"Sab..." Gue mengernyit, "Sabian? Maksudnya.... Mas... Sabi?"

"Iya."

"Mas Sabinya aku?"

"Iya, Sabiannya Dira."

"Eh? Hm... maksud aku, Mas Sabi disini?"

"Baru banget dateng, ini Tante mau buatkan kopi untuk Sabian."

"Ah....." Gue ngangguk-ngangguk. "Mas Sabi?" Tanya gue lagi untuk memastikan. "Mas Sabi..... tau aku disini dari mana?"

"Loh? Bukannya Sabian datang kesini karena disuruh kamu untuk jemput?"

Simbiosis Mutualove You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang