Bimbang

30.7K 2.6K 335
                                    

Gue terbangun dari tidur saat mendengar benda terjatuh yang cukup keras. Ketika membuka mata, gue merasakan tubuh gue terasa nyeri. Mulai dari ujung kaki sampe ke ujung kepala semuanya terasa sakit dan ngilu. Sangat melelahkan. Ya tentu. Siapa yang nggak lelah setelah melakukan kewajibannya sebagai istri sampe pagi buta akibat suami yang nggak pernah ada puasnya?

Well, gue harus mengakui sekali lagi bahwa Mas Sabi memang gila. Gila karena Mas Sabi terus melakukannya sampe lupa waktu. Oke. Ada saat dimana gue pingin menghentikan apa yang gue dan Mas Sabi lakukan semalaman, tapi ada saat dimana gue merasa ingin terus membiarkan Mas Sabi membuat gue sampai di puncak paling tinggi kenikmatan yang selama ini nggak pernah bisa gue dapatkan kalo gue bermain-main dengan diri gue sendiri.

Gue menggaruk kepala gue sambil mengubah posisi gue menjadi duduk. Menyibakkan selimut yang menutupi tubuh gue kemudian sedikit tersenyum saat menyadari gue memakai kaus putih yang Mas Sabi kenakan tadi malam. Kaus yang ketika gue kenakan terlihat jauh lebih mirip gaun tidur kebesaran dibanding atasan biasa. Tapi ini, ini adalah salah satu imajinasi yang sering gue bayangkan. Terbangun dari tidur sambil mengenakan pakaian yang suami gue pake malam sebelum pertempuran ditas ranjang, heheh. Dan hari ini akhirnya imajinasi itu bisa kesampean juga. Finally!

Gue turun dari ranjang milik Mas Sabi, hal yang pertama kali gue lakukan adalah memasang bra gue yang tergeletak ditepi ranjang, kemudian merapihkan tempat tidur Mas Sabi lalu keluar dari dalam kamar Mas Sabi dengan tetap mengenakan kaus kebesaran sang empunya kamar. Gue nggak tau dimana Mas Sabi meletakkan pakaian yang gue kenakan tadi malam, karena yang pasti, gue nggak bisa menemukan sisa-sisa percintaan gue dan Mas Sabi didalam kamar milik Mas Sabi.

Begitu tiba diluar, gue langsung berjalan ke dapur, niatnya mau minum segelas air, tapi kaki gue ngerem mendadak saat liat keadaan dapur yang udah berubah dan mirip kapal pecah, entah sejak kapan karena seingat gue tadi malam keadaan dapur masih oke-oke aja.

"Sorry.... bisa minggir sedikit?" Gue menoleh saat Mas Sabi memegang bahu gue dan menggeser tubuh gue ke samping. Mas Sabi meletakkan sebuah mesin kopi diatas kabinet dapur. Pakaian kantornya udah terpasang dibadan, lengkap dengan rambut yang tersisi rapih dan sepatu dikakinya.

"Mas Sabi bangun jam berapa?" Tanya gue setelah meneguk habis air putih didalam gelas.

Mas Sabi diam. Sibuk mengutak-atik mesin kopi yang nggak tau kapan dia beli tiba-tiba udah ada di dapur.

"Ini mesin kopi punya siapa?" Tanya gue. "Mas Sabi beli mesin kopi?"

"Iya, biar kamu nggak perlu repot-repot bikinin saya kopi."

Gue mengernyit. Meletakkan gelas gue diatas meja kemudian melipat kedua tangan gue didepan dada, "kenapa? Kopi buatan saya nggak enak?"

"Saya udah kesiangan. Berangkat kerja dulu, ya." Katanya setelah menoleh. Mengusap-usap punggung gue dan memeluk gue sekilas, tanpa menghiraukan pertanyaan gue atau seenggaknya basa-basi pagi, Mas Sabi udah pergi meninggalkan dapur dan mungkin langsung berangkat ke kantor tanpa menanyakan gimana perasaan gue setelah apa yang kami lakukan semalam sampe pagi buta.

Setelah melakukan hal itu, nggak akan ada yang berubah diantara gue dan Mas Sabi? Really? Kami berdua tidur bareng tanpa ada paksaan, kami menikmatinya, Mas Sabi bahkan mendesahkan nama gue dengan suara seksinya sambil terus menerus membuat gerakan yang bikin gue mabuk kepayang. Lalu sekarang apa? Semuanya harus kembali seperti sebelumnya saat keadaan gue dan Mas Sabi saling canggung dan kikuk? Sial.

Mungkin Mas Sabi bisa. Tapi sumpah demi apapun, gue nggak bisa. Gue masih bisa merasakan Mas Sabi didalam diri gue, semuanya masih terekam jelas, tapi sikap Mas Sabi sama sekali nggak berubah? Ish.

Simbiosis Mutualove You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang