Jurnal Hati

2 1 0
                                    

Hari ini, Minggu, 31 Oktober 2021 adalah hari yang paling membingungkan kesekian kalinya. Tidak, mungking yang keseribu kalinya.

Setelah lulus pesantren keinginanku untuk kuliah sangat besar. Ingin sekali mengabulkan permintaan mamah yang memintaku sarjana. Apapun jurusannya. Minimal dan yang penting sarjana. Awalnya aku bertekad ingin ke mesir, tapi hatiku berkata lain. Akhirnya aku masuk salah satu universitas swasta di sukabumi. Awalnya sangat semangat. Apalagi saat masa bimbingan mahasiswa. Aku membuat video perkenalan yang membuat semua mata takjub. Tapi sepertinya, hati ini berkata yang lain lagi.

Sepertinya keinginanku untuk kuliah semuanya bohong. nyatanya aku tidak menikmati setiap prosesnya. Memang, hidup itu tidak ditentukan oleh selera. Apapun rasanya, entah itu manis ataupun pahit kita harus siap menerimanya. Tapi kan, hidup itu pilihan. Slogan itu sudah valid. Dan semua itu bukan pilihan aku sendiri. melainkan hanya sebuah tuntutan.

Sejujurnya, sejak awal. Aku sudah punya rencana yang matang. Mulai dari belajar, bisnis, keuangan, dll sampai tujuan akhirnya. Aku ingin sekali langsung bekerja dan berbisnis. Aku sudah sangat yakin dengan itu. Hanya tinggal menjalankannya dengan waktu penuh. WAKTU PENUH artinya semua waktu yang aku punya saat ini, aku ingin fokus dengan bisnis yang ingin aku bangun. Sebetulnya sudah berjalan sebelum aku masuk kuliah dan aku sudah menghasilkan dari situ. Cukup lah. Namun balik lagi, mamah tidak mengizinkan itu. aku tetap harus kuliah dan mendapatkan ijazah dan gelar. Baginya mungkin sangat penting. Tapi entah apa pentingnya bagiku.

Saat aku mulai masuk kuliah, aku terdesak oleh waktu. Kuliah jurusan DKV memberikanku banyak sekali tugas. Setiap hari pasti ada tugas. Bisnisku di bidang jasa desain pun sedang meningkat pesat. Banyak sekali orang yang pesan. Dan satu pekerjaannya tidak bisa di selesaikan dalam sehari. Project musik yang aku jalankan juga mengharuskanku untuk meluangkan banyak waktu. Di samping itu, aku mengurusi website angkatan yang tak bisa di biarkan, pesanan pembuatan musik yang entah dari mana datangnya, teman" pesantren yang meminta tolong kepadaku karena hanya aku yang mereka percaya dan bisa menyelesaikannya, di tambah teman dekat selalu mengajakku pergi dan meluangkan waktu bersama. Sementara waktu dalam sehari hanya 24 jam. Dan juga, semua pekerjaan ini memiliki deadline yang harus aku tepati. Lalu, kapan aku meluangkan waktu untuk diriku sendiri?

Semenjak itu aku mulai muak dengan semuanya. Tugas kuliah terabaikan, semua pesanan desain aku selesaikan dengan cepat dan sebagian aku batalkan, Project musik aku hentikan, Website angkatan? aku tak peduli, Teman pesantren yang jauh di sana? siapa mereka? masih banyak orang lain yang bisa mereka mintai tolong. Ngopi bareng teman dekat? tentu, tapi dengan ekspresi palsu.

Entah apa yang terjadi, apa yang merasuki diriku, kenapa semuanya aku tinggalkan, bagaimana cara memperbaikinya, kapan semuanya akan pulih, kemana semuanya kan berujung. Bukan menyerah, hanya lelah. aku perlu waktu untuk merenungkannya. terlalu banyak jalan yang aku pilih. pilihan orang tua, pilihanku, bahkan pilihan orang lain. Semua pilihan itu aku jadikan satu dalam waktu yang sempit. sehingga yaa... begini akhirnya. Aku muak. Aku kesal kepada diriku sendiri yang katanya bisa melakukan semuanya. Ya, aku memang bisa, tapi tidak dalam satu waktu bersamaan. Aku pengecut, yang hanya bisa menerima tanpa berani menolak. Yang pada akhirnya semua orang menolakku.

Sudah beberapa kali aku berdebat dengan orang tuaku bahwa aku tidak mau kuliah. karena sejujurnya itu TIDAK PENTING BAGIKU. Hanya membuang-buang uang dan waktu. Kuliah tidak kuliah aku masih tetap belajar kok. setelah kuliah pun aku tetap kembali ke tujuanku. setelah mendapat ijazah pun ijazah itu tidak ada gunanya. hanya sebuah kertas bertulisan lulus sebagai simbol aku pernah kuliah di univ ini dan itu. Gelar?! Menurutku zaman sekarang gelar tidak lagi sekeren dulu yang pasti di hormati dan pasti mendapatkan pekerjaan bagus. toh banyak sekali orang yang bergelar tapi tidak bisa apa-apa. PALSU. Kecuali, jika aku manusia yang tidak memiliki tujuan dan keterampilan. Maka aku pantas kuliah.

Tapi sedetail apapun aku menjelaskan alasanku. mamah tetap membantahnya. dia tidak mau tau apapun yang terjadi aku harus lulus kuliah tepat waktu dan mendapatkan gelar. Aku bertanya : "Emang kalo ga kuliah, mamah gak ridho?" dan jawabannya : "Ga akan pernah ridho"

Itu kalimat yang memulai bahwa aku akan mengecewakannya.
Di kondisiku yang seperti ini, kuliah ku yang terabaikan akan berakhir wasallam.
Aku yakin, aku akan lulus sebelum waktunya, tanpa ijazah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memoar Tak TernilaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang