🚀Bintang Biru, atau Mungkin Supernova?

50 15 40
                                    

"Jun, belum pulang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jun, belum pulang?"

Di koridor kelas yang persis menghadap lapangan, Juno memandangi Alfa yang menghampirinya. Tak begitu peduli dengan kehadiran manusia tidak penting itu, Juno melempar-lempar botol Fruit Tea di genggaman tangan yang masih berisi setengahnya. "Biasalah."

Alfa mengguyur mukanya sendiri dengan air dingin dari botol minum Alfa. Sejenak, Alfa mengibas-ngibaskan rambutnya yang bermuatan kolaborasi antara keringat dan air minum. Sok keren. Alfa melonggarkan kerah kausnya yang terasa gerah. "Iris, pasti. Juno sejak kapan kerja part-time jadi asisten Iris?"

Iya juga. Juno sudah belasan tahun antar-jemput Iris tanpa bayaran. Kenapa dirinya seolah diperbudak begini? Juno hanya mengangkat bahu, merasa tak perlu mengonfirmasi lebih lanjut. Alfa duduk selonjoran di sampingnya. Tanpa merasa kesulitan, Alfa melempar botol air mineralnya yang sudah habis ke arah tong sampah. Diam-diam, Juno menyaksikannya. Masuk. Alfa melemparnya dari jarak berkisar lima meter. Lumayan juga.

Detik berikutnya, mata Juno melotot lebar, lekas menarik setiap pujian yang nyaris dilontarkannya pada Alfa. "Apa-apaan?"

Tanpa terlihat menyesal atau merasa bersalah, Alfa malah nyengir lebar setelah merebut minuman Juno hingga menandaskannya sampai tetesan terakhir. "Terima kasih, Bung. Ya ampun. Perhatian sekali. Aku doakan tuan putrinya cepat peka."

Di saat yang bersamaan, pintu kelas di belakang punggung Alfa terbuka. Anak itu terjungkal. Sementara di balik daun pintu, pelakunya keluar kelas dengan senyuman cerah tanpa beban. "Juno!"

Iris melambai-lambaikan tangan dengan heboh, sudah seperti seorang ibu yang baru dipertemukan dengan anaknya setelah beratus abad lamanya, di serial India. Untunglah tidak ada peluk-pelukan, backsound romantis, atau pohon-pohon menjulang yang bisa digunakan sebagai properti pendukung suasana.

Aduh. Lagi-lagi disapa selebay itu. Juno memalingkan wajah. Itu menyilaukan, tahu!

Bu Yanti—pembimbing KSN astronomi sekolah—beserta dua teman satu tim Iris sudah keluar dan memisahkan diri, menyesuaikan dengan agenda masing-masing. Di saat itu, barulah Iris menyadari eksistensi spesies rabies yang tengah tengkurap sambil memegang bagian belakang kepalanya.

"Eh, ada Alfa juga. Lagi ngapain? Latihan futsal juga bisa sambil rebahan?" tanya Iris, membulatkan matanya dengan antuasias penuh.

Juno yang malah menjawab, "Lagi nge-date sama lantai. Enggak apa-apa. Biarin aja."

Alfa mengerang pasrah, tetapi bukan karena kepalanya yang masih terasa berdenyut nyeri. "Iya, astaga. Lantai, cakep amat, sih. Jadi makin sayang, deh. Muah." Tak mau kalah, di tengah kekesalannya itu, Alfa terpikirkan ide untuk membalas dendam. Seketika, seolah tak terjadi apa-apa pada kepalanya, Alfa langsung bangkit duduk. Tampak segar. Tangannya mengelus-elus setiap senti permukaan lantai yang licin sekaligus bekas pijakan sepatu anak lain. "Aku sama lantai aja uwu, Juno kapan jantannya? Padahal ada di sebelah ...."

Binary AsteroidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang