🚀Justifikasi untuk Dependensi dan Prevalensi

16 8 1
                                    

Sama Gammy?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sama Gammy?

Juno pasti marah besar, ya. Namun, kenapa? Apa Iris sudah keterlaluan?

Ketika Iris tidak memiliki ide untuk bicara apa lagi, Juno mengembuskan napas berat. Lelaki itu kembali ke bangkunya untuk menggendong ransel, lantas keluar kelas dengan melewati Iris begitu saja. Hingga sosok tinggi itu berbelok dan menuruni anak tangga, kedua manik Iris masih mengikuti punggungnya dalam diam.

Tidak. Iris tidak pernah melihat Juno yang seperti itu.

Baiklah ... kalau dipikir-pikir, Iris sepertinya sudah terlalu seenaknya pada Juno. Entahlah. Selama lima belas tahun jalan hidupnya beriringan dengan Juno, Iris tak pernah memikirkan posisi dan situasi Juno. Selama ini, meskipun seringkali mengeluh atau protes keberatan, Juno tak pernah marah atau menolak Iris. Hal itu yang membuat Iris abai, sehingga kepekaan dan sensitivitasnya menjadi sangat tumpul.

Iris salah. Hal yang lebih salahnya lagi, kenapa semuanya baru terasa salah ketika Juno memilih pergi?

Biasanya, sekesal apa pun Juno pada Iris, mereka akan tetap melangkah bersama, seolah tak pernah terjadi apa-apa. Berbeda dengan kali ini. Tanpa tahu alasan konkretnya, saat ini, Iris merasa hubungan keduanya benar-benar pecah, dan Iris tidak yakin bisa memperbaikinya dalam waktu dekat.

Oh, tidak, tidak! Kalau Iris mundur begitu saja, bukankah itu sama saja membenarkan sugesti buruk dalam dirinya?

Ayolah ... sebelum terlambat! Sebelum Juno benar-benar merentang jarak dan mereka terbiasa dengan rasa saling asing, Iris harus lebih dulu mencegahnya terjadi. Anak itu menggeleng, berharap dapat mengusir rasa pusing yang muncul di kepala. Detik berikutnya, Iris berlarian ke bawah, mencari punggung Juno.

"Juno!" panggil Iris, setengah berteriak. Kedua kaki kecilnya tergesa-gesa menghampiri Juno di anak tangga paling bawah.

Demi mendengar seruan itu, Juno menghentikan langkahnya sejenak. Tanpa berbalik badan, Juno menjawab, "Apa?"

Oke, sekarang apa? Meski terlihat seperti sedang bicara pada punggung Juno, Iris mendadak saja merasa gugup. Ujung jarinya bergetar, tremor. Takut yang dikatakannya malah membuat Juno tambah menjauh. Iris menggigit bibir bawahnya dalam-dalam. "Uhm, Juno rapat dulu, ya? Iris tunggu, deh. Di halaman belak ...."

"Enggak usah," sambar Juno, cepat. Lelaki itu membenarkan posisi tali ransel di pundaknya. "Bakalan lama. Pulang duluan saja. Mau kupanggilkan Kak Gamma?"

Kak Gamma ... oke, panggilannya sudah kembali normal daripada yang tadi. Entah kenapa, tetapi Iris bisa mendengar nada muak Juno ketika menyebut Gammy di bingkai pintu kelas tadi. Iris menarik kedua sudut bibirnya ke bawah. "Tapi ...."

Juno sudah membalikkan badan menghadap Iris. Akan tetapi, tatapannya diarahkan untuk anak perempuan lain di belakang Iris. "Oh, Lu. Sini, deh."

Kalimat Iris belum tuntas, dan Juno telanjur memanggil Luisa. Apa boleh buat. Meski merasa tidak enak hati, Luisa pun mendekati Juno dengan ringisan kecil di wajahnya. "Kenapa, Jun?"

Binary AsteroidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang