Pernahkah kamu membayangkan seorang lelaki nolep yang tidak memiliki minat khusus di bidang seni musik, mendadak saja membuat keputusan besar untuk ikut berpartisipasi dalam menampilkan sebuah lagu?
Biarlah gerimis manis yang turun sedikit demi sedikit hingga menjeda pertandingan futsal di hari kedua Persatas Day ini, membisikkanmu suatu informasi yang tidak penting dan tiada faedahnya: Anak lelaki itu adalah Juno. Sampai saat ini, yang mengetahui kejutan tersebut hanyalah Iris, anak OSIS, dan teman sekelasnya yang sempat mendapati Juno berangkat sekolah dengan membawa gitar.
Sesuai dugaan, kernyitan kening tak percaya bermunculan. Ya ... siapa, sih, yang tertarik mendengar suara Juno? Iris saja yang tampaknya tak memikirkan kerusakan dan timbulnya polusi suara sebagai dampak dari penampilan Juno. Meski begitu, tidak ada yang terlalu memedulikannya sampai bertanya ini-itu, kecuali Alfa.
Di tengah hari, sebelum digelarnya pertandingan final antara XI MIPA-3 dan XI MIPA-4, Juno undur diri dari belakang panggung, lalu berlarian ke dalam kelas. Menurut jadwal, penampilan Juno tepat setelah ini. Iris baru menyelesaikan lagunya, dilanjut dengan Alfis. Juno harus segera bersiap. Alfa yang baru selesai bertanding di semifinal dengan XI MIPA-4 pun menghampiri Juno dengan kedua alis terangkat.
"Demi apa, sih? Juno mau tampil? Motivasinya dari apa, Kakak?"
Cengiran tengil Alfa malah membuat Juno jadi emosi. Sesaat, Juno mengecek suara gitarnya sambil menyesuaikan kunci sesekali. Jangan salah. Sebagai anak yang ingin dicap keren juga dulunya, Juno pernah berlatih gitar secara autodidak. Bukan sekali dua kali ia menjadi pengiring musik bagi Iris yang suka menyanyi di sana-sini. Juno mendengkus, sebal karena Alfa tak kunjung menyingkir dari hadapan. "Ada janji ke Iris. Janji adalah janji, 'kan?"
"Bucin adalah bucin," beo Alfa, malah meledek. Anak itu tergelak kencang. Seolah aksinya untuk menyalurkan tawa itu masihlah kurang, tangan Alfa pun totalitas menggebrak meja. "Jadi mau sekalian kasih kode, nih? Lagu apa, Bang? Treat You Better-nya Shawn Mendes?"
Juno lebih memilih untuk tak menanggapi pertanyaan Alfa.
Akan tetapi, anak itu malah makin kurang ajar. Diraihnya sapu dari pojokan kelas. Tanpa peduli muka keruh Juno, dengan santainya, Alfa naik ke atas bangku, lantas berlagak memerankan Juno yang sedang berada di atas panggung. "I know I can treat you better, than he can. And any girl like you deserve a gentleman. Tell me why are we wasting time and all your wasted crying, when you should be with me instead? I know I can treat you better ... better than he can!"
Detik berikutnya, Juno memutuskan bangkit untuk menyumpal mulut Alfa yang suaranya sudah seperti cicak berak. Sangat memaksakan diri. Juno melotot. "Enggak, lah! Aku enggak senarsis itu buat ngerasa bakalan lebih baik dibandingkan Kak Gamma."
Mendapati Juno yang melangkah menjauh, Alfa pun meloncat turun dari bangku. Oh, jangan lupakan bibir bawahnya yang dimonyongkan dalam maksud mencibir habis-habisan itu. "Padahal aku enggak nyebut kalau lagunya itu ditujuin buat hubungan Iris sama Kak Gamma, lho. Kelihatan banget. Si Bucin baperan, ih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Binary Asteroid
Ficção Adolescente"Di mataku, kita itu satu. Layaknya sebuah planetoid yang bergenggaman. Namun, akhirnya kusadari, angular resolution-ku yang kelewat besar dari batas maksimum diameter sudut antara kita. Karena pada kenyataannya, kita hanyalah binary asteroid, tak l...