Arina berjalan menuju kelasnya sembari membalas beberapa sapaan dari siswa serta siswi lain.
Sesampainya di depan pintu kelas, Arina menarik nafas lalu menghembuskannya. Hari ini dia datang rada terlambat ke sekolah namun untungnya bel masuk belum berdering. Arina terlambat karena memang dia menunggu papanya untuk mengantar dirinya.
Arina dapat mendengar suara ribut yang di timbulkan oleh kelasnya, apalagi yang mendominasi adalah suara Reva serta Nanda.
Dia melangkah masuk kemudian mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas. Tatapannya bertemu dengan tatapan mata seorang laki laki yang tak lain dan tak bukan adalah Zaigam.
Kali ini, Arina adalah orang yang memutuskan tatapan itu, masih di ingatnya dengan jelas perkataan Zaigam kemarin.
Arina kemudian duduk di kursinya yang langsung di samperin oleh Nanda dan Reva tak lupa dengan kehebohan serta keributan. "Wihh tumben terlambat." ucap Reva. Pasalnya Arina bisa di katakan murid teladan di sekolah, tak pernah terlambat dan tak pernah melakukan hal hal yang bisa dikatakan tidak disiplin.
"Iya, baru liat seorang arina terlambat." timpal Nanda.
"Hmm, tadi gue nunggu papa antar." ucap Arina. Entah kenapa Arina merasa ada yang menatapnya. Dia pun mengedarkan pandangannya dan tak sengaja bertatapan dengan Zaigam. Zaigam yang ketahuan pun pura-pura mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Lo kenapa Rin?" Tanya Nanda yang melihat gerak gerik Arina. Arina yang mendengar pertanyaan Nanda itu langsung menggelengkan kepalanya, memberitahukan bahwa dia tidak kenapa kenapa.
Yah, Zaigam adalah orang yang menatap Arina. Entah kenapa, hanya saja dia merasa aneh jika berdekatan dengan Arina. Padahal dia baru berada di sini, tapi ah sudahlah, Zaigam kemudian menelungkupkan kepalanya di atas mejanya.
Bunyi bel masuk terdengar, Zaigam yang baru menelungkupkan kepalanya mendongak dengan helaan nafas. Baru saja mau tidur, sudah di bangunkan saja.
Beberapa menit kemudian terdengar bunyi ketukan sepatu, yang bisa di tebak itu adalah guru yang akan mengajar di kelas mereka. Dan benar saja itu buk Sinta, guru yang mengajar mata pelajaran sejarah di dalam kelas mereka.
"Selamat pagi semua." Ucap buk Sinta yang tengah berdiri di depan mereka semua yang langsung di jawab serentak.
"Udah pada siap belajar kan?" Tanya buk Sinta kepada mereka. "Jelas dong buk," ucap Rangga lantang.
"Jelas belum siap buk." tambahnya yang langsung membuat seisi kelas pecah tawanya. Ini sudah dapat di tebak, Rangga adalah orang pecicilan jelas saja dia menjawab seperti itu. Untung saja buk Sinta sudah terbiasa dengan ulah kelas mereka, kalau tidak bisa bisa di bawa ke BK.
Pernah beberapa kali, ada guru yang pertama kali masuk ke kelas mereka, seperti biasa dengan ulah Rangga dan beberapa yang lain, kelas mereka langsung di jadikan perbincangan. Maklum, rupanya guru juga bisa bergosip. Itu yang membuat mereka seisi kelas akan melihat dulu jika ada guru baru yang masuk. Apakah bisa di ajak bercanda atau tidak.
"Buk saya ada gombalan nih." ucap Rangga kepada buk Sinta. Teman temannya yang lain pun menunggu saja apa yang akan di katakan Rangga.
"Apa Rangga?" tanya buk Sinta meladeni.
"Ibu tau nggak kenapa sejarah itu ada?" tanya Rangga, melihat ibu Sinta yang berniat jawab, Rangga pun meletakkan jari telunjuknya di depan mulut.
"Jangan jawab tau buk, kan nggak lucu niat saya mau gombal malah ibu jawab dengan pembahasan pelajaran." sontak semuanya tertawa lagi.
"Woii, lagian Lo gombal pake bawa bawa sejarah segala." ucap Reva. Nah mulai, pertikaian ini akan berlanjut jika saja buk Sinta tak menghentikannya.
"Sudah sudah, Rangga lanjutkan cepat biar ibu terangkan." ucap buk Sinta kepada Rangga.
"Sejarah ada untuk mengenang masa cinta kita buk." ucap Rangga yang langsung di soraki oleh teman sekelasnya kecuali Arina dan Zaigam. Arina hanya tertawa melihat kelakuan Rangga, beda lagi dengan Zaigam, yang sedari tadi hanya menatap ke arah Arina.
"Ok cukup, sekarang ibu akan mulai menerangkan lanjutan Minggu kemarin." ucap buk Sinta yang membuat tatapan Zaigam teralihkan.
Sebenarnya arina menyadari bahwa sedari tadi Zaigam menatapnya. Hanya saja dia berpura pura tidak tahu akan hal itu. Arina kemudian memusatkan perhatiannya kepada buk Sinta yang tengah menjelaskan materi di depan.
Setelah berkutat dengan mata pelajaran beberapa saat yang lalu, waktu istirahat telah tiba, siswa siswi tampak berhamburan keluar dari kelas. Ada yang duduk di depan kelas, di taman dan sebagiannya. Tempat yang paling mendominasi adalah kantin untuk saat ini.
Terlihat Zaigam, yang tengah duduk sendiri di bangku kantin yang terletak di pojokan. Sebenarnya tempat itu adalah tempat yang biasa di huni oleh Raffa dan teman temannya, hanya saja Zaigam belum tau.
Di sekitarnya tampak ada siswa perempuan mencuri curi pandang ke arahnya, tapi mereka tidak berani mendekat. Bagaimana tidak, sedari tadi Zaigam duduk dengan wajah datarnya. Sebenarnya Zaigam di ajak bergabung dengan teman laki laki yang berada di kelasnya, hanya saja dia menolak.
Tak berapa lama, Nathan, Satya dan teman Raffa yang lain duduk menghampiri Zaigam. "Halo bro!" Ucap nanthan sambil merangkul bahu Zaigam yang sedang duduk.
Zaigam memandang datar ke arah tangan Nathan yang berada di bahunya, menyadari hal itu, Nathan pun menurunkan tangannya.
"Lo pada ngapain di sini." Ucap Zaigam
"Lah ini kan bangku biasa kita bro." ucap Doni
"Oh!" ucap Zaigam berniat pergi dari situ yang langsung di tahan Sakti.
"Santai lah, kita cuman mau berteman sama Lo." ucap Sakti kepada Zaigam. Zaigam terus saja menampilkan wajah datarnya, namun tak urung, dia tetap berada di situ dan mendengarkan ocehan yang bisa di katakan tak penting olehnya.
Sedang tak jauh dari mereka, ada Arina, Reva dan Nanda yang juga sedang duduk di bangku kantin, menunggu pesanan mereka datang.
"Lihat lihat, itu Zaigam duduk Ama temen temennya Raffa." ucap Reva yang langsung menutup mulutnya karena menyebutkan nama Raffa.
Arina yang mendengar hal itu kemudian memandang ke arah dimana Zaigam dan teman teman Raffa duduk. Melihat itu semua dia serasa melihat Raffa yang duduk.
Tiba tiba seorang gadis datang ke arah Zaigam. Gadis itu, sebut saja Sheryl dia adalah gadis yang selalu mengejar ngejar Raffa dulu. Padahal dia tau, Raffa tengah berpacaran dengan arina.
Sheryl memandang ke arah Arina, kemudian dia menampilkan senyuman sinis. Dalam hatinya, tidak mendapatkan Raffa maka bukan berarti tidak mendapatkan Zaigam. Yah, sekarang dia akan menargetkan Zaigam untuk di kejarnya.
Sedari tadi, teman teman Raffa serta Zaigam nampak risih akan adanya Sheryl. Tak sengaja, Zaigam melihat Arina yang tengah menatap Sheryl dengan pandangan aneh. Mungkin saja teman teman Raffa tau tentang ini, dia akan meminta mereka menceritakan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARINA
Teen FictionZaigam, laki-laki berparas tampan dengan raut datar yang selalu menghiasi wajahnya. Siswa pindahan yang kedatangannya membuat seluruh siswa heboh, bahkan sehari sebelum kepindahannya. Terlepas dari wajah tampannya yang menarik perhatian, rupanya ada...