PART LIMA BELAS

53 52 57
                                    

Deru suara motor memasuki parkiran sekolah terdengar saling bersahutan karena memang sebentar lagi bel akan berbunyi. Dari sekian motor yang berdatangan, salah satu motor menjadi pusat perhatian.

Motor itu adalah motor yang tengah di kendarai oleh Zaigam. Lelaki itu datang tidak hanya sendiri, ada seseorang yang berada di boncengannya.

Bisa dikatakan, ini kedua kalinya siswa disini melihat Zaigam membonceng orang lain. Yang pertama adalah Arina dan yang kedua ini adalah seseorang yang bisa di katakan tidak ada yang menduganya sama sekali. Sheryl, gadis itu yang berada di boncengan Zaigam.

"Wah, kok mereka bisa bareng?"

"Heh, ada apa nih?"

"Lah kok bisa."

"Wait, wait, gue belum connect,"

"Wah gila, apa Zaigam dah kena santet sama nih orang?"

Bisikan-bisikan ramai terdengar membicarakan mereka berdua. Banyak yang tidak percaya dengan apa yang tengah mereka lihat saat ini.

Zaigam hanya diam meninggalkan Sheryl yang masih berdiri di dekat motornya. Gadis itu sepertinya tengah membanggakan dirinya karena bisa duduk di boncengan Zaigam.

Belum sempat Zaigam masuk ke dalam kelasnya, dia berpapasan dengan Arina yang baru juga datang. Gadis itu melengos begitu saja tanpa memandang Zaigam barang sedikitpun.

Zaigam yang berwajah datar, mengangkat bahunya dengan raut tak peduli.

Baru saja masuk ke dalam kelas, Zaigam menjadi pusat perhatian teman-temannya. Dirinya udah seperti pelaku kejahatan yang siap di interogasi. Hanya saja tidak ada yang berani mengintrogasi dirinya. Bagaimana tidak, wajah datarnya itu membuat teman-temannya takut serta sungkan pada dirinya.

Ets, tunggu, sepertinya tidak bagi satu orang ini. Rangga datang menghampiri Zaigam. Dia duduk tepat di depan Zaigam dengan pandangan yang memicing. Zaigam mengangkat sebelah alisnya, menunggu apa yang akan di lakukan oleh Rangga.

Sepertinya dia akan menjadi perwakilan dari teman-temannya yang sedang penasaran. Lihat saja, teman teman kelasnya beberapa ada yang melirik ke arah mereka, bersiap mendengar jawaban yang terlontar dari pertanyaan yang akan di ucapkan oleh Rangga.

Suara Rangga yang sedang bertanya pada Zaigam, membuat setiap teman kelasnya menyiapkan telinganya.

"Gam, Lo udah makan belum?" Tanya Rangga, Zaigam yang mendengar itu melirik malas. Pertanyaan konyol pikirnya.

Beberapa teman kelasnya cengo mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Rangga itu. Tapi mereka berpikir mungkin Rangga sedang berbasa-basi sebelum pertanyaan inti di utarakan.

"Hm." jawab Zaigam singkat.

"Oh, tadi gue mau ngajak ke kantin, tapi nggak jadi deh Lo udah makan." ucap Rangga lalu berdiri dari duduknya.

Ketika dirinya membalikan badan, tatapan tajam di layangkan oleh teman-temannya. Rangga kaget melihat itu, namun kemudian dia tertawa cengengesan. Bukannya Rangga tidak ingin bertanya, tetapi lirikan malas serta raut datar dari wajah Zaigam meruntuhkan keberaniannya.

Dengan isyarat dia bilang kepada teman-temannya bahwa dia takut menanyakan itu. Teman-temannya yang sudah penasaran bukan main menghela nafas karena tidak mendapat jawaban.

Dalam hati, Zaigam tersenyum kecil. Sebenarnya dia tau bahwa teman-teman kelasnya ini penasaran terhadap dirinya yang datang bersama dengan Sheryl. Tapi Zaigam tidak mau menjelaskan itu karena dirinya pikir itu tidak penting.

Tanpa Zaigam sadari, seseorang yang berada di kelasnya ini benar-benar mengharapkan jawaban yang terlontar dari mulutnya mengenai hal itu.

Arina, gadis itu diam sambil fokus ke arah novel yang tengah di berada di tangannya. Tidak, lebih tepatnya hanya pandangan matanya yang fokus ke arah novel. Sedari tadi gadis itu menyiapkan telinganya, menunggu Zaigam menjelaskan kedatangan dirinya yang membonceng Sheryl.

ARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang