Seperti pagi biasanya, para siswa dan siswi berdatangan. Sekolah nampak belum terlalu ramai, tapi dapat dipastikan dalam sekejap, semua pasti datang dan sampai bersamaan, kecuali siswa-siswi yang pada dasarnya memang terbiasa lama datang.
Hari ini kelas Arina atau sebut saja kelas IPA 2 akan melangsungkan pelajaran olahraga. Sebentar lagi bel akan berbunyi, Arina, Reva, serta Nanda memutuskan pergi ke WC untuk mengganti seragam mereka dengan seragam olahraga.
Sesampainya di WC, mereka bertiga melihat bahwa antrian sangat banyak. Akibat banyaknya kelas di sekolah mereka, membuat satu hari tidak hanya satu kelas yang berolahraga, melainkan ada kelas lainnya.
"Gimana nih, ntar kita di hukum kalo kelamaan," ucap Nanda panik. Bagaimana tidak panik, pak Sofian selaku guru olahraga mereka sudah menegaskan sebelumnya bahwa yang telat mengganti baju akan di hukum lari mengelilingi lapangan sebanyak lima putaran.
"Yah gimana dong, WC ada tiga masih aja nih orang-orang kagak ada yg kurang, ganti baju apa gimana sih nih orang," timpal Reva kesal, pasalnya belum ada yang keluar dari dalam WC.
Sebenarnya mereka tau penyebab kenapa yang berganti seragam ini lama, sudah pasti mereka akan berdandan terlebih dahulu. Entah mau di tunjukkan kepada siapa wajah hasil dandan itu. Yang pastinya Reva sengaja mengutarakan ucapannya dengan suara yang sedikit keras agar siswa yang berada dalam WC WC itu merasa tersindir.
Dan yah, tak lama kemudian tiba-tiba seorang siswa keluar dari dalam WC, seperti yang sudah dibayangkan, lipstik merah di bibirnya memberitahukan bahwa gadis itu tidak hanya berganti seragam melainkan sedikit tacap.
Jika terus menunggu sudah pasti akan lama, Arina mencoba berpikir dimana tempat yang dapat di jadikan untuk mengganti baju. Beberapa detik kemudian pikirannya hanya tertuju satu tempat untuk saat ini, kelas mereka.
Tidak ada pilihan lain, mereka akan mengganti di kelas saja.
"Kita gantinya di kelas aja bagaimana?" Ucap Arina.
Reva dan Nanda terlihat berpikir, lalu mereka menyetujuinya. Dari pada terlambat fikirnya. Mereka kemudian berlari menuju kelas mereka. Sebelum mengganti seragamnya, mereka memperhatikan sekitar kelas, agar tidak ada yang mengintip.
Bersyukur kelas mereka sepanjang jendela telah di atur memiliki gorden.
Di tengah mengganti seragam, bel pertanda jam pertama di mulai berdering. Dahlah, mereka bertiga saling pandang seakan menukar pikiran.
Mampus
Yah, sudah dapat dipastikan mereka pasti akan berlari mengelilingi lapangan selama lima putaran. Dengan segera mereka mengganti seragam mereka. Setelah itu berlari menuju lapangan.
Sesampainya di lapangan, mereka bertiga menjadi pusat perhatian. Oh tidak hanya mereka, rupanya Rangga dan Wildan juga terlambat mengganti seragam.
Lain halnya dengan Arina dan kedua sahabatnya yang sedang panik karna akan mendapatkan hukuman, Rangga hanya tersenyum cengengesan. Emang gila nih anak, tau bakal di hukum masih aja cengengesan.
Seperti dugaan awal, mereka memang mendapatkan hukuman itu. Tiga putaran telah berlalu. Sedari dirinya berlari, Arina selalu menundukkan wajahnya karena matahari yang begitu terik. Oh ya, ternyata mereka tidak hanya berlima yang di hukum, ada penambahan kelas lain juga yang tengah berolahraga sama seperti mereka.
Jadilah mereka di hukum secara bersamaan. Untungnya Rangga selalu membuat lelucon sepanjang mereka berlari, sehingga membuat mereka tidak terlalu kelelahan. Tapi tak urung, karena hal itu mereka mendapat teguran dari pak Sofian.
Teman-teman kelas memandang mereka dan menjadikan mereka pusat perhatian sebagai tontonan, jika ada yg di hukum, maka yang lain akan menunggu sebelum olahraga inti di mulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARINA
Teen FictionZaigam, laki-laki berparas tampan dengan raut datar yang selalu menghiasi wajahnya. Siswa pindahan yang kedatangannya membuat seluruh siswa heboh, bahkan sehari sebelum kepindahannya. Terlepas dari wajah tampannya yang menarik perhatian, rupanya ada...