PART DUA BELAS

123 112 230
                                    

Arina kembali berjalan menuju ke arah dua sahabatnya yang masih saja asik dengan aktivitasnya itu, sebelumnya dia telah mencuci wajahnya agar tidak ada jejak air mata yang dapat membuat kedua sahabatnya curiga.

Merasa ada pergerakan di sampingnya Nanda dan Reva kompak menoleh.

"Rin, kok lama sih, lu ngadem apa gimana?" Tanya Reva. Arina berniat menjawab pertanyaan itu, sebelum kalimatnya meluncur, Nanda terlebih dahulu bersuara.

"Gila Lo, disini kan ada AC, lagian mana ada orang ngadem di toilet." timpal Nanda. Sepertinya adu mulut ini membuat mereka lupa dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Reva tadi.

"Lah iyah juga yah," ucap Reva yang baru menyadari kebodohannya.

"Jadi sebenarnya kenapa Lo lama, trus itu rambut Lo kok di gerai?" Kembali Reva bertanya kepada Arina.

Namun Arina tidak menjawab, pandangan matanya fokus ke arah Zaigam yang sedang berjalan ke arah teman-temannya itu, yah sepertinya mereka sudah bisa di golongkan berteman. Cowok itu sepertinya baru kembali dari toilet tadi. Langkahnya begitu santai dengan pandangan datar miliknya.

Reva dan Nanda saling pandang, seakan bertelepati mereka bertanya dalam hati.

"Apa Arina masih menganggap bahwa Zaigam itu Raffa?"

Mereka tidak tahu, bahwa Arina tidak terbesit sedikitpun menganggap Zaigam sebagai Raffa. Yah meskipun pada awalnya sempat.

Tidak mendapatkan jawaban dari hasil telepati, mereka kompak mengangkat bahu. Reva kemudian menopang wajahnya memandang Arina, begitu juga dengan Nanda.

Satu menit kemudian Arina merasa heran, kenapa tidak terdengar suara kedua sahabatnya itu. Dia menoleh, wajah kedua sahabatnya membuat dia ingin tertawa sebenarnya.

Bagaimana tidak? Lihat saja Reva, menopang dagu dengan bibir yang di monyong kan, Nanda menopang dagu dengan wajah ngantuknya, mungkin efek lelah beradu mulut dengan Reva.

Reva yang menyadari Arina menahan tawa segera merubah ekspresi wajahnya, di sikutnya Nanda yang hampir menutup matanya itu, bisa-bisanya terlelap dalam keadaan seperti ini, mana di tempat ramai lagi.

"Ish Lo ah, hampir aja nyampe Korea gue, padahal bentar lagi bisa ketemu oppa-oppa gue!" protes Nanda karena Reva mengganggu dirinya yang hampir terlelap dan masuk dalam mimpi.

"Gini nih, kebanyakan halu," ucap Reva tak lupa dengan wajah yang sinis.

"Kalian berdua sama." ucap Arina yang langsung meng-skatmat Nanda dan Reva.

"Suttt, jadi kenapa Lo lama, trus rambut di gerai, and kenapa Lo nggak nyaut pas kita nanya dan malah mandangin sih datar Zaigam?" Rentet Reva dengan pertanyaan. Etss, pertanyaan terakhir membuat Arina salting.

"Satu-satu bisa kali, ntar Arina engap jawabnya" ucap Nanda

"Oh, iyah juga yah, tapi pertanyaan gue gampang, bisa di ingat." ucap Reva.

"Ok ok, gue bakal jawab." ucap Arina

"Jadi gini, yang pertama gue lama karena toiletnya ngantri, yang kedua rambut gue gerai karena di sini nggak panas, yang ketiga tadi gue nggak mandang Zaigam, noh gue Mandang orang pacaran noh di belakang dia." jelas Arina panjang. Untuk kali ini biarkan dia berbohong, tidak mungkin dia menjawab dengan jujur. Untungnya memang benar, di belakan Zaigam ada orang yang tengah berpacaran.

Bukannya tidak ingin terbuka kepada kedua sahabatnya, hanya saja dia tidak mau membuat mereka khawatir untuk yang kesekian kalinya.

"Bisa-bisanya Lo Mandang orang yang pacaran, rindu kan Lo!" Ceplos Nanda yang membuat dirinya juga kaget dengan apa yang di ucapnya sendiri.

ARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang