Zaigam sudah mengetahui seluruh cerita yang berkaitan dengan Raffa dan Arina. Kadang dia merasa aneh dengan dirinya sendiri, manfaat apa yang dia dapat dari cerita-cerita ini. Tapi entah mengapa hal yang berkaitan dengan Arina, membuat dia merasa sedikit tertarik.
Ingat, hanya sedikit tertarik.
Saat ini Zaigam tengah duduk di sofa yang berada di kamarnya. Tangannya tengah memainkan kunci mobil lebih tepatnya melempar dan menangkap kunci mobil itu.
Pantas saja Arina memandang Sheryl seperti itu, rupanya karena Sheryl selalu mengganggu hubungannya dan Raffa.
"Zaigam ayo cepat, bunda tungguin dari tadi ah, anak cowok kok lama bener" teriakan sang bunda membuyarkan pikiran Zaigam.
Zaigam langsung turun, takut teriakan sang bunda kembali terdengar. Pasalnya teriakan bundanya bisa dikatakan setara dengan suara toa masjid. Maklum saja, jika di dengar dari cerita sang ayah, bundanya ini dulu bisa dikatakan tomboi.
Zaigam akan mengantar sang bunda ke pusat perbelanjaan. Sang bunda hendak membeli beberapa barang serta persediaan mingguan mereka. Ini bukan kali pertama Zaigam menemani sang bunda. Kegiatan seperti ini sudah sering dia lakukan.
Sesampainya di pusat perbelanjaan, Zaigam dan sang bunda masuk kedalam dan langsung membeli barang yang dibutuhkan.
"Kamu istirahat dulu gih, bunda masih mau cari sesuatu" ucap bundanya. Ini sih Zaigam tau, pasti sang bunda akan pergi di bagian yang menjual produk produk kecantikan.
"Hmm" jawab Zaigam membalikkan badannya ke tempat biasa dia menunggu sang bunda, yaitu cafe yang terletak di bagian samping mall.
Saat ini bundanya tengah memilih-milih lipstik yang warnanya sesuai seleranya. Mungkin dulu memang dia seorang gadis tomboi, tapi lihat lah sekarang, tidak ada yang menunjukan bahwa dia pernah tomboi, kecuali suaranya. Itu juga hanya di ketahui keluarganya, karena sering berteriak.
Setelah selesei membayar di kasir, bunda Zaigam yang bernama Anna ini langsung keluar, dia berjalan sambil menunduk, memeriksa kelengkapan belanjaannya, tak sengaja dia menabrak orang lain.
Yang parahnya lagi setelah dia meminta maaf, orang itu pergi tanpa membantunya sama sekali. Jiwa-jiwa teriaknya ingin sekali keluar pada saat ini juga. Tiba-tiba seorang gadis datang menghampirinya dan membantunya. Itu Arina, dia juga sedang ada di pusat perbelanjaan ini.
Bunda Anna memandang ke arah Arina yang tengah membantunya. Cantik dan baik hati, itulah dipikirannya saat ini.
"Tante nggak papa?" tanya Arina yang melihat bunda Anna sedari tadi hanya memandangnya. Sedangkan bunda Anna yang mendengar itu langsung tersadar.
"Oh nggak apa-apa kok, terimakasih yah cantik, oh ya namanya siapa?" Tanya bunda Anna.
"Arina Tante" jawab Arina.
"Nama Tante Anna, tapi kamu panggil aja bunda ok. Bunda juga punya loh anak perempuan, tapi lagi kuliah di luar negeri. Trus satunya anak laki, kayaknya seumuran sama kamu." bunda Anna menjelaskan kepada Arina. Sedangkan Arina sendiri hanya membalas dengan senyuman dan anggukan.
"Kamu mau kemana?" tanya bunda Anna. Mereka saat ini masih saja berdiri di tempat kejadian bunda Anna yang terjatuh akibat tabrakan tadi. Tidak ada niatan untuk pindah padahal banyak yang melirik ke arah mereka. Mungkin saking asiknya mengobrol.
"Ohh, mau ke cafe sebelah Bunda" jawab Arina.
"Eh kebetulan sekali, Bunda juga mau ke sana loh, soalnya anak Bunda lagi nunggu di sana" ujar bunda Anna dengan antusias. Entah mengapa dia senang sekali berdekatan dengan Arina. Mungkin karena dia jauh dengan Luisa, anak perempuannya.
"Kamu ke sini sendiri?" tanya bunda Anna sambil celingukan mencari keberadaan orang tua Arina. Arina yang melihat hal itu tertawa kecil.
"Arina ke sini sendiri Bunda" jawab Arina yang langsung di angguki oleh bunda Anna tanda dia mengerti.
"Yaudah gabung sama Bunda dan anak Bunda saja yuk" Arina berniat menolak sebenarnya, tapi juga tidak tega karena bunda Anna sudah antusias mengajaknya. Jadi dia meng iyakan ajakan bunda Anna.
Mereka langsung berjalan menuju cafe itu sambil berbincang banyak hal. Lebih tepatnya bunda Anna yang banyak bercerita, selebihnya Arina hanya menjawab saja.
Sesampainya di cafe, bunda Anna mencari keberadaan Zaigam. Dan akhirnya dia menemukan Zaigam yang tengah duduk membelakangi mereka. Bunda Anna sangat hafal sekali itu postur Zaigam, maklum ibunya.
Sampailah mereka di depan Zaigam yang tengah duduk sambil bermain ponsel. Ini nih yang membagongkan. Pasalnya, Zaigam tengah stalking Instagram milik Arina. Dia belum menyadari jika di sebelahnya berdiri sang bunda dan objek yang dia stalking.
Sedangkan Arina sendiri merasa penasaran dengan orang ini, itu jelas Instagram miliknya yang tengah di liat oleh anak bunda Anna ini.
"Ehhem, serius amat bang!" ucap bunda Anna yang langsung membuatnya kaget. Dia kemudian mendongakkan pandangannya ke arah sang bunda. Lebih kaget lagi melihat Arina yang berada di sisi sang bunda. Dengan cepat dia mematikan layar handphonenya yang masih menyala, menampilkan gambar wajah cantik Arina.
Sama halnya seperti Zaigam, Arina juga nampak terkejut mengetahui bahwa anak dari bunda Anna adalah Zaigam.
"Bunda" ucap Zaigam, namun tatapannya memandang ke arah Arina. Bisa gawat kalo Arina tau dia meng-stalking Ig arina. Dia pun berusaha merubah raut wajah terkejutnya menjadi datar agar Arina tidak curiga.
"Kenalin ini Arina, dia tadi bantu nolongin Bunda yang jatuh" jelas bunda Anna kepada Zaigam. Namun Zaigam hanya diam saja.
"Kita sekelas kok bunda" jawab arina, karena dilihat dari situasi Zaigam tidak berniat menjawab pertanyaan bunda Anna sama sekali.
"Loh, iyah kah?" tanya bunda Anna tak percaya. Kebetulan macam apa kah ini.
Arina hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan bunda Anna, Zaigam sendiri hanya melirikkan pandangannya ke arah Arina.
"Wahh bagus dong, nanti boleh sering-sering mampir kerumah Bunda" ucap bunda Anna dengan antusias.
"Apaan sih Bun." ucap Zaigam sewot.
"Loh kok kamu yang sewot." ucap bunda Anna.
Melihat itu arina berpikir, sifat bunda Anna dan zaigam ini sungguh jauh berbeda. Bayangkan saja, bunda Anna memiliki sikap yang lembut dan banyak bicara, sedangkan Zaigam?hanya berbicara seadanya dan seperlunya.
Atau mungkin sikap Zaigam sama seperti bapaknya kali yah. Tapi, ah sudahlah buat apa Arina memikirkannya, nggak penting sama sekali. Dia memandang ke arah Zaigam yang nampak sedikit gugup walaupun tidak kentara karena terhalang sikap dinginnya.
Apa mungkin dia gugup karena Arina mengetahui bahwa dia meng-stalking Ig milik gadis itu? Jika iyah, maka Arina ingin sekali tertawa. Meskipun baru saling mengenal beberapa hari, Arina sedikit tau sifat Zaigam. Dia tidak pernah melihat Zaigam gugup sedikitpun kecuali hari ini, tepat di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARINA
Teen FictionZaigam, laki-laki berparas tampan dengan raut datar yang selalu menghiasi wajahnya. Siswa pindahan yang kedatangannya membuat seluruh siswa heboh, bahkan sehari sebelum kepindahannya. Terlepas dari wajah tampannya yang menarik perhatian, rupanya ada...