5|| perkumpulan orang orang tolol.

1 0 0
                                    

Pagi pagi Hoseog pergi ke rumah Hanna, sesuai dengan alamat yang Hanna berikan kemarin malam saat berbincang melalui ponsel. Semalam mereka teleponan---Hanna yang menelepon Hoseog---dia hampir mati malam itu karena terkejut mendengar suara Hanna dibalik ponselnya. Alasan Hanna menelepon dia mengajak sarapan di rumahnya---dia lupa bilang tadi saat bersama Hoseog---sekalian juga memberi alamatnya agar tidak kesasar.

"Kau tipe orang yang sarapan atau tidak?" Tanya Hanna langsung tanpa adanya basa basi.

"Tidak, kenapa?"

"Oh, sebenarnya aku mau mengajakmu sarapan di rumahku. Tapi ternyata kamu bukan tipe orang yang suka sarapan, jadi, ya sudah lah." Terdengar kecewa.

"Eh, mulai besok aku tipe oraang yang sarapan! Aku akan sarapan besok, di rumahmu!" Cepat cepat Hoseog mengatakannya sebelum Hanna menutup teleponnya. Lalu Hanna memberikan alamatnya dengan perasaan sedikit senang.

Hoseog ragu, takut rumah yang ada di hadapannya itu bukan Hanna pemiliknya, tapi petunjuk yang Hanna berikan sudah tepat. Ingin mengetok tapi takut. Kalau hanya berdiri saja juga sia sia. Hoseog mulai mengumpulkan keberaniannya, namun seseorang sudah keluar lebih dulu dari rumah itu. ternyata benar ini rumah Hanna. Wanita yang memakai kaos putih, warna yang tak pernah ia lihat sebelumnya di pakai di tubuh Hanna. Mereka sama terkejutnya.

"Kau tiba lebih cepat dari dugaanku,"

Hoseog menggaruk kepalanya canggung.

"Masuklah," Hanna kembali masuk ke dalam rumahnya diikuti Hoseog dari belakang.

Bunyi seruput nyaring terdengar di empat buah telinga. Sibuk menyeruput ramen yang masih hangat, cipratan kuah bagaikan hujan, duduk berhadapan, menundukkan kepala mendekatkan diri pada ramen masing masing.

"Bagaimana, tidurmu nyenyak?" Tanya Hanna alih alih mengisi kekosongan.

"Lumayan,"

"Lumayan?" Hanna mengangkat kepalanya.

"Mm,, ada yang menganggu pikiranku semalam, jadi tidak begitu nyenyak." Berusaha untuk tak terdengar kikuk.

"Kasurnya tidak nyaman atau gimana?"

"Bukan, bukan, bukan itu alasannya,"

"Tapi wajar sih kalau kasurnya tidak membuatmu nyaman, itu tempat yang sama saat orang orang melakukan seks bebas disana." Hanna mengecilkan suaranya walalupun disana hanya ada mereka berdua.

Hoseog sedikit terkejut, namun ia tidak mau kalah. "Tidak apa, bukankah hotel juga sama?"

Hanna mengangkat sumpitnya, berpikir. "Benar juga." Hanna menyeruput sekali lagi. "Ku akui, kau menang." Hosoeg tersenyum lebar. Setelah itu, "Kau ada rencana apa setelah ini?" Tanya Hanna.

"Aku ada latihan menari setelah ini,"

"Oh ya? Bagus lah kalau begitu."

"Kau ingin melihatku menari?"

"Ikut denganmu?"

"Ya,"

"Aku ada rencana juga habis ini, maaf,"

"Tidak apa, kalau kau ikut denganku juga pasti tidak ada waktu untuk memperhatikanmu. Benar, lebih baik kau tidak ikut." Kalimat yang ia lontarkan sedikit berlebihan sebenarnya, padahal hanya ada satu tiik rasa kecewa tapi berdampak besar.

=

Bosan. Semua urusan yang sebelumnya sangat menumpuk kini sudah ludes terselesaikan dalam satu hari. Ternyata bocah itu lama juga latihannya, sudah seharian tidak dapat kabar atau melihat wajah yang selalu tersenyum itu, tidak, Hanna tidak menunggunya, hanya saja rasanya aneh. Menyebalkan.

cigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang