3|| inti dari kebebasannya.

1 0 0
                                    

Sudah lumayan jauh dari tempat sebelumnya, jembatan, tapi Hoseog masih belum melihat bangunan tinggi di sekitarnya. Hoseog melihat sekeliling, toko toko banyak yang sudah tutup karena waktunya istirahat bagi mereka. Hanna terlihat sangat tenang di sampingnya, menunggu kakinya membawanya ke 'perusahaan'nya.

Hanna berhenti lalu berputar menghadap sebuah tempat yang paling terang diantara kegelapan malam. Hoseog ikut berhenti dan memandang tempat terang itu.

"Ini dia. Perusahaanku."

癒しの青. Tulisan jepang putih suci terang berkedip-kedip rusak terpampang jelas di depan, sesekali menimbulkan suara listrik yang menyenangkan didengar. Hanna masuk ke perusahaannya diikuti Hoseog di belakang. Bau alkohol memaksa masuk ke indra penciuman Hoseog. Ini adalah tempat bar.

Sama seperti bar yang lainnya, namun tidak ada lampu disko yang menyakitkan mata ataupun musik ramai di dalam, hanya diisi suara bising orang orang mengobrol dan suara dentingan gelas. Alunan musik jepang dibunyikan. Penglihatannya berubah didasari warna biru, kulitnya juga berubah warna menjadi biru. Tempat ini didominasi warna biru karena lampunya.

Sambil berjalan Hanna berkata, "Kalian pulang saja, aku ada tamu hari ini." Dengan suara cukup keras. Mereka terkejut, Hanna, Bosnya tanpa kabar terlebih dahulu muncul di hadapan mereka bahkan mengusir. Hanna mengambil bangku lalu masuk ke dalam tempat karyawan karyawan tadi berada, dan duduk.

"Ini yang tadi kau bilang perusahaan?" Takjub. Hoseog ikut duduk di hadapan Hanna.

Hanna mengangguk. "Kata 'perusahaan' terlalu berlebihan ya?"

"Sedikit." Ujung jari jempol dan telunjuknya hampir bersentuhan, melakukan bahasa tubuh sedikit. Mereka terkekeh.

"Kamu seharusnya nggak boleh masuk ke dalam sini, lho." Tampang muka yang serius. "Masih dibawah umur." Hanna berdiri. Mengambil gelas wine yang tergantung di atas, menaruhnya di hadapan Hoseog. Tersenyum. "Tapi karena aku pemilik bar ini, aku persilahkan kamu masuk, tanpa ketahuan." Lalu mengambil botol panjang di dalam lemari es.

"Ketahuan siapa?"

"Polisi lah, siapa lagi? Tahu nggak biasanya mereka, polisi, menyamar jadi pengunjung hanya untuk memata-matai jika ada yang di bawah umur disini." Hanna melirik pengunjuk yang asik melirik disana. "Bisa jadi mereka adalah polisi." Hanna melirik Hoseog kembali yang sudah sedikit khawatir hanya dengan perkataan Hanna. Hanna tertawa. "Percaya sama aku, kau tidak akan ketahuan," lalu Hanna menuangkan air yang ia bawa sejak tadi ke gelas Hoseog. Duduk kembali. "dan tak akan pernah menuangkan anggur di dalam gelas itu sampai kau benar benar dewasa."

"Wah, tadi aku sempat ngira kau menuangkan muniman keras, sumpah! Kaget aku."

"Aku tidak berselara mabuk dengan anak di bawah umur sepertimu." Melirik ke arah pengunjung lagi yang beberapa masih ada di dalam. "Kami sudah tutup, jadi cepat selesaikan urusan kalian dan pulanglah ke rumah!" Semua perhatian mengarah ke Hanna. Semua ruangan diisi oleh lelaki tua bahkan tua bangka, menatap Hanna jengkel, mereka diusir.

Perhatian Hanna kini kembali lagi pada Hoseog. "Mau jalan jalan?"

=

Motor besar ciptaan tahun 90-an membelah bumi dengan kecepatan tinggi. Penumpang dibelakang sedikit gugup memegang erat baju wanita yang mengendarai motor besar ini, Hoseog tidak berani memegang pinggul Hanna, sebenarnya dia tidak akan terjatuh walau tidak memegang apapun tapi Hanna memaksa untuk berpegangan, benar katanya, dia harus berpegangan karena kecepatannya tidak sesuai dengan apa yang ada di pikiran Hoseog. Wanita ini mengebut.

Hoseog awalnya sedikit malu dan merasa aneh karena seharusnya lelaki lah yang membonceng perempuan tapi ini sebaliknya, tapi setelah beberapa saat dia merasa wajar wajar saja. Mereka berdua tidak memakai helm, Hoseog takut dikejar polisi yang berjaga malam disekitar jalanan, tapi Hanna tidak punya helm sama sekali. Kata Hanna dia tidak perlu khawatir karena sudah bertahun tahun ia mengendarai motor tanpa helm dan tak pernah kena tilang polisi sama sekali. Hoseog disuruh menaruh kepercayaanya dengan Hanna.

Jalanan lumayan sepi karena tengah malam. Rasanya sangat bebas menghirup udara kencang di malam hari. Malam adalah kebebasan yang sesungguhnya. Orang orang tidur, rasanya seperti hanya mereka berdua di dunia ini.

Memasuki terowongan berlampu kuning jingga di dalamnya. Hoseog perlahan berdiri, merentangankan kedua tangannya, menutup mata, meresapi kebebasan yang ada di sekitarnya. Wajahnya diterpa angin lembut, rambutnya melambai lambai, bajunya terdorong angin.

Dia tidak pernah merasakan kebebasan yang seperti ini sebelumnya. Hoseog sadar jika ia selalu merasakan kebebasan saat bersama Hanna. Hanna adalah kebebasan yang sebenarnya baginya. Hanna adalah inti dari kebebasan yang ia dapatkan sekarang.

 Hanna adalah inti dari kebebasan yang ia dapatkan sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
cigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang