Shu menggelengkan kepalanya ketika menemukan sosok Seneca yang tengah duduk di bangku taman sembari membaca bukunya. Ia lantas duduk di sampingnya, sedikit menyenggol bahu temannya itu.
Seneca terlonjak kaget.
"Sekelas tau-tau heboh dan gue cengo karena nggak tau apa-apa."
"Kamu molor di kelas, mana bisa tau!"
Shu mengernyitkan dahinya, wajahnya mendekat menelisik wajah Seneca.
"Lo habis nangis Ca?"
Seneca mengangguk.
"Ck! Emang ngadi-ngadi ya tu orang. Tapi sejak kapan lo pacaran sama dia?"
"Kita nggak pacaran! Aku aja nggak kenal dia siapa!" Seneca langsung sewot. Mengingat wajahnya saja sudah memicu amarahnya.
Shu menghela napas, dia sedikit menyesal tertidur di kelas karena melewatkan kejadian tadi.
"Cakep nggak anaknya? Katanya anak seni."
"Boro-boro! Item, pecicilan lagi."
"Masa? Kata anak-anak sih lumayan. Hehe."
Seneca memberinya tatapan tajam.
"Eh sumpret lupa! Dicariin Kak Pras tadi, dia juga pas kelas beres cengonya sama kaya gue."
"Dia udah chat aku, nanti ketemuan sore."
Shu memasang wajah curiga. "Ca, si Pras kayanya ada maksud dan tujuan lain deh. Masa, dari sekian ratus mahasiswa semester 1, yang dia masukin ke kegiatan acara ultah kampus cuma lo doang?"
"Emang aku aja yah?"
Shu mengendikkan bahunya.
"Privilege kali, soalnya kita satu jurusan." Seneca berusaha berpikir positif meski jantungnya udah jedag jedug nggak karuan.
"Mungkin iya, mungkin modus. Hati-hati!"
Seneca berusaha untuk tidak tersenyum. Andai Shuzan tahu...
"Eh Shu, temenin aku kumpul sama tiap kosma jurusan yuk. Mau sosialisasiin kegiatan lomba."
"Oke, kapan?"
Seneca melirik jam tangannya. "Kita pergi sekarang aja deh, soalnya kumpulnya di gazebo fakultas teknik." Pasalnya, posisinya cukup jauh dari fakultas hukum.
Shu langsung duduk dengan tegap, sedikit terkejut tapi buru-buru dia merogoh cermin kecil dari dalam tasnya.
"Haduuh, nggak bisa kaya gini. Wajah gue kucel, gue harus minum susu dulu."
Seneca mendengus tak habis pikir. "Harus susu banget emang?"
Shu mengangguk. "Touch up juga sih, bedakan dikit sambil apply liptint juga."
"Ribet!"
"Fakultas teknik Seneca! Gue nggak mau melewatkan momen, siapa tau ketemu jodoh anak arsitektur, IT, teknik sipil kan?"
"Dua minggu kuliah udah kepikiran ke sana Shu?"
"Lah, lo pikir gue kuliah buat apaan Ca?"
"Belajar?"
"Hadeuuh! Mentok banget pikiran lo Ca. Gue kuliah buat cari pengalaman hidup, kalau sekedar belajar ya nggak perlu pusing-pusing formalitas kaya sekarang. Di luar sana, lebih banyak hal yang bisa lo pelajarin dari sekedar teori."
Seneca tertegun.
"Makanya gue benci filsafat! Ngapain harus pusing-pusing mikirin asal muasal segala sesuatunya, yang malah mengubah kontruksi cara berpikir gue soal kehidupan?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Seneca, Jatuh Cinta
RomanceTentang Seneca, gadis polos yang baru mengenal apa itu jatuh cinta. Neca, panggilan akrabnya, lalu melakukan penelitian tentang beberapa laki-laki yang mendekatinya seperti Prasaja, Rufus dan Catoya. Di antara mereka, siapa laki-laki yang bisa membu...