Dua - The one with cardiomyopathy

56 3 0
                                    

Happy Reading! Jangan lupa follow vote dan coment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading! Jangan lupa follow vote dan coment.

***

Tatapannya terlihat datar. Namun, bibirnya masih terkunci rapat. Cowok itu menatapku penuh dengan tanda tanya. Seolah ia ingin lebih tahu mengenai hal yang aku derita ini.

Harsa menuangkan air ke gelasku. Padahal mama pun sudah memaksa kalau wanita itu yang akan melakukannya karena akau ingin minum obat jadwal sore ini. Tapi Harsa teman baruku itu punya keinginan sendiri.

"Harsa, makan dulu ya, Nak. Tante sudah membuat sup untuk kalian." Harsa yang mendengar itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Senyumnya mengembang ke arahku.

Tante Ratih, dia adalah mamaku. Seorang wanita yang selalu sabar dalam merawat diriku. Penyandang sakit fisik ini memang harus betul-betul di rawat dengan baikkan? Apalagi butuh keikhlasan seorang Ibu. Ya, hanya mamaku, Ratih Ibrahim.

"Harsa kelas berapa?"

"Harsa enggak sekolah, Ma," ujarku dengan santai. Bukan Harsa yang menjawab membuat mama menoleh ke arahku.

"Iya, kah?"

Harsa mengangguk-anggukkan kepalanya dengan senyumnya yang masih mengembang. Anak laki-laki itu meyeruput kuah sup di hadapannya. Lalu mendongak ke arahku.

"Kata ayah Harsa nggak bisa sekolah di tempat kayak Jingga. Jadi Harsa sekolah di rumah." Dia yang mendengar itu sedikit menautkan alisnya. Mama menoleh ke arahku lagi juga lalu kembali menatap Harsa.

"Kenapa nggak sekolah di tempat seperti Jingga saja?"

"Harsa nggak tahu, ayah nggak ngebolehin...Tante." Senyumnya terus menerus terbit di wajah anak itu. Aku ikut menatap Harsa sambil memakan sup buatan Mama.

"Kok seperti itu?"

"Kata ayah Harsa berbeda dari anak-anak lainnya. Mata Harsa terkena ambliopi." Aku melirik wajah mama, mama pun menautkan manik matanya ke arahku. Ambliopi? Bahkan aku baru tahu ada penyakit itu. Apa itu ambliopi?

"Ambliopi itu apa Harsa?"

Harsa tersenyum. "Mataku nggak bisa lihat terlalu jelas, Jingga. Kayak kanan kiri penglihatannya itu berbeda."

"Separah itu sehingga ayahmu tidak mau menyekolahkanmu di tempat sepertiku?"

"Ayah bilang begitu."

Aku berpikir sejenak, tetapi penyakit separah apapun itu tetap diperbolehkan sekolah bukan? Seperti aku yang mempunyai lemah jantung ini saja bisa. Mengapa Harsa tidak? Itu kedengarannya bukan suatu alasan yang tepat anak laki-laki itu tidak di sekolahkan.

•••

"Jingga, di rumahmu ada tabung oksigen itu fungsinya buat apa ya?" ujar Harsa membuatku terdiam lagi. Aku menolehkan pandanganku.

HarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang