Wilayah vampire adalah wilayah tergelap ke-2 di dunia Il. Wilayah vampire diselimuti hutan dan danau hitam. Awan menutup sinar matahari, wilayah ini adalah wilayah yang sangat pas bagi kaum mereka karena tak perlu takut terbakar.
Aidyn Edmund berbaring santai di rerumputan memandang gelapnya awan, awan gelap adalah pemandangan sehari-hari dan tak pernah berubah. Tempat tinggalnya justru yang paling terang dibandingkan wilayah vampire lainnya. Karena itulah dia memiliki kelebihan, dia sedikit lebih tahan sinar matahari dibandingkan vampire lain. Jika vampire lain terkena sinar matahari akan langsung terbakar, berbeda dengannya yang bisa menahan luka tersebut selama yang ia mampu.
Mengingat kalau dirinya adalah vampire terkadang membuatnya kesal. Dia penasaran dengan rasa makanan manusia, apakah sama seperti darah atau tidak. Bentuknya beraneka ragam, pasti rasanya juga. Aidyn jadi iri pada manusia karena bisa memakan makanan tanpa rasa bosan.
"Aidyn, apa kau ingin sekali makan makanan manusia?" Tanya Fane Lloyd terkekeh geli setelah membaca pikiran sang teman. "Ingat, jika kita memakannya, kita bisa mati jika tidak segera memuntahkannya. Makanan pokok kita adalah darah, kalau kau ingin makanan seperti manusia, kau cetak saja bentuknya."
"Kak Fane, apa kau tidak waras? Darah tidak bisa menjadi makanan manusia, darah tetaplah darah, cairan bertekstur kental dan berbau amis," sinis Aidyn.
Sudah biasa bagi Fane mendengar ucapan sinis nan pedas dari mulut Aidyn. Temannya itu selalu tak bisa santai, bercanda pun dibalas dengan kalimat penuh logika, terkadang Fane kesal karena tak bisa membuat Aidyn tertawa. Temannya itu berapi-api seperti namanya, Aidyn yang artinya api kecil. Syukur-syukur api kecil, bukan api besar.
Kepribadian Fane dan Aidyn bertolak belakang. Fane lebih ceria dan terbuka sehingga memiliki banyak teman, namun sahabat satu-satunya hanya Aidyn. Sementara Aidyn sangat tertutup dan misterius, dia dingin dan sedikit kejam. Aidyn lebih suka menyendiri, tapi pengecualian bagi Fane yang bebas mengikutinya kemanapun dia pergi.
Persahabatan keduanya sangat unik, banyak vampire menganggap mereka adalah vampire aneh. Setelah itu, yang berkata demikian langsung dihajar oleh Aidyn.
"Kak Fane, kau tahu tidak?"
"Tahu apa? Apa kau memiliki kekasih? Apa kau ingin melamarnya?"
"Aku tidak memiliki kekasih, semua wanita yang memintaku untuk menjadi kekasih mereka kutolak," jawab Aidyn datar.
"Lalu apa? Apa kau bermimpi bertemu kedua orang tuamu?"
"Tidak. Sudah satu minggu aku memimpikan hal aneh."
Fane terlihat heboh dan menunjuk Aidyn. "Apa di mimpimu kita sedang perang?!"
"Bagaimana kau tahu?!" Tanya Aidyn terkejut.
"Aku juga memimpikan hal itu!" Jawab Fane semakin heboh. "Dengar, ayahku berkata mimpiku bukanlah pertanda baik untuk keselamatanku. Katanya, aku akan dibunuh jika ketahuan sebelum perang itu terjadi!"
"Itu untuk menakut-nakutimu saja."
"Tidak, aku bersungguh-sungguh! Kau tahu kelompok bertato ular kobra itu? Mereka kembali! Mereka kembali untuk mencari kita, menangkap kita, lalu membunuh kita! Bayangkan jika mereka datang di hadapanmu, eh, tidak tidak! Tidak boleh dibayangkan! Kalau terjadi aku akan menangis karena kehilanganmu."
Di luar Aidyn tidak terlihat percaya, namun dalam hatinya dia khawatir akan keselamatan dirinya dan Fane. Dia sudah tahu sejak lama bahwa orang-orang bertato ular kobra itu telah kembali. Bukan diberi tahu orang tua, kedua orang tuanya saja sudah tiada. Dia tahu ketika sedang berburu, dia melihat mereka berkumpul di samping sungai─perbatasan wilayah vampire dan werewolf.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] IL: Pure Blood | Enhypen ✓
FantasyDunia Il itu indah, indah sekali. Sayang, sejak masalah tiba semuanya semakin buruk. Semuanya disebabkan oleh kelompok misterius yang tak pernah diketahui identitasnya, mereka yang disangka telah punah kembali menghancurkan dunia demi kepentingan ya...