Erland telah tiba di rumahnya. Sepi. Begitulah suasana sejak ia tiba bersama Aidyn dan Fane. Dua teman barunya berdiri di belakang membiarkan Erland memeriksa kondisi bagian luar rumahnya. Aman, tidak ada kerusakan apapun.
Lantas kemanakah ibunya? Dipanggil tidak menyahut dan tidak membukakan pintu. Firasat Erland benar-benar buruk sejak kemarin. Dia takut terjadi sesuatu pada ibunya. Erland tidak mau kehilangan lagi. Ayahnya sudah pergi meninggalkan dunia, jangan sampai ibunya menyusul sang suami dan pergi meninggalkannya.
Aidyn dapat merasakan betapa cemasnya Erland. Fane juga begitu. Mereka tetap diam karena tidak ingin menambah kecemasan Erland. Kalau mereka berkata telah terjadi pembunuhan di rumahnya sendiri, Erland akan kalut dan gegabah.
"Erland? Kau kah itu?"
Ketiganya menoleh bersamaan ke rumah tetangga Erland. Seorang wanita seumuran ibu Erland berdiri di halaman rumahnya. Bisa ditebak tetangga tersebut baru saja menyiram tanaman jika dilihat dari tongkat sihir yang masih mengeluarkan air.
"Iya, bibi. Ini aku. Apa kau tahu dimana ibuku? Apa dia sedang berkunjung ke rumah saudara?" Tanya Erland tersenyum ramah. Seperti itulah Erland, dia akan bersifat ramah kepada semua orang selagi orang itu tidak bersikap sama seperti Kevin dan antek-anteknya.
"Tunggu, seharusnya aku yang bertanya padamu. Kau dari mana saja?"
"A-aku berkunjung ke rumah temanku."
Wanita bernama Eloise itu menghentikan aktivitasnya sejenak. Erland, Aidyn, dan Fane terpaku melihat sorot tajam dari wanita itu. Dia terlihat... marah?
"Kau berkunjung ke rumah temanmu dan tidak ingat pulang? Sungguh durhaka kau, Erland. Kau melewatkan momen yang... ah sudahlah, intinya jika kau ingin hidup segera pergi dari sini dan jangan kembali."
"Kau mengusirku? Aku tinggal disini, kau tidak berhak mengusirku karena aku adalah warga wilayah ini. Namaku terdaftar di pemerintahan, kau tidak bisa seenaknya mengusirku tanpa alasan yang jelas."
"Ibumu telah tiada dan kau dituduh sebagai pembunuh ibumu sendiri."
Deg!
I-ibunya telah tiada? Tidak mungkin. Ibunya baik-baik saja kemarin! Tidak mungkin ibunya tiada! Ibunya pasti ada di suatu tempat, bersembunyi dari kelompok bertato ular kobra itu. Erland tidak mempercayainya.
"Apakah kau berkata jujur?" Pancing Fane.
"Kalian berdua seharusnya tidak bermain bersamanya. Dia membunuh ibunya sendiri! Warga sekitar mencarinya kemana-mana dan akan menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup. Aku masih berbaik hati padamu, pergi sebelum warga lain melihatmu."
"Lelucon macam apa ini? Kalian ingin menjatuhkan hukuman mati pada orang yang tidak bersalah? Apa kalian tidak punya otak?!" Bentak Fane tidak terima. "Erland bersama kami sejak kemarin. Mana mungkin dia membunuh ibunya sendiri. Justru Erland melarikan diri dari bahaya-"
"Bahaya yang kau maksud adalah hukuman penjara, bukan? Erland melarikan diri setelah membunuh ibunya-"
"Jaga bicaramu! Dia tidak bersalah!"
Secara mengejutkan, Aidyn meninggikan nada bicaranya kepada Eloise. Volume suara kerasnya itu menarik atensi warga keluar dari rumah mereka. Betapa terkejutnya mereka melihat orang yang mereka cari ada di depan rumahnya sendiri bersama dua orang asing bertubuh pucat yang tidak mereka kenal.
Kenapa mereka tidak tahu Aidyn dan Fane adalah vampire? Itu karena mereka berdua dalam kondisi seperti manusia pada umumnya. Tidak ada taring dan tidak ada mata merah menyala. Hanya tubuh pucat dan aura dingin saja yang diperlihatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] IL: Pure Blood | Enhypen ✓
FantasyDunia Il itu indah, indah sekali. Sayang, sejak masalah tiba semuanya semakin buruk. Semuanya disebabkan oleh kelompok misterius yang tak pernah diketahui identitasnya, mereka yang disangka telah punah kembali menghancurkan dunia demi kepentingan ya...