vi. New Friends

5.5K 1.5K 801
                                    

Aidyn mengintip lewat lubang kecil di dinding kayu gubuk tua tempat dia biasa bermain saat kecil. Matanya yang tajam memperhatikan siluet berjubah hitam tengah berlalu lalang mencari keberadaannya, Fane, dan Erland.

Aidyn tidak menduga orang-orang bertato ular kobra itu mencari mereka tanpa henti. Ia pikir orang-orang itu akan pergi setelah kehilangan jejak.

Fane memperhatikan Erland sejak tadi. Kasihan sekali pemuda itu, dia terlihat ketakutan karena bersama dua vampire asing yang tidak dia kenal. Fane paham, dia biarkan Erland menyendiri di sudut gubuk sampai dia tenang setelah cukup beristirahat.

Dia ikut mengintip keluar lewat lubang lain, matanya menangkap pergerakan orang-orang bertato ular kobra tengah berdiskusi menggunakan bahasa yang tidak dia mengerti. Aidyn sama tidak mengertinya dengan Fane, mereka berdua tidak pernah mendengar bahasa itu selama mereka hidup.

Cukup lama mereka bersembunyi disana. Tidak terasa sudah satu jam. Aidyn dan Fane menghadap Erland bersamaan, perilaku keduanya membuat Erland terkejut dan hampir berteriak jika tidak ditatap tajam oleh Aidyn.

Fane tersenyum pada Erland untuk mengurangi rasa takut pada pemuda itu. "Di luar berbahaya, kita tidak bisa pulang. Jika kita pulang orang-orang itu akan mengetahui rumah kita lalu membawa kita ke ketua mereka. Kita harus disini... sampai besok pagi?"

"Apa kau gila? Aku satu-satunya manusia disini. Apa kalian mampu menahan nafsu makan kalian? Kalian bisa saja menghisap darahku saat aku tidur!"

"Pelankan suaramu, squib."

"Aidyn, tidak baik berkata seperti itu."

"Dengar, squib. Aku tidak sudi meminum darahmu. Kau mengerti maksudku 'kan?"

"Aidyn, kau membuatnya sakit hati."

Aidyn mengendikkan bahu tanda tak peduli. Fane tidak mengerti, Aidyn berkata seperti itu agar Erland tidak takut padanya. Erland pasti akan terus berpikir Aidyn dan Fane akan menghisap darahnya, Erland akan membuatnya pusing karena mengoceh terus-menerus.

Selain itu Aidyn tidak suka orang baru. Dia tidak pandai beradaptasi dan berinteraksi. Hal itu menyulitkan dirinya, sungguh. Kehadiran Erland membuatnya tak suka dan canggung. Namun hal itu juga salahnya karena dia sendiri yang membawanya. Hhh, Aidyn hanya bisa menahan diri setidaknya sampai besok agar tidak menghisap darah pemuda itu.

"Aku Fane Lloyd, jangan tanya berapa umurku, oke?"

Dengan riang Fane mengulurkan tangan pada Erland untuk berkenalan. Astaga, dia terlalu bersemangat sampai tak bisa menahan senyum lebarnya. Fane senang sekali bertemu dengan manusia. Dia ingin berteman baik dengan Erland. Erland adalah manusia pertama yang dia temui setelah bertahun-tahun lamanya. Jangankan bertemu, keluar dari perbatasan saja tidak pernah.

"Siapa namamu? Ayo bicara padaku, tidak perlu takut seperti itu. Aku tidak kejam seperti Aidyn," sindir Fane mempertahankan uluran tangannya.

Ragu-ragu Erland terima uluran tangan itu dan menjabatnya. "Erland Addison."

Fane membelalak terkejut. "A-Addison?! S-sungguh?!"

"Iya, namaku Erland Addison."

"Bagaimana bisa ada squib di keluarga Addison?! Kau bukan anak pungut 'kan?"

"Aku tidak memiliki sihir sejak lahir. Tapi... apa maksud pertanyaanmu? Kenapa kau terkejut seperti itu?"

Fane menatap Aidyn dan memberi isyarat lewat matanya yaitu 'hei, dia memiliki nama Addison! Rasanya seperti mimpi!'

"Tidak perlu heboh seperti itu. Kita tidak tahu keluarganya Addison yang mana," balas Aidyn melalui batinnya. "Dia seorang squib. Tidak ada squib di keluarga Addison."

[i] IL: Pure Blood | Enhypen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang