"Akh! Sakitnya..."
Erland refleks memegang kepala ketika ia siuman dari pingsannya. Berdasarkan rasa sakit yang terasa, kepalanya seperti habis terbentur benda keras. Ia pun duduk dan menoleh ke belakang. Ada batu disana. Rupanya memang benar kepalanya terbentur.
"Kak Erland baik-baik saja?"
Erland hampir saja berteriak jika Ivon tidak mencegahnya. Sudah tahu Erland mudah terkejut, tetapi Ivon berbicara tiba-tiba dari sebelah kanan. Erland kan tidak melihat.
"Aku baik," jawab Erland. "Dimana kita? Kenapa hanya berdua?"
Ivon menggeleng lesu. "Entahlah, kak. Seingatku Kak Fael menggunakan sihir di portal. Kak Fael menghentikan portal secara sepihak. Alhasil kita terpisah. Aku tiba disini lebih dulu. Aku terkejut melihatmu jatuh dari atas dan tidak sadarkan diri," jelasnya.
"Ah... begitu."
Tempat ini sangatlah asing. Jenis pohon disini tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Daun-daun berwarna hijau tua. Bentuk daunnya mirip seperti kepingan es dalam dunia peri. Suhu lumayan dingin. Awan berwarna abu-abu menutup sinar matahari. Bumi terlihat mendung.
"Sepertinya aku tahu kita ada dimana," ucap Erland seraya berdiri. "Apa kau sudah memeriksa sekitar? Jika sudah, apa saja yang kau lihat?"
"Aku pergi ke arah Utara namun tidak terlalu jauh. Aku melihat pegunungan bersalju. Jaraknya tidak jauh dari sini."
"Tidak salah lagi. Wilayah ini adalah wilayah elf salju..."
"Ada apa dengan suaramu? Kau takut?"
"Kau tidak tahu apapun?"
"Kehidupan camp cukup tertutup asal kau tahu."
Tenang, Erland. Kau tidak perlu takut. Ada Ivon bersamamu. Tetapi sulit sekali menghilangkan rasa takut pada dirinya. Mereka berada di wilayah yang cukup berbahaya.
"Elf salju adalah elf yang taat beribadah. Itu baiknya," ucap Erland mulai menjelaskan.
"Lalu?"
"Buruknya, jika ada elf salju menganggap kita sebagai musuh, mereka akan memangsa kita dan memakan jantung atau hati kita."
"APA?!"
Demi Tuhan, Ivon tidak menyangka dia dan Erland berada di wilayah berbahaya. Mereka hanya berdua, jika elf salju datang akan sulit melawan mereka. Kondisi Ivon belum pulih betul, Erland tidak memiliki sihir ataupun ilmu dasar bela diri, senjata pun tidak punya.
Ivon merindukan ibunya, sungguh. Sejak berada di camp dia selalu berdoa agar cepat pulang. Tak tahunya ia ditahan di Dunia Il untuk menghadapi musuh di garda terdepan.
"Ayo kita pergi dari sini sebelum mereka datang."
Srak!
Terdengar suara dari semak belukar. Baik Erland maupun Ivon membeku di tempat, tidak berani menoleh untuk melihat.
Srak!
Terdengar suara dari semak belukar lain. Kali ini lebih dekat dan jelas. Suara langkah kaki dan bisikan menyusul setelahnya.
Ivon mengangkat busur panahnya. Ia menjaga Erland dengan memposisikan tubuhnya di depan pemuda yang lebih rendah darinya itu. Matanya memicing tajam mengawasi semak belukar di sekeliling mereka. Tidak terdengar lagi suara, suasana yang tenang membuat jantung mereka berdegup kencang.
Deg! Deg! Deg!
Srat!
Dari arah belakang, seutas tali melilit tubuh Erland. Erland memekik terkejut. Tangannya menyentuh tali tersebut untuk melepaskannya. Bukannya terlepas, tali tersebut menjadi panjang dan menarik Ivon kemudian mengikat tubuhnya bersama dengan Erland. Alhasil punggung mereka bertabrakan, menghadap lawan arah seraya mengerang sakit karena ikatan tali cukup kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] IL: Pure Blood | Enhypen ✓
FantasíaDunia Il itu indah, indah sekali. Sayang, sejak masalah tiba semuanya semakin buruk. Semuanya disebabkan oleh kelompok misterius yang tak pernah diketahui identitasnya, mereka yang disangka telah punah kembali menghancurkan dunia demi kepentingan ya...