"Aku menarik Heafen tapi kau ada bersama kami. Kau memang sahabat sejati."
Begitulah kata Fane saat Fael tiba-tiba jatuh dari atas dan menimpa tubuhnya. Alhasil mereka bertiga bersama hingga sekarang. Mereka melakukan perjalanan bersama mencari empat pemuda lainnya.
Sejujurnya Fane sedikit takut karena berada di antara dua elf yang pandai bertarung. Dia ingin sekali menjaga jarak, tetapi mereka berdua malah menariknya untuk tetap di samping mereka. Fane cemberut dibuatnya.
"Andai saja sihirku bisa digunakan disini, kita sudah bertemu yang lain," gerutu Fael karena tidak bisa menggunakan sihir di tempat antah berantah ini. Bukannya dia tidak bisa, tapi tempat mereka berada saat ini menahan sihirnya agar tidak keluar.
"Lalu bagaimana agar kita bisa bertemu dengan yang lain?" Tanya Fane.
"Itulah yang aku pikirkan sejak tadi. Aku tidak tahu kita ada dimana. Aku belum pernah kemari. Heafen selaku petunjuk arah terbaik saja tidak tahu. Kita harus terus berjalan, siapa tahu ada petunjuk."
"Ish, menyebalkan sekali. Aku belum makan, perutku berbunyi tiga kali."
"Jika kau berani menyerangku dan Heafen karena tidak mampu menahan nafsu makanmu, aku tidak segan-segan menghunuskan pedangku ke jantungmu."
Glek!
Fael menyeramkan. Fane bungkam sembari menjauh sedikit karena takut akan ancaman elf cahaya tersebut. Fael tidak bercanda, dia bersungguh-sungguh. Fane harus menjaga sikap dan menahan rasa laparnya sebisa mungkin agar tidak mati di tangan pemuda yang ingin ia ajak berteman itu.
Heafen menyadari sesuatu. Fael memang ramah pada semua makhluk yang ia temui. Namun rasa tidak suka pada kaum vampire masih melekat di hati. Fael memasang topeng dengan sangat baik hingga Fane dan yang lain tidak menyadarinya. Hanya Heafen yang sadar karena mereka bersahabat.
Tetapi kasihan Fane. Dia ingin berteman. Dia bukanlah vampire jahat. Itu kesan pertama Heafen pada Fane. Fane berbeda dari vampire lain. Tidak ada rasa haus darah, sifat kejam, dan Fane tidak pernah menunjukkan kekuatannya. Entah dia tidak punya atau memang sengaja disembunyikan.
"Sepertinya kita memasuki kawasan bersalju."
Firasat Fane begitu kuat. Dia merasakan sesuatu tidak jauh di depan sana. Apa dia harus menerawang tempat ini? Tapi... dia ragu. Ah, dia lakukan saja deh.
Matanya terpejam guna memfokuskan diri. Wilayah bersalju di sini sangat luas. Banyak sekali pegunungan. Satu persatu makhluk immortal terlihat. Apakah itu elf? Fane tidak yakin, tapi sepertinya iya. Semakin jauh ia melihat, semakin banyak elf yang muncul di penglihatannya. Ia berhenti di pusat wilayah elf tersebut karena tak sengaja menangkap dua pemuda tak asing baginya.
Ia bergerak mendekati kerumunan elf dan dua pemuda itu. Alangkah terkejutnya ia melihat Erland dan Ivon dalam kondisi tidak sadarkan diri di tengah keramaian. Akibat panik, apa yang Fane lihat berhenti.
Fael dan Heafen diam sejak tadi, memperhatikan tingkah laku Fane yang menurut mereka cukup aneh dan mencurigakan. Ada apa dengan vampire itu? Apa dia tidak mampu menahan rasa laparnya?
"Ada apa denganmu?" Tanya Fael bersiaga dengan pedangnya.
"Aku melihat Erland dan Ivon! Mereka ada di bukit itu, mereka bersama para elf. Mereka berdua tidak sadarkan diri dan elf di sekitar mereka membawa senjata. Kita harus segera kesana sebelum hal buruk terjadi para mereka. Aku... aku tidak mau mereka terluka. Mereka temanku!"
"Apa kau bisa menjamin keselamatan kita bertiga jika kita kesana? Apa kau tidak memikirkan bahaya apa saja yang menanti kita disana? Aku tahu kau cemas, Fane. Tapi kau harus berpikir dengan kepala dingin. Kita harus memikirkan strategi agar selamat sampai tujuan akhir kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] IL: Pure Blood | Enhypen ✓
FantasyDunia Il itu indah, indah sekali. Sayang, sejak masalah tiba semuanya semakin buruk. Semuanya disebabkan oleh kelompok misterius yang tak pernah diketahui identitasnya, mereka yang disangka telah punah kembali menghancurkan dunia demi kepentingan ya...