iii. Jai Trayvon

6.3K 1.7K 758
                                    

Kalau kalian bertanya apakah ada werewolf yang pandai menggunakan pedang layaknya ksatria, maka jawabannya adalah Jai Trayvon.

Jai Trayvon adalah pangeran dan anak tunggal dari raja werewolf yang jarang menunjukkan wujud wolfnya. Biasanya, Jai Trayvon berburu menggunakan panah dan pedang. Dia bukanlah anggota kerajaan yang suka menetap di istana, dia lebih senang bepergian keluar terutama ke hutan. Takut bertemu kaum vampire? Tentu saja tidak, buat apa takut dengan mereka, kastanya saja lebih tinggi dirinya daripada mereka.

Yup, Jai memiliki sisi sombong dalam dirinya, tak heran jika banyak pangeran dari kerajaan lain membencinya. Padahal Jai berbicara fakta, tidak merasa menyinggung mereka.

Selain jarang menunjukkan wujud wolfnya, Jai juga jarang terlibat perkelahian. Agak mengherankan memang, sifatnya yang mudah marah sering terhindar dari perkelahian, sehebat itu menahannya.

Hidup menjadi seorang pangeran bukanlah hal yang mudah. Banyak sekali pekerjaan dan pelajaran yang harus dilakukan, semua itu membuatnya lelah dan ingin merasakan kehidupan lain yang memberi kesan baru di hidupnya. Dia bosan menjadi pusat perhatian, seperti saat ini.

Rambut pirangnya menjadi ciri khas, rahangnya yang tajam menarik perhatian. Semua rakyat menatapnya penuh bangga, namun banyak pula yang menatapnya penuh kekesalan dan kebencian. Dia bersikap tak acuh dan lanjut berjalan menuju salah satu toko daging kesukaannya.

"Selamat siang, pangeran. Seperti biasa, bukan?" Sapa sang pemilik toko tersenyum hangat dan menawan.

"Tentu saja, kau tidak mungkin menjual buah disini 'kan?" Balas Jai tertawa sarkas.

Sudah biasa bagi pemilik toko mendengar kata pedas dari Jai, beliau menganggapinya dengan tersenyum. Beliau tidak kesal ataupun marah, beliau tahu dibalik sifat Jai yang seperti itu terdapat banyak kebaikan yang mampu membuat orang lain terdiam. Masih banyak yang meremehkan Jai, Jai sendiri tidak peduli karena dia yakin suatu saat nanti semua orang akan tahu siapa dirinya sebenarnya, yaitu pangeran werewolf paling tampan dan baik hati sejagat raya, hahaha.

"Mohon ditunggu sebentar, pangeran."

"Iya."

Jai memandang toko daging langganannya, kotor dan lapuk dimana-mana, berbeda sekali dengan istana. Pemilik toko sempat ditawarkan untuk diberi bantuan merenovasi toko dan membeli peralatan baru, namun pemilik toko menolak dengan alasan waktu hidupnya tidak lama lagi. Bila beliau meninggal nanti, siapa yang akan mengurus tokonya? Tidak ada, anak-anaknya sudah tewas di medan perang bertahun-tahun yang lalu, sementara sang istri memiliki pekerjaannya sendiri, pasti akan kesulitan bila mengerjakan keduanya sekaligus.

Memangnya werewolf bekerja? Bisa saja.

"Omong-omong, apa pangeran pernah bermimpi perang bersama enam pemuda lainnya?" Tanya pemilik toko disela menyiapkan daging segar pilihan.

"Pernah..." jawab Jai ragu-ragu. "Ada apa? Apa mimpi itu pertanda? Apa aku benar-benar akan berperang? Apa kerajaanku tidak aman? Apa aku akan mati disana? Oh?! Tentu saja aku akan menang! Bukankah sudah jelas seorang Jai Trayvon selalu memenangkan pertarungan baik individu maupun kelompok? Dalam bahasa manusia, aku ini keren."

Pemilik toko terdiam. Jadi benar rupanya, pantas saja saat pertama kali bertemu dengan Jai kecil dahulu beliau bisa melihat bayang-bayang masa depan dan aura tak mengenakan.

"Kenapa? Apa pertanyaanku salah?"

"Tidak, tidak apa-apa." Pemilik toko menggeleng sembari menyerahkan daging segar yang telah dikemas sedemikian rupa. "Pergilah ke barat setelah keluar dari toko ini, jangan pernah berbalik ke belakang untuk sekedar memeriksa kondisi istana. Keselamatanmu adalah keselamatan Dunia Il di masa depan."

"Apa maksud-"

Srat!

Kedua mata Jai membola ketika sang pemilik toko dengan cekatan menarik dirinya dan membiarkan tubuhnya terkena tebasan pedang hingga dadanya terkoyak lebar.

Jai menggeram, bola matanya berubah menjadi merah menyala. Pedang yang menggantung di pinggangnya dia keluarkan dan angkat ke depan menangkis sebilah pedang yang hampir saja memenggal kepalanya.

"Siapa kau?!" Tanyanya lantang, mendorong pedangnya ke depan hingga orang berjubah misterius terhuyung ke belakang.

Tak sengaja jubahnya tersingkap, memperlihatkan tato ular kobra di leher bagian kanan. Jadi mereka kelompok yang dianggap sudah punah itu? Mereka sudah kembali rupanya.

"Bukan main..." gumam Jai agak terkejut. "Aku sudah menduganya sejak lama kalau kelompok kalian belum musnah. Apa tujuan kalian? Apa kalian ingin membunuhku? Coba saja kalau bisa, menahan pedangku saja masih sempoyongan, yang seperti itu berlagak bisa? Cuih."

Sang lawan geram bukan main. Pangeran dari keluarga Trayvon memanglah sombong, pantas saja ketua memintanya untuk segera menghabisinya sebelum termakan emosi lalu lengah dan kalah.

"Tidak asik sekali, ini baru awal cerita tapi aku sudah diserang. Apa kalian tidak memikirkan bagaimana konflik yang akan dibuat sang penulis? Pasti akan lebih rumit atau bahkan tidak ada," lanjut Jai sembari menendang tubuh lawannya hingga terjerembab ke lantai.

Matanya yang merah menyala menjadi pertanda kalau dia diselimuti amarah. Segera ia hunuskan pedangnya ke leher sang lawan, kemudian menggeser pedangnya ke bawah hingga ke dada.

Sang lawan tak bergerak, Jai berbalik menuju pemilik toko yang tengah merintih kesakitan. Jai hendak menolongnya, namun pemilik toko dengan cepat berbicara.

"Pergi ke barat... cepat. Jangan biarkan mereka menangkapmu, cari enam pemuda yang lain."

"Maksudmu aku harus pergi ke wilayah vampire?! Sudah gila, aku bisa mati! Nanti siapa yang akan meneruskan tahta ayahku?! Tidak mungkin kau!"

"Cepat pergi sebelum teman dari orang yang kau bunuh datang kemari! Kau dalam bahaya, pangeran, tolong pergi!"

Jai tersentak mendengar perintah dari pemilik toko yang tak pernah ia dengar sebelumnya. Kedua tangannya mengepal kuat, pedangnya ia masukkan kembali ke tempatnya, berdiri dengan gagah dan mengangguk mengikuti perintah.

"Aku berjanji semuanya akan baik-baik saja, pegang janjiku," janjinya penuh tekad, lalu berlari keluar dari toko dan menunggangi kuda entah milik siapa yang terlepas dari tuannya.

Sang pemilik toko menatap kepergian Jai penuh harapan. Tanpa Jai berjanji pun semuanya akan baik-baik saja.

Itu kalau Jai bertahan sampai akhir sih...

Itu kalau Jai bertahan sampai akhir sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✥ Arti nama :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Arti nama :

Jai : Berhasil dengan baik, cerdas dan beruntung, kemenangan
Trayvon : Dari kota yang adil

Note : kenapa Jai jarang menunjukkan wujud wolfnya?

[i] IL: Pure Blood | Enhypen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang