Prolog

112K 1.3K 40
                                    

"Mama sama Papa jangan tinggalin Clara." Clara menangis sesegukan dan semakin erat memeluk kedua orangtuanya.

Orangtua Clara ikut menangis melihat anak semata wayang mereka yang sedari tadi menangis histeris.

"Clara dengerin Papa." Dimas memegang bahu anaknya dan menatapnya penuh kasih, "Papa sama Mama harus pergi demi kebaikan kita, Sayang."

"Tapi kenapa Clara gak boleh ikut kalian?" Tanya Clara dengan air matanya yang terus keluar.

"Kita juga inginnya kamu ikut, tapi keadaan gak memungkinkan, Sayang." Feni memeluk anaknya erat-erat.

"Mama sama Papa janji, Clara. Begitu ekonomi kita kembali stabil, kita pasti pulang secepatnya dan kita bakal kumpul bareng lagi."

"Tapi Clara mau ikut kalian. Clara gak mau sendirian disini." Clara menggeleng tegas.

"Clara." Dimas mendekap tubuh Clara lagi, "Hanya sebentar, Sayang. Kita janji bakal pulang lagi pas kamu lulus, hm?"

Clara terdiam sesaat, ia baru menginjak kelas 12 SMA berarti kemungkinan orangtuanya pergi tidak akan melebihi satu tahun. Ya, itu perkiraannya.

"Kalo gitu, kalian hati-hati dan jangan sampe gak ngabarin Clara setiap hari."

Mendengar ucapan Clara, senyum haru Dimas dan Feni terbit. Secara tidak langsung, anak mereka telah memberi izin.

Pandangan Feni dan Dimas beralih pada sosok yang berdiri di dekat pintu, tidak jauh dari posisi mereka dan Clara.

"Alex, kita titip Clara."

Alex yang sedari tadi menatap keharuan keluarga didepannya mendekat.

"Saya akan menjaganya," kata Alex yang di barengi anggukan.

Dimas tersenyum lega dan memeluk Alex sebentar sebagai tanda perpisahan.

Tidak ada orang lain yang Dimas percayai untuk menitipkan Clara, selain Alex.

Dimas yakin Clara akan aman bersama dengan Alex yang merupakan tetangga dekat sekaligus adik ipar dari sahabatnya, Adam.

"Kalau begitu kita pergi."

Clara berusaha mati-matian agar air matanya tidak kembali keluar menyaksikan kedua orangtuanya memasuki taksi yang sudah mereka pesan.

Clara hanya mampu melambaikan tangan sampai taksi itu tidak terlihat di halaman rumah orang disampingnya.

"Pakai." Alex menyodorkan sapu tangan miliknya ke depan Clara.

Clara mengambil sapu tangan itu dengan ragu dan berusaha tersenyum pada Alex, "Makasih, Om."

"Ayo, masuk."

Clara menatap Alex yang memasuki rumahnya.

Mulai hari ini Clara akan tinggal bersama dengan pria itu dan juga keponakannya.

Clara tidak begitu mengenal Alex selain mereka yang bertetangga dan Clara hanya mengenal keponakannya saja karena mereka teman sekelas.

Sebelum memasuki rumah Alex, Clara menatap lama rumah disebrang jalan.

Rumah itu, rumah yang sebelumnya Clara tempati dengan kedua orangtuanya namun kini bukan milik keluarganya lagi.

Karena usaha Papa nya bangkrut, semua hal yang Clara miliki seakan direnggut paksa sekarang.

Clara sudah tidak punya apa-apa selain menjadi beban baru untuk Alex yang begitu baik mau menampungnya untuk tinggal.

***

Passionate Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang