6. Villa

37.9K 1K 52
                                    

Hari keberangkatan ke Puncak pun tiba. Setelah pulang sekolah Ray dan Clara langsung mempersiapkan diri untuk pergi.

"Yes, akhirnya gue bawa mobil sendiri." Ray bersiul melihat salah satu mobil Alex yang berhasil ia pinjam sudah terparkir di depan rumah.

Perlu usaha bagi Ray untuk mendapatkan izin dari Alex agar mengizinkannya mengendarai mobil sendiri.

"Ra, lo gak ada yang ketinggalan kan?" Ray menatap Clara untuk memastikan sebelum menaiki mobil.

Clara menggeleng sebagai jawaban lalu ikut masuk dan duduk di samping Ray yang mengemudi.

"Ray, beneran gak papa gue ikut?" Tanya Clara kembali ragu saat Ray mulai melajukan mobil meninggalkan rumah Alex.

"Santai, Ra. Ada gue disana, lo gak perlu khawatir." Ray menepuk kepala Clara yang masih diliputi kegelisahan.

"Gue cuma takut kehadiran gue ganggu liburan kalian," ucap Clara pesimis.

"Ngapain ganggu kan lo gak buat salah. Lagian itu villa keluarga gue kok tepatnya milik Om Al."

Clara terdiam mendengar fakta kekayaan Alex yang lain. Seharusnya Clara tidak kaget karena bagaimanapun perusahaan Alex memang bergerak dibidang properti.

"Kita ke rumah Nia dulu buat kumpul sama yang lain," beritahu Ray.

Clara mengangguk saja sambil berdoa dalam diam. Ia berharap semua orang nanti menerima kehadirannya.

Jantung Clara rasanya berdetak terlalu cepat saat mobil Ray berbelok memasuki gerbang rumah dua lantai yang Clara yakini adalah rumah Nia.

Benar saja, dari dalam mobil Clara bisa melihat teman-teman Ray dan teman-temannya dulu sedang berkumpul di halaman depan rumah.

"Ayo, turun." Ray turun lebih dulu dan mau tak mau membuat Clara mengikutinya dengan segera.

"Siap?" Ray menyapa semua orang dengan senyum khasnya.

"Siap dong." Semua orang berteriak lalu tertawa senang.

"Eh, Clara, ngapain ngumpet di belakang Ray?"

"Iya nih, Clara main petak umpet apa ya?"

Clara langsung keluar dari tempat persembunyiannya karena ucapan Dion dan Vero yang merupakan teman Ray.

"Hai, kalian," sapa Clara canggung pada semuanya, apalagi pada Riri dan Sisil yang merupakan teman dekatnya dulu.

"Hai juga, Clara." Nia menjawab dengan suara ramah yang kontan diikuti oleh Riri dan Sisil.

Clara seketika merasakan sedikit kelegaan mendapati respon dari ketiga gadis itu.

"Ngobrolnya lanjut di jalan aja biar gak kesorean nih berangkatnya," ujar Dion membubarkan.

Semua menurut secara cepat karena tidak ingin membuang waktu. Mereka memakai dua mobil yang merupakan milik Nia dan Ray.

Di mobil Ray terdapat Clara, Sisil dan Dion sedangkan sisanya di mobil Nia.

Setelah menempuh waktu hampir dua jam akhirnya mereka sampai di villa yang akan mereka tempati.

Ray pun langsung membantu mengeluarkan tas Clara sedangkan Dion membantu Sisil.

Passionate Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang