PROLOG AD [HA]

2K 343 147
                                    

Suara sambutan 'Selamat datang' baru saja terdengar tatkala seorang gadis dengan poni menutupi bagian kening hingga alis melangkah masuk ke area sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara sambutan 'Selamat datang' baru saja terdengar tatkala seorang gadis dengan poni menutupi bagian kening hingga alis melangkah masuk ke area sekolah. Tatapannya menyisiri segala arah untuk memandang lekat bangunan di depan, sesekali decakan kagum juga keluar dari bibir merah mudanya.

Hana Humaira, itulah nama yang tertulis di permukaan name tag yang tertempel manis di sisi kiri seragam gadis itu. Hana tidak bosan melirik sekitar karena tempat itu merupakan dunia baru baginya.

Saat pendaftaran pun Hana tidak datang, dia sakit dan yang menggantikannya adalah Mamanya. Mama Hana sendiri tidak masalah jika harus menggantikan Hana ke sekolah. Toh, dia hanya membantu untuk mengantarkan berkas-berkas yang perlu diserahkan ke pihak sekolah.

Hari ini adalah hari pertama Hana menginjakkan kaki di Brilliant High School. Sekolah elite yang tidak sembarangan menerima siswa/siswi baru. Hana sendiri tidak menyangka pada akhirnya dia diterima di sana. Hana bahkan sempat sujud syukur saat pengumuman sudah muncul di web pendaftaran sekolah saking senangnya.

Hana menjatuhkan pandangannya, menatap ke depan di mana sudah ada beberapa anggota Osis yang berdiri di depan pintu masuk sekolah.

Langkah Hana berhenti, ia tidak mengenal siapa pun di sini. Ia seakan pergi jauh meninggalkan rumah, berada di tempat asing yang antah berantah.

"Oke, sepertinya semua sudah berkumpul. Kalian gak perlu berbaris, cuma perlu dengerin kata gue aja," kata seorang pemuda yang berdiri paling depan di antara barisan anggota Osis. Bisa Hana pastikan bahwa dia merupakan ketua dalam organisasi tersebut.

"Kalian udah dapat pembagian kelas, 'kan?" tanyanya kemudian.

"Iya, kak," jawab semua siswa/siswi baru secara bersamaan, termasuk Hana.

"Kelas IPA ke kanan dan IPS ke kiri, cepat!" perintahnya dengan suara lantang.

Hana terkejut saat semua orang tiba-tiba meninggalkan tempat dan membuatnya berdiri sendirian di tengah-tengah.

Dengan segera, Hana ikut mengambil tempat di sisi kanan, yaitu kelas IPA. Untung saja Hana tidak berdiri terlalu lama di tempat sebelumnya, jika tidak orang lain akan berpikir jika dia adalah gadis bodoh yang lambat berpikir. Bukankah jika menjadi siswi baru seharusnya dia menjaga harga dirinya?

"Mulai dari IPA 10A hingga 10E berbaris dari kanan ke kiri. Berbaris sesuai dengan kelas kalian, jangan ambil kelas orang lain. Begitu pun dengan IPS. Sekarang!" Ketua Osis itu terus memberi perintah membuat Hana jengkel sendiri mendengarnya.

Cih, katanya gak usah baris! batin Hana.

Dengan langkah santai, Hana berbaris di bagian IPA 10C. Ia tidak terlalu pintar untuk ditempatkan pada kelas 10A. Namun, Hana dengar seseorang bisa pindah kelas dengan permintaan orang tua atau wali, tetapi tentu saja dengan syarat siswa/siswi tersebut memenuhi kriteria. Namun, Hana juga mendengar bahwa ia bisa membayar lima ratus ribu untuk melakukannya tanpa harus melibatkan orang tua.

Hana tidak mau di sana, lagian dia juga tidak bisa bersaing dengan orang pintar lainnya. Hana lebih suka kelas C karena kelas itu berada di tengah-tengah, antara kelas terpintar dan kelas yang sedikit di bawah saja.

"Karena gue lihat semua orang udah baris di kelas masing-masing, maka sekarang waktunya kalian jalan menuju kelas dengan anggota Osis yang mendampingi kalian," ujar ketua Osis kemudian beranjak meninggalkan tempatnya berdiri. Hana kembali mendecih, orang itu tampak sombong. Hana tidak suka.

Setelah adanya arahan tersebut, mereka pun melangkah dengan tertib menuju kelas masing-masing dan tentu saja ditemani oleh anggota Osis yang menurut Hana sedang mengintai.

Selama perjalanan menuju kelas, mata Hana tidak bosan-bosannya melirik sekitar karena setiap interior tampak mewah dan baru. Terhirup aroma cat yang masih basah tapi samar dan penciuman Hana masih bisa mendeteksinya.

Karena tidak memerhatikan jalan, kaki Hana tersandung pada anak tangga. Gadis itu hampir terjatuh ke depan, tetapi seseorang menahan tubuhnya sebelum terbentur pada anak tangga selanjutnya.

"Lo gak papa?" tanya lelaki itu setelah Hana memperbaiki posisinya.

Hana mengangkat wajahnya, menatap pemuda yang baru saja menolong dirinya. Hana mematung, pemuda tampan dengan mata sipit, hidung mancung, dan bibir merah muda tipis menjadi pemandangan pertama yang Hana lihat.

"Kalau jalan lihat-lihat," katanya lagi. "Gue duluan, harus ngejar kelas 10A." Setelah pamit dia pergi begitu saja meninggalkan Hana yang masih mematung. Hana menatap punggung pemuda itu hingga hilang ditelan oleh rombongan siswa/siswi yang sedang menaiki tangga.

"Woi, jalan! Ngapain lo berhenti di tangga, sih?" teriakan itu membuyarkan lamunan Hana. Ia menoleh ke belakang, ada banyak orang yang sudah menunggu dengan memasang ragam macam ekspresi. Kakak kelas yang bernotabene anggota Osis juga menatap Hana dengan menelisik.

"Ma ... maaf," kata Hana terbata. Dengan langkah cepat ia menaiki anak tangga untuk menyusul teman sekelasnya.

Rombongan Hana sampai di kelas, mereka segera memilih bangku tetapi tidak boleh ribut dan harus tertib. Mereka diharapkan tidak rebutan bangku dan duduk saja pada bangku yang masih kosong. Hana memilih duduk sebangku dengan seorang gadis. Gadis itu tampak sangat bersemangat dan senang sudah mendapatkan bangku tersebut.

Hana menarik tasnya untuk ia lepaskan dari bahu kemudian ditaruh di atas meja. Hana melirik teman-teman barunya dan tidak ada yang aneh.

Namun, wajah pemuda yang menolongnya tadi kembali terbayang di benak Hana hingga membuatnya tersenyum.

"Kelas IPA 10A, ya?" gumam Hana.

"Sepertinya aku masih punya uang tabungan. Mama harusnya gak marah, kan kalau aku pakai uangku untuk pindah kelas? Aku juga bisa lebih pintar kalau duduk di kelas A, kan?" Pikir Hana dengan senyum lebar.

Dari saat itu lah misi seorang Hana Humaira mengejar seorang pemuda yang belum dia ketahui namanya.

"Hana seperti setan, lo tau setan, 'kan? Bedanya muka Hana gak bikin gue merinding tapi nempelin gue mulu sampe gue pikir gue ketempelan setan Hana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hana seperti setan, lo tau setan, 'kan? Bedanya muka Hana gak bikin gue merinding tapi nempelin gue mulu sampe gue pikir gue ketempelan setan Hana."
- Adam Husain-

"Adam itu ganteng, suka bikin hati Hana bergetar. Cowoknya nyebelin tapi bikin kangen. Adam itu mungkin kutub positif dan aku negatif, kalau bertemu pasti bakal lengket."
- Hana Humaira-

"Gue gak peduli Hana ada. Toh, gak ngurangin porsi makan gue juga. Cuma, dia selalu ganggu gue sampai isi hari gue terasa cuma ada dia dan dia."
- Adam Husain-

"Adam dingin tapi herannya gak bikin Hana menggigil, malah bikin Hana suka nempel sama dia."
- Hana Humaira-

💗💗💗

Hai, ada cerita baru lagi nih dari aku. Yaaa, temanya ga jauh beda lah sama yg lain. Cuma kepikiran aja mau bikin ini jadi selamat membaca^_^

Aku ga banyak basa basi deh, cuma ingatin untuk jangan jadi hantu, ga baik.

Salam luv
Uliayw

Ad [Ha]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang