pengkhianat

516 57 18
                                    

HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA

Tandain kalo ada yang typo.

Jika kalian menyukai cerita ini, silahkan pertimbangkan untuk memberikan vote. karena satu vote dari kalian menambah semangat aku untuk menyelesaikan cerita ini sampai bab terakhir dan semangat update ! Terimakasii ❤️

Happy reading! 🤗

***

Suara deru motor berhenti saat sudah berada di parkiran depan markas BAD EAGLE. Aleo beserta inti yang lain turun menuju dalam markas, tak seperti biasanya mereka datang dengan candaan namun sekarang wajah serius dan menahan amarah yang terpampang jelas. Membuat anggota BAD EAGLE gelisah.

"Kumpul!" Perintah Aleo, dan seluruh anggota berkumpul di depan cowok itu.

"Ada apa, bang?" Tanya salah satu anggotanya.

"Mending sekarang jujur siapa pengkhianat diantara kalian. Atau gue langsung tunjuk aja kali ya?." Ujar Aleo sambil mengamati wajah satu persatu anggotanya.

"Tapi, nyawa lo jadi taruhannya." Lanjutnya.

Tak ada satupun orang yang berani bersuara, penghianat itu pun tidak berkutik sama sekali. Yang ada dipikirkannya sekarang hanyalah ia harus tetap menjaga rahasianya walaupun nyawanya terancam, ia melakukan ini karena balas budinya ke seseorang yang sudah membantu keluarganya.

"Lo? Kenapa diem? Mikir?" Ucap Aleo dengan senyum devil's nya.

Tak menunggu terlalu lama Aleo menghampiri satu orang di paling pinggir antara yang lain. "Permainan lo kurang mulus!" Bisiknya diiringi senyum miring yang tercetak jelas di bibirnya.

Revan yang sudah tersulut emosi langsung berdiri dari duduknya, dan menarik seseorang tadi keluar dari ruangan.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

"PENGKHIANAT GA PANTES HIDUP!" Kata Revan sambil memukul penghianat itu sampai tersungkur.

"Mundur, Van." Ujar Derren lalu giliran dia yang duduk jongkok di depan orang itu.

"Sekarang lo jujur, siapa yang suruh lo!" Kata Derren dengan sedikit santai, dan walaupun ia tau orang itu tidak akan jujur.

"Sampai gue mati pun, ngga akan gue kasih tau." Ujarnya sambil mengelap darah yang mengalir di sudut bibirnya.

"Nyali lo gede juga, bro." Kata Regan sambil menepuk pundah orang itu.

BUGH!

"Manusia anjing kaya lo emang gabisa di baikin!" Teriaknya sambil memukul orang itu tanpa ampun.

Derren memegang bahu Regan. "Masa lo mulu, gue juga mau kali Gan," Ujarnya.

"Ck! Ganggu aja lo ibab" Decak Regan sambil melirik Derren tajam, namun tak ayal dia juga mundur dan membiarkan sahabatnya itu mendapat giliran.

"Gue sih ngga bakal pukul lo kaya yang laen ya, ngabisin waktu. Toh orang kaya lo ngga bakal jujur siapa yang nyuruh lo".

"Main main dikit sama gue sabi kali ya" Lanjutnya sambil menatap Aleo dan cowok itu mengangguk tanda menyetujui ucapan Derren.

"Gan, Van bantuin keg pegangin. Lo nggamau apa ikut main main?" Ucapnya lalu Revan dan Regan langsung memegangi lelaki yang sudah sedikit lemas itu.

Derren mengeluarkan pisau lipat miliknya dan langsung menggores ke lengan laki-laki itu.

"Argghhh!" Teriaknya.

"Enak ya?" Tanya Derren.

"Gue juga mau lah." Celetuk Regan saat melihat Derren menggores-gores kulit laki-laki itu.

"Ntarlah, gue belum puas nih." Jawabnya sembari melanjutkan aktifitasnya menggambar goresan di kulit laki-laki itu.

Derren dan yang lainnya menghiraukan suara lelaki itu yang melenguh kesakitan. Pisau ia berikan kepada Regan dan cowok itu menggores-gores wajah laki-laki sampai penuh dengan darah. Jika ditanya kemana Aleo? Jawabannya cowok itu sedang duduk dan hanya menonton aksi ketiga sahabatnya itu.

"Cukup main-mainnya, gantian Revan," Perintah Aleo, entah memang Aleo tau yang akan Revan lakukan atau itu sebuah perintah untuk Revan.

Revan mengambil alih pisau kecil itu, dengan senyum devil's terbit dari bibirnya. Ia langsung menusuk perut laki-laki itu hingga darahnya muncrat kewajah Revan. Laki-laki itu seketika memuntahkan banyak sekali darah kental dari mulutnya. Jika ada yang melihatnya secara langsung pun akan terasa mual.

Aleo menatap laki-laki itu dengan senyum devil's nya, ia berjalan mendekat kearah mayat yang sudah berlumuran darah itu. "Penghianat emang pantes mati!" Ujarnya sambil merebut pisau itu dari Revan dan kembali menusuk perut laki-laki itu.

"Bakar!" Perintahnya, dan anggotanya yang lain langsung membawa mayat itu ke belakang markas lalu membakarnya.

"Udah lama kita ngga main gini, Al. Puas banget pisau kecil gue main-main." Ujar Derren membuat ketiga sahabatnya terkekeh.

"Kegnya gue tau sih siapa yang suruh dia buat jadi mata-mata." Celetuk Revan tiba tiba, dan mereka saling pandang satu sama lain.

"Branz geng!" Serentak mereka berempat.

***

Setelah kejadian tadi, mereka berempat a.k.a Aleo, Revan, Regan dan Derren kembali nongkrong ditempat biasa mereka main.

"Gilak, udah jam tujuh tiga puluh. Mati gue sampe rumah pasti kena omel," Ujar Aleo saat melihat jam tangannya.

"Gue duluan ya." Ujarnya.

"Gue juga,"

"Kita juga," Lalu mereka menuju motor masing-masing dan pulang.

Sesampainya dirumah, sudah ada orang tuanya dan adeknya yang sedang duduk menonton tv.

"Darimana aja Al, jam segini baru pulang." Ujar Danendra membuat Aleo berhenti.

"Anu pi, itu biasalah anak muda," Celetuknya sambil nyengir kuda dan menggaruk tengkuk lehernya.

"Halah, yasudah sana mandi kamu bau" Kata Olivia.

"Iya, Pi mi Aleo keatas dulu ya mau mandi, gerah juga ini" Ujarnya, lalu melenggang pergi kekamarnya membuat kedua orang tuanya menggelengkan kepalanya heran.

Dan memang sengaja ia tidak mendekat kearah orang tua nya dan salim, karena baju yang ia kenakan masih bau amis darah dan ada sedikit bercak darah yang menempel, daripada di tanya terus mending dia menghindar.

Setelah beberes dan mandi, ia turun menyusul Danendra, Olivia dan Athaya diruang keluarga.

"Kak Aleo tau ngga?" Celetuk Athaya tiba-tiba.

"Ya engga, orang kamu belum kasih tau." Jawabnya sambil melirik malas adik semata wayangnya itu.

"Oiya maapin aya, ya kak" Ujar Athaya sambil menampilkan gigi gigi rapinya.

"Apa cepetan,"

"Katanya besok ada murid baru loh, pindahan dari jakarta aya denger dari temen. Tapi kelas 12 sih, kaya kakak dong," Jelas Athaya lalu di angguki oleh Aleo.

"Ya walaupun sama, belum tentu juga dia sekelas sama kakak," Ujar Aleo.

"Ya siapa tau kan kakkk," Kata Athaya.

Aleo menghendikan bahu nya acuh, "mending makan, laper." Jawabnya sambil memegang perutnya.

***
Tbc.

Minal Aidzin Wal faidzin, ya teman-teman.

Selamat membaca! Sampai ketemu di part part selanjutnya.

Bantu up cerita ini, ke medsos kalian yaa dan share ke temen, pacar, adek, kakak atau ayah ibu kalian, canda hehe😭 terimakasih sebelumnya❤️

Dan maaf kalau ada kesamaan alur, latar, nama tokoh itu tidak disengaja. 

Salam sayang dari aku❤️

GAZZALEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang