04

46 5 2
                                    

Typo bertebaran, jadi mohon dimaklumi ya guys


Happy Reading🤗
,
,
,
,
,
,

Karine dan Haris kini telah sampai di depan gerbang sebuah rumah yang sangat indah menurut Haris. Karine turun dari motor Haris dan berusaha melepaskan helm yang dia gunakan. Sedikit kesulitan atau memang Karine tak tau bagaimana cara melepaskannya.

Haris yang sedari tadi melihat sekeliling rumah, kini perhatiannya dialihkan kearah Karine yang masih berusaha melepaskan helm itu. Semburat merah jambu muncul di kedua pipi Haris. Dia pun membantu Karine melepaskan helm itu.

“sini biar kubantu” ucap Haris dengan mengulurkan tangannya.
Karine yang mendengar itu mematung sebentar, dia tak tahu harus berbuat apa jadi dia hanya diam dan melihat Haris yang berusaha melepaskan helm dari kepalanya.

Kliiikkk.....

“akhirnya lepas juga” ucap Haris disaat berhasil melepaskan helm dari kepala Karine. Karine yang melihat itu tersenyum kikuk dan mengedarkan panadangannya dari Haris.

“ah terima kasih kak Haris” begitulah suara Karine yang lolos dari mulutnya. Hingga membuat sang punya namapun tersenyum.

Haris mengacak-acak rambut Karine dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya sejak tadi. “nah, sekarang kamu sudah sampai, sana masuk” perintah Haris, setelah mengacak-acak rambut Karine lembut.

Karine yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum dan salah tingkah. Hingga akhirnya suara wanita paruh baya mengagetkan keduanya. “kamu sudah pulang nak? Aduh dengan temanmu pula. Mari sini, masuk maaf merepotkanmu”.Haris menengok kearah sumber suara itu. Sedangkan Karine langsung berlari kearah wanita paruh baya itu dan memeluknya.

bundaaaaaaaaaaaaa” teriak Karine lucu.

Haris langsung turun dari motornya dan bersalaman dengan bunda Karine. Sang bunda tersenyum dan melihat Karine sekilas. Haris yang paham akan hal itu langsung memperkenalkan dirinya padanya.

“maaf tante sebelumnya, perkenalkan nama saya Haris Vernanda teman sekolah Karine” jelasnya dengan ramah.

Bunda Karine kagum dengan keramahan dan sopan santunnya. “ah., teman sekolahnya Karine. Saya Bella bundanya Karine. Panggil saja tante Bella” jawab sang bunda dengan senyum ramah.

“nah mari nak Haris, mari masuk dulu sebelumnya terima kasih ya nak sudah mengantarkan anak saya” kata tante Bella dengan ramah. Haris yang mendapat tawaran seperti itu sedikit kaget dan melihat kearah Karine secara meminta pendapatnya.

Karine hanya tersenyum dan mengangguk kecil sebagai tanda setuju akan tawaran bundanya. Haris yang melihat itu kembali melihat tante Bella “baiklah tante saya akan mampir sebentar” jawab Haris.


>>><<<


“pucuk dicinta ularpun tiba. Yang dibicarakan akhirnya pulang” celetuk Leo dengan santainya. Sedangkan Azka yang baru datang hanya menatapnya bingung, apa maksud dari pertanyaan sang kakak sepupunya ini.

“bang Leo kenapa dah? Emangnya apa sih yang kalian bicarakan?” tanya Azka setelah meletakkan pantatnya disofa.

Sang ibu dan kakak sepupunya Leo, hanya tersenyum mendengar pertanyaannya. “aaa...tak ada Leo, ah kata Reyhan kamu punya teman baru disekolah, siapa namaya?” tanya sang ibu.

Leo yang mendengar itupun sedikit penasaran, dia melipat kedua kakinya dan mengambil bantal sofa untuk tumpuannya. Azka yang melihat keluarganya seperti ini hanya bisa pasrah dan mulai menceritakanya.

“iya, kurang lebih sama persis yang dikatakan Reyhan padamu mom. Namanya Karine Putri dia pindahan dari Bandung. Dia menyebalkan” jelas Azka dengan santai walau diakhir kalimat dia sedikit tersenyum.

“hah? Menyebalkan memangnya kenapa? Ataukah kamu yang menyebalkan?” selidik yang ibu. Sedangkan Leo hanya mengernyitkan alisnya setelah mendengar penjelasan sang adik sepupu.

“kenapa kebetulan sekali? Bahkan namanya pun sama dengan gadis itu. Apa itu memang perasaanku saja?” fikir Leo dalam hati.

Mereka bertiga pun terus berbincang-bincang menceritakan hal-hal yang lucu sampai saling meledek satu dengan yang lain.

>>><<<

Disebuah cafe terdapat 5 orang pria remaja yang sedang memasan makanan. Salah satu dari mereka pergi kesudut ruangan yang terdapat arena permainan yang menarik. Mereka bercanda dan saling menceritakan pengalaman mereka disekolah.

“Sean apa kau sangat menyukai es krim rasa itu? Ugh.. es krim itu rasanya seperti pasta gigi” tanya Setya pada kawannya itu dengan ekspresi menggelikan.

Sean yang sedari tadi sedang asik menyendong es krim yang ada di mangkuknya pun mengalihkan pandangnnya pada Setya. Sedikit sorot marah dimatanya, dia meletakkan sendoknya dan menelan es krimnya sebentar.

“sudah kubilang kalau kau tak suka dengan chocomint jangan bertanya padaku! Kau selalu bisa merusak moodku disaat aku memakan es krim” jawabnya sewot. Sedangkan Setya menggaruk tengkuknya dan tertawa hambar.

“bang Reyhan kapan datangnya? Lama sekali? Padahal aku sudah selesai bermain bersama dengan Juan” Tanya Riki dengan keringat yang terus menetes.

“pasti kena macet dijalan positif aja kali” jawab Juan yang langsung duduk disebelah Setya dan menyeruput es vanila milik Setya tanpa bilang.

“ya!!! Juan kau selalu saja seperti ini! Bilang dulu kek kalu minta!” kesal Setya pada Juan, sedangkan Juan hanya memasang senyum dan mengangkat dua jarinya di pipinya.

Riki yang sudah terbiasa melihat pertengkaran sahabatnya hanya menghela nafas dan duduk disamping Sean. Tak lama setelahnya lonceng cafe berbunyi menandakan ada pelanggan masuk.

“guys lu pada tau kagak apa yang gue lihat?” tanya Reyhan setelah masuk cafe dengan teburu-buru duduk ditempat temannya.

“aelah bang Rey....pelan-pelan napas dulu kek baru cerita” sanggah Juan. Sedangkan Reyhan hanya memutar bola matanya jengah.

“emang apa yang bang Reyhan lihat?” tanya Riki penasaran.

“gue lihat bang Haris bonceng si anak baru temen kelasnye Azka!” jawab Reyhan dengan semangat.

“apa?!” jawab mereka serempak kecuali Reyhan.

















Terima kasih sudah membaca karyaku, aku harap kalian menyukainya..

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca
YFS💜

You, Me and Our Story [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang