I

708 89 6
                                    

Seorang anak laki-laki turun dari mobil bersama dua orang dewasa, dia baru saja masuk ke sebuah institut anak. Ibunya meminta dia untuk hidup di sana dan bertahan hidup di sana dan anak itu menurutinya, dia tidak ingin melihat Ibunya menangis.

"Kurokawa, kau akan tinggal di sini bersama anak-anak lainnya," ucap wanita yang berdiri di sana.

Pria kecil itu mengangguk mengerti lalu mengikuti kedua orang dewasa itu. Kaki kecilnya melangkah memasuki lorong. Suasana di sana sangat ramai karena lumayan banyak anak yang tinggal di sana walau kenyataannya mereka bisa dihitung dengan jari.

Mereka berhenti di depan pintu berwarna putih, terlihat jelas itu adalah tempat yang akan menjadi kamarnya di sana. Wanita dewasa itu membuka pintu tersebut dan menunjukan isi kamar di dalamnya.

"Untuk saat ini kau tidur sendiri namun siapa tahu kau bisa mendapatkan seorang teman," ucap wanita itu kemudian sang anak mengangguk mengerti.

Kedua orang dewasa itu pergi meninggalkan bocah berumur 6 tahun di kamarnya. Dia merapihkan bajunya ke dalam lemari pakaian. Berniat untuk melihat-lihat gedung dan mencari teman setelahnya.

Suara langkah terdengar menggangu telinganya membuat dia menoleh ke arah pintu. Dia keluar untuk memastikan keadaan yang terjadi dan dia bisa melihat seorang gadis berlari dan berbelok ke arah kanan.

"Kenapa dia berlari? Tidak sopan berlari di lorong seperti tadi," ucap anak kecil itu bermonolog.

Dia melangkahkan kakinya mengikuti gadis itu. Lorong yang dia lewati semakin dalam terasa semakin gelap seakan pencahayaan semakin minim. Langkahnya terhenti ketika melihat sebuah pintu yang jelas berbeda dari semua pintu yang ada di sana.

"Kenapa pintunya berbeda? Bahkan tidak terlihat seperti bergaya Jepang."

Dia membuka pintu tersebut secara perlahan. Cahaya ruangan menerangi lorong yang sebelumnya sedikit gelap. 

"Selamat datang, ada yang bisa aku bantu?" Tanya seorang gadis dengan dress putih panjang.

Rambutnya dikuncir kepang, berwarna hitam pekat membuat kesan berbeda pada wanita di sekitarnya. Matanya hitam bagaikan obsidian. Gadis itu tersenyum ramah padanya seakan menunjukan bahwa dia menerima kehadiran anak laki-laki berambut putih yang masih berdiri di depannya.

"Ingin minum teh bersamaku? Sekalian kita kenalan," ucap gadis itu kemudian memegang tangan anak tersebut.

Tangan itu lembut bagaikan bulu kucing. Senyuman lembut membuat hati siapapun akan meleleh dan jatuh cinta kepada sang puan. Mereka duduk berhadapan sambil menunggu teh siap dituangkan.

"Kau juga anak yang tinggal di sini?" Mendengar pertanyaan itu sang puan menolehkan kepalanya kemudian menggeleng untuk menjawab pertanyaan tersebut. "Lalu kau siapa? Tidak mungkin sembarangan orang akan tinggal di sini."

"Pertama-tama perkenalkan namamu dulu, baru aku yang akan memperkenalkan diriku," ucap sang gadis tersenyum ramah.

Laki-laki kecil berambut putih itu terdiam kemudian berkata, "Izana, Kurokawa Izana."

"[Name], hanya itu namaku, salam kenal Izana-kun." Izana terdiam ketika melihat wajah gadis itu yang bersemu. "Aku tidak tinggal di sini tapi aku datang untukmu," ucap [Name] membuat Izana bingung.

"Kau kenal aku? Lalu buat apa berkenalan?" Tanya Izana.

"Oh baru saja aku mengenalmu," ucap [Name] sambil memegang dagunya seakan berpikir.

"Tapi kau bilang bahwa kau datang untukku? Berarti kau tahu aku, iyakan?" Tanya Izana sekali lagi.

[Name] tersenyum kemudian menuangkan teh untuk Izana lalu berkata, "Tidak, aku tidak kenal kau, buktinya aku tidak tahu siapa namamu."

Izana terdiam, gadis di depannya cukup aneh. Seakan dia hanya memutar Izana dan tenggelam dalam 1 pertanyaan yang bahkan tidak akan dia jawab. Izana menghela napas dan pasrah, kemudian menganggap gadis di depannya bodoh.

"Izana, aku tidak mau menyuruhmu untuk menjadi kuat seperti apa yang dia katakan, tidak, kau tidak harus kuat, kau boleh menangis dan bermanja. Tidak peduli dengan apa yang orang lihat tapi menjadi kuat tidak selalu membuat kita bahagia. Berbahagia, hanya itu yang harus kau kejar."

Izana hanya mendengarkan perkataan [Name]. Gadis itu seakan tahu bahwa Ibunya berpesan untuk menjadi kuat tapi gadis di depannya hanya ingin Izana untuk bahagia, bukan menjadi kuat. 

[Name] menopang wajahnya dengan salah satu tangan. Izana seakan melihat sebuah bayangan seseorang yang tersenyum dari wajah gadis itu namun dia langsung membuang bayangan tersebut.

"Suatu saat kau akan mengerti... Tapi jika kau tidak mengerti maka kau bisa datang ke sini lagi, pintuku selalu terbuka untukmu," ucap [Name] meminum teh miliknya.

 Tapi jika kau tidak mengerti maka kau bisa datang ke sini lagi, pintuku selalu terbuka untukmu," ucap [Name] meminum teh miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Izana masih memikirkan perkataan gadis tersebut. Seakan gadis itu ingin Izana mengerti akan suatu hal yang bahkan tidak dia pelajari ketika hidup bersama Ibu dan adik perempuannya. Dia duduk di ayunan sambil memikirkan perkataan gadis bernama, [Name]. Namun tanpa Izana sadari, [Name] sedang duduk melihat Izana dari lantai dia tinggal. Sambil menyisip teh bunga miliknya dan tersenyum melihat Izana.

"Bukan kau tidak mengerti Izana, kau hanya perlu mempelajarinya, hal yang baru yang bahkan wanita itu tidak ajarkan kepadamu," ucap [Name] bermonolog.

Pintu berbunyi menandakan seseorang yang masuk ke dalam ruangannya. Dia langsung menutup tirai dan tersenyum menyambut laki-laki kecil dengan luka di wajahnya. [Name] tersenyum dan berdiri untuk mengulurkan tangannya.

"Selamat datang ksatria, aku sudah menunggumu," ucap [Name] dan tersenyum.

Di sisi lain, di tempat Izana. Pria kecil itu dipanggil oleh kepala pengurus institut. Katanya seseorang ingin bertemu dengannya. Izana hanya menurut dan langsung menghampiri di mana orang itu menunggunya.

Seorang pria dengan baju sekolah smp dan gaya rambut yang aneh sedang berdiri depan pintu. Ketika Izana bertemu dan bertatapan dengannya, hanya wajah bingung yang Izana keluarkan. Seorang anak smp datang kepadanya dan ingin bertemu dengannya.

"Jadi kau yang namanya Izana, ya?" Tanya pria tersebut dan Izana mengangguk untuk menjawab, "Mulai sekarang kau adikku dan aku kakakmu."



Magic Shop || Izana KurokawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang