II

396 80 3
                                    

Izana berlari melewati lorong gelap kemudian berhentik ketika menemukan pintu dengan cahaya yang keluar dari ruangan tersebut. Dia membukanya pelan, menemukan gadis dengan mata obsidian yang indah sedang merangkai bunga.

"Siang Izana, kenapa kau berlari begitu cepat?" Tanya [Name] melihat ke arah Izana yang sedang berjalan menghampirinya.

"Kemarin, seseorang menemuiku dan berkata bahwa dia kakakku dan aku adiknya, apakah dia bisa dipercaya? Aku tidak tahu bahwa aku punya kakak," ucap Izana tenang. Kepada gadis di depannya Izana bisa mengutarakan semua, semua yang dia ingin ucapkan.

"Bagaimana jika tidak hanya kakak? Bagaimana jika kau juga memiliki seorang adik lagi?" Tanya [Name] tanpa mengalihkan pandangannya dari kegiatannya.

Izana terdiam, dia bingung untuk menjawab pertanyaan tersebut. [Name] kemudian meliriknya dan tersenyum kemudian berkata, "Kau seharusnya senang karena kau memiliki keluarga yang banyak saat ini, hal tersebut bisa membantumu mengetahui apa arti bahagia."

"[Name], apakah bahagia itu wajib?" Tanya Izana.

"Eum, semua berhak bahagia dan semua wajib bahagia, kita tidak bisa membuat orang-orang menjauh dari kebahagiaan tapi orang-orang itu sendiri yang bisa menjauh dari kebahagiaan," ucap [Name], dia memalingkan wajahnya untuk melihat ke arah Izana yang sedang menatapnya serius.

"Haruskah aku bertanya apakah aku punya adik lagi? M-maksudku seperti apakah aku punya adik selain Emma," ucap Izana terlihat ragu dengan isi hatinya.

[Name] tertawa kecil kemudian memakaikan pria kecil itu mahkota bunga yang dia buat khusus untuk pria berambut perak tersebut. "Jangan pernah ragu untuk bertanya, agar tidak ada salah paham di antara kau dan kakakmu, komunikasi itu penting," ucap [Name] mengelus kepala Izana.

"Aku tidak sendiran lagi," ucap Izana tersenyum.

"Tidak, kau tidak pernah sendirian karena selalu ada aku sini," Izana terdiam mendengar itu, "Bahkan ketika merasa sendiri, sejatinya aku selalu menemanimu."

Hari itu Izana mendapatkan izin untuk pergi bersama kakaknya, Sano Shinichiro

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu Izana mendapatkan izin untuk pergi bersama kakaknya, Sano Shinichiro. Pria itu mengenalkan berbagai hal tentang dunia luar atau lebih tepatnya dunia brandalan. Dunia dimana anak-anak nakal mengekspresikan emosi milik mereka dengan berbagai hal. Ada yang hanya sebatas pertempuran antar kelompok namun ada juga yang menjerumus ke arah lainnya.

Mereka berdua sekarang sedang berada di pertokoan, baru saja Shinichiro membelikan beberapa baju untuk Izana. Perhatian yang Shinichiro rasakan membuat kenyamanan dalam hati Izana, sama seperti ketika [Name] berada di sisinya.

Izana terdiam ketika dia tanpa sengaja memikirkan [Name] kemudian melihat ke arah Shinichiro. "Shinichiro, boleh aku bertanya?" 

Mendengar suara Izana keluar membuat pria itu menoleh ke arah suara tersebut. "Tanya saja, kau bebas menanyakan apapun," ucap Shinichiro.

"Apakah aku punya adik? M-maksudku seseorang berkata bahwa kemungkinan aku punya adik lain," ucap Izana ragu.

Shinichiro tersenyum kemudian merangkul leher Izana membuat dia terkejut. "Hehehe tentu kau punya adik yang lain, selain Emma kau punya adik laki-laki, namanya Manjiro," ucap Shinichiro terlihat senang mendengar pertanyaan itu.

"Apakah dia akan menyukaiku? Karena aku bukan saudara kandung, hanya Emma saja yang sama Ibu denganku tapi kalian tidak," ucap Izana.

"Oy! Jangan pikirkan itu, Manjiro pasti senang ketika tahu bahwa kau adalah kakaknya, bahkan ketika Emma datang dia juga senang," ucap Shinichiro mengusap kepala Izana.

Laki-laki berambut putih itu tersenyum lebar, benar apa yang [Name] katakan. Dia memiliki adik lagi dan dia tidak sabar untuk bertemu dengan adiknya yang bernama Manjiro. Izana merasa bahagia mendengar itu.

Selesai berjalan-jalan dengan Shinichiro, Izana langsung berlari menuju tempat [Name] berada. Dia membuka pintu itu lebar dan menampilkan [Name] yang sedang duduk sambil menuliskan sesuatu di kertas.

"Izana, bagaimana jalan-jalannya?" Tanya [Name] tanpa memalingkan wajah dari kertas tersebut.

Izana menghampirinya dan duduk dengan tenang berhadapan dengan [Name]. "Menyenangkan, Shinichiro mengenalkan gaya hidup remaja miliknya padaku, dia memiliki geng bernama Black Dragon, dia juga mengajarkanku untuk menjadi lebih kuat," ucap Izana menceritakan semua pengalamannya hari ini.

[Name] tersenyum kemudian berpaling untuk melihat Izana. Meninggalkan surat yang sudah dia tulis secantik mungkin. [Name] menopang wajahnya dengan kedua tangan kemudian berkata, "Lalu bagaimana dengan adik selain Emma?"

"Ada, namanya Manjiro, katanya dia akan senang jika mengetahui bahwa aku adalah kakaknya," ucap Izana dengan wajah senang yang terlihat jelas.

"Lalu dengan dunia brandalan, bagaimana menurutmu?" Tanya [Name] kemudian mengubah topik pembicaraan dengan cepat.

"Aku tertarik," Izana menatap [Name] takut, dia berpikir bahwa [Name] akan marah jika dia berkata bahwa dia tertarik dengan hal seperti itu. Namun apa yang didapatkan adalah [Name] yang tersenyum.

"Kau tertarik karena dengan itu maka kau akan menjadi kuat? Pasti kakakmu mengajari hal itu padamu? Menjadi kuat, iyakan?" Izana mengangguk untuk menjawab pertanyaan itu, "Aku tidak melarangmu untuk menjadi kuat Izana tapi kau harus mengerti dahulu dunia apa yang kakakmu buat, pria itu tidak hanya sekedar membuat geng semata, dia membuat sebuah geng untuk melindungi anggotanya."

Izana terdiam mendengar itu. Dia tidak tahu bahwa membuat geng bukan hanya menentukan wilayah kekuasaan dan menjadi yang paling kuat.

"Ini sama halnya ketika kau menjadi seorang raja, kau harus mementingkan kebahagiaan rakyatmu, jika mereka tidak bahagia maka kau gagal menjadi seorang raja, kau harus ingat itu Izana," ucap [Name] tersenyum hangat kepada laki-laki kecil di hadapannya.

Izana mengangguk, dia mengerti dengan perkataan [Name]. Sebuah pemimpin geng tidak hanya harus menguasai sebuah wilayah namun juga membuat rakyat dari wilayahnya bahagia.

"Lalu bagaimana jika pemimpin itu gagal? Apa yang akan terjadi?" Tanya Izana menatap [Name].

"Maka dia akan mati mengenaskan, tapi itu tergantung sih," [Name] berdiri dan menghampiri rak buku yang ada di sana, "Tergantung bagaimana pilihan terakhir yang raja itu ambil, oh aku punya buku ini, sebuah novel fantasy bertema kerajaan."

[Name] berbalik dan menunjukan sebuah buku bertuliskan 'Tianzhu.' [Name] menghampiri Izana dan memberikan buku tersebut kepada pria itu. Izana mengambilnya kemudian membuka halaman pertama. Ada gambaran seorang raja dengan salah satu ksatria di belakangnya dan dewi yang memeluk sang raja.

"Itu menggunakan bahasa Jepang, kau tidak akan susah membacanya," ucap [Name] seakan meyakinkan Izana untuk membacanya.

Izana mengangguk mengerti kemudian pergi keluar dari tempat tersebut. [Name] memperhatikan kepergian pria kecil itu kemudian berjalan menuju jendela. Melihat ke arah halaman dan menemukan segerombolan anak nakal yang sedang mengajar laki-laki kecil lainnya.

"Sebentar lagi, keduanya akan bertemu dan menjadi keluarga."


Magic Shop || Izana KurokawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang