▪︎▪︎▪︎
Rifaldy, ia tidak akan memberikan apa yang dia mau kepada orang lain. Lagi.
Hari ini ia akan jalan bersama Varinka, ia tau pasti Raka akan memantau Varinka dari kejauhan.
Ia ingin Raka merasa kalah.
Sudah cukup ia selalu mengalah untuk Raka sahabat nya. Ah, tidak, lebih tepat nya 'mantan' sahabat.
Flashback
"Rakaa, tungguin aku. Kamu mau kemana?"
"Aku mau ke bunda, mama kamu dimana? Belum dateng?"
"Mama aku sibuk kerja, jadi gak ada yang dateng."
"Yaudah, aku ke bunda dulu ya, dadahh Aldii."
Kedua anak kecil itu bersahabat sejak kecil, mereka di pertemukan di taman dekat rumah. Aldi, anak dari dua orang yang selalu memprioritaskan pekerjaan daripada anaknya.
Sedangkan Raka, ia adalah anak dari dua orang yang suka bekerja tetapi lebih memprioritaskan anak. Ini adalah sikap yang benar, kan?
Raka selalu mendapatkan kasih sayang yang sempurna dari bunda dan ayah nya, sedangkan Aldi? Ia tidak mendapatkan kasih sayang yang sempurna. Ia selalu iri pada teman-temannya karena selalu di jemput oleh orang tua mereka. Sedangkan Aldi, ia hanya dijemput oleh Pak Rito, supir pribadi Aldi.
▪︎▪︎▪︎
Sekarang sudah waktunya pulang sekolah. Seluruh siswa mulai menuju ke parkiran. Rifaldy juga menuju ke parkiran untuk menjemput Varinka.
Sementara Varinka, ia belum keluar kelas karena harus mengerjakan remedial Sejarah Indonesia.
Rifaldy yang sudah sampai di sekolah Varinka, ia sekarang sedang menunggu Varinka, tetapi ia bertemu seseorang yang ia rindukan.
"Wah, ga nyangka kita bisa ketemu lagi," sapa Rifaldy kepada Raka dengan nada yang mengejek.
"Mau apa lo kesini?" Raka.
"Jemput kesayangan gue lah, Varinka."
"Lo ga usah nyentuh dia bangsat!" Bugh. Satu pukulan mendarat di pipi Rifaldy. Rifaldy, ia hanya tersenyum.
"Cemburu ya lo, ga bisa dapetin Varinka? Cih,"
"Bangsat!" Mereka berdua akhirnya saling memukul satu sama lain. Tidak ada yang berani meleraikan mereka berdua karena terlalu kuat.
"Sebenernya mereka ini saling kenal atau gak sih! Bikin pusing anak orang aja." Batin Varinka.
Sekarang Varinka ingin sekali menceramahi dua anak itu. Bisa-bisanya mereka ribut di parkiran. Kaya ga ada tempat lain aja.
"Raka! Rifal!"
"Raka, Rifal, udah berenti," Varinka yang kesal tidak di hiraukan, akhirnya ia mendekat ke keduanya. Tapi secara tidak sengaja, Varinka terkena pukulan dari Rifaldy. Sekarang ia pingsan.
"Lo anjing, Varinka sekarang pingsan. Awas, gua yang bawa dia!" Raka.
Rifaldy hanya terdiam.
Raka sekarang panik karena pipi Varinka udah ada cetakan dari tangan Rifaldy. Ia akan membawanya ke rumah Varinka.
"Tante, ini Varinka pingsan." Raka.
"Ya tuhan, Varinka kenapa Raka?" Bunda Varinka.
"Nanti Raka jelasin, tante ambil kompresan dulu aja." Raka
Raka membawa Varinka ke kamarnya dan Varinka pun sudah mulai membuka matanya.
"Lo gapapa, Rin? Mana yang sakit, kasih tau gue."
"Pipi gue, Rak.. Sakit."
"Iya, sebentar ya.. Bunda lagi ambil kompresan," Raka.
Setelah di kompres, Varinka ingin bertanya kepada Raka tentang kejadian tadi.
"Tadi lo kenapa berantem sama Rifal?" Varinka.
"Sekarang makan dulu ya,"
"Raka, jangan alihin pembicaraan, tadi kenapa berantem?" Varinka.
Raka hanya bisa menghela nafasnya, "Aldi itu temen kecil gue, tapi pas SMP dia mulai menjauh dari gue, dia kaya benci gue. Gue cuma tau itu."
Varinka terdiam, ia tidak tau harus berbicara apa lagi. Ia belum bisa berpikir jernih sekarang. Ia ingin istirahat, jadi ia menyuruh Raka untuk pulang.
----
Hii, this is my seventeenth chapter, hope you like it!! <33
Jangan lupa vote, komen, dan follow aku ya! :))