08. PENCITRAAN

484 53 11
                                    

Angelica, Sasya, Ochi, dan Ifah keluar dari kelas setelah guru yang mengajar menghilang dari balik pintu. Bel istirahat juga sudah berbunyi sedari tadi.

Emosi Angelica sudah di ujung tanduk. Ia akan melakukan pelajaran pada orang yang telah mempermalukannya di dunia maya.

Angelica tahu siapa orang itu, dan ia sudah tahu di mana mereka sekarang.

"Pokoknya nanti pas live, gue mau perfect. Jangan sampe keliatan banget kalo gue males buat minta maaf ke dia," kata Angelica. Mereka berempat sedang berjalan di koridor yang mengarah ke kantin.

"Tapi, kan, itu tergantung lo-nya, Ngel," celetuk Ifah.

Angelica memutar bola matanya. "Udah, pokoknya lo tau beres aja."

Ifah pun hanya bisa mengangguk. Ia tak mau kena semprot lagi dari Angelica, padahal jelas-jelas gadis itu yang agak eror otaknya. Bukannya mengatai, tapi memang Angelica sangat minim akhlak.

Kalau Ifah bisa menyumbangkan akhlak dia, mungkin sudah lama gadis itu lakukan.

Tak terasa berjalan, akhirnya keempat gadis populer itu berada di kantin sekolah. Mereka menyapu pandangannya, mencari tempat di mana Lisa dan temannya duduk.

Setelah menemukan apa yang dicarinya, Angelica pun tersenyum miring dan berjalan diikuti teman-temannya menuju meja tempat Lisa duduk.

Brak!

"Gue perlu ngomong sama lo!" ucap Angelica disertai dengan suara gebrakan yang baru saja ia timbulkan. Ucapan itu ia tujukan untuk Lisa.

Suara gebrakan itu tidak terlalu besar, tapi berhasil mengundang banyak pasang mata untuk menjadikan dia sebagai pusat perhatian.

"Kalo mau ngomong, ya, ngomong aja! Gak perlu gebrak meja juga, 'kan?" sentak Serena--sahabat Lisa--yang duduk di sebelah Lisa. Lebih tepatnya hadap-hadapan dengan Angelica.

"Terus kenapa kalau gue gebrak meja? Ada masalah, ha?" tanya Angelica dengan raut menantang. Setelah itu, matanya menyorot, menatap Serena dengan penuh intimidasi. "Kayaknya gue tau siapa lo, deh."

Setelah itu, Angelica mendekati Serena dan melirik tajam ke arah gadis itu, sedangkan Lisa sudah memundurkan langkahnya karena takut.

Angelica menghampiri dan merangkul Serena ala sahabat, tapi langsung ditepis begitu saja oleh Serena disertai dengan tatapan permusuhan.

"Lo bukannya Serena yang nyebar video gue di sosmed, ya? Yang numpang pansos dengan cara menjatuhkan reputasi orang. Iya?" tanya Angelica dengan nada dibuat lembut. Padahal dalam hatinya sudah ingin mencabik-cabik gadis di sampingnya ini.

"Kalo iya emang kenapa? Ada masalah, ha?" tantang Serena, menyamakan nada bicaranya seperti Angelica tadi.

"Heh! Adek kelas belagu banget lo. Apa lo gak tau Angel siapa?" tanya Sasya ikut nimbrung. Ia juga sudah tersulut emosi dengan kelakuan adik kelasnya satu ini.

"Emang dia siapa, hm? Dia cuma seleb yang baru naik daun, tapi sok banget. Akhlak minus dan hidupnya penuh dengan akting. I know she's a public figure, but she never appreciates someone," jawab Serena dengan menunjuk ke arah Angelica.

Sasya hampir saja melayangkan tangannya ke pipi Serena karena kesal, tapi tangannya dicekal oleh Angelica.

"Udah. Gue lagi males ribut sama dia. Gue cuma lagi butuh sama temennya," kata Angelica.

Gadis itu pun menghampiri Lisa yang terdiam ketakutan. Lisa mendongak ketika Angelica mengelus rambut. Namun tidak lama, karena setelah itu ia menjambak rambut Lisa, tetapi tidak begitu kuat.

PRIMADONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang