07. KLARIFIKASI

647 56 35
                                    

"Permisi!"

Erlangga memencet bel rumah Angelica sembari memanggil nama si pemilik rumah. Hanya butuh tiga kali memencet bel, pintu terbuka lebar dan menampilkan sosok wanita paruh baya yang mirip dengan Angelica.

Erlangga pun mencium punggung tangan wanita itu. "Malam, Tante," sapa Erlangga sopan.

Marina pun tersenyum hangat dan mengangguk kecil. "Malam juga. Ayo masuk!" Lalu mempersilakan Erlangga untuk masuk.

Sebelumnya lelaki itu memang sudah mengabari kalau ingin ke rumah pada Angelica dan gadis itu sudah memberi tahu Marina kalau Erlangga akan datang ke rumah.

Erlangga langsung disuruh masuk saja ke kamar Angelica, sedangkan Marina akan membuat minuman untuknya.

"Kamu masuk aja kayak biasa. Angelica lagi--biasalah, rebahan dia," kekeh Marina yang diangguki oleh Erlangga.

"Makasih, Tante."

Marina mengangguk. Ia tidak perlu khawatir Erlangga masuk ke kamar putrinya, selagi ada dirinya di rumah ini. Jika Marina tidak ada, barulah mereka tidak diizinkan di kamar berdua.

Erlangga mengetuk pintu kamar Angelica yang sudah ia ketahui letaknya dan langsung membuka kenop pintu saat ada interupsi dari gadis itu untuk masuk.

"Hai, Babe," sapa Erlangga. "Nih, jajanan!" Ia menaruh plastik berisi jajanan yang baru dibelinya ke atas nakas untuk Angelica.

"Thank you, Sayang."

Angelica langsung mengubah posisi rebahannya menjadi duduk. Ia memeluk lelaki itu sebentar, lalu melepaskannya.

"Gimana lengannya? Masih merah?" tanya Erlangga seraya mendaratkan bokongnya di tepi ranjang.

Angelica menggulung lengan kaos yang ia gunakan itu dan menampilkan lengan mulusnya.

Sudah tak ada lagi kemerahan di lengan itu seperti tadi pagi.

"Udah sembuh, dong. Berkat kamu juga," balas Angelica disertai senyumannya. Erlangga hanya ikut tersenyum, syukurlah kalau sudah tak kenapa-napa lagi.

Marina masuk tanpa mengetuk pintu dan menaruh nampan yang berisi dua gelas sirup di atas nakas.

Ia tersenyum melihat Erlangga yang perhatian dengan anaknya.

"Nih, minumnya. Mama tinggal, ya? Kalian jangan macam-macam!"

"Iya, Ma," jawab Angelica. Setelahnya, wanita itu meninggalkan mereka berdua. Pintu kamar tidak ditutup, jadi kalau ada apa-apa Marina tahu.

Setelah itu hanya ada keheningan di antara keduanya. Namun Angelica lebih memilih mengambil jajanan yang Erlangga bawa. Gadis itu pun memakannya tanpa rasa malu, karena memang sudah biasa.

Erlangga juga ikut makan.

"Oh, ya, Babe. Tadi aku ketemu sama Dodi dan cewe cupu itu," ucap Erlangga.

Angelica memasang wajah penasaran. "Oh, ya? Terus?"

"Ya, tadinya aku ajakin Dodi adu balap buat nebus kesalahan si cewe cupu itu. Eh, malah aku yang dibilang ketos gak benerlah, apalah, pokoknya kayak ngerendahin aku gitu," curhat Erlangga.

Angelica menunjukkan wajah tak terimanya. Namun sebelum membalas perkataan Erlangga, ia memilih untuk meminum sirup buatan Marina.

Setelah itu Angelica melanjutkan memakan jajanan itu. "Tapi, Yang, emang si Dodi itu pacaran sama cewe cupu itu?"

Erlangga mengedikkan bahunya. "Mana aku tau. Tapi kayaknya iya deh, soalnya deket banget. Mereka juga belanja bareng di supermarket. Gak mungkin gak ada apa-apa, 'kan?"

PRIMADONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang