can't

296 57 3
                                    


Happy Reading-!



Tiga hari sejak [Name] menjadi bagian dari Touman dan selama itu dia juga tidak bertemu Izana sama sekali, nomor laki-laki itu tidak aktif. [Name] juga sempat menghubungi Kakucho selaku orang yang dekat dengan Izana selain dirinya, tapi hasilnya tetap sama. Dia tidak menemukan Izana dimanapun, bahkan di tempat-tempat yang kemungkinan di kunjungi oleh Izana.

"Argh, sial!" umpat [Name] untuk kesekian kali.

Dengan raut wajah kesal dia memilih kembali ke apartemennya tanpa menemukan Izana. Dia juga sering memeriksa ponselnya, siapa tahu Izana membalas puluhan pesan dan ratusan panggilan darinya.

Berlebihan? Memang

[Name] begitu bukan tanpa alasan, karena Izana juga begitu. Dan ini bukan kali pertama [Name] tak menemukan Izana di manapun. Hal itu juga membuat dirinya gusar, dia berjalan mondar mandir sembari menggigit kukunya.

Wajahnya tampak serius, saat dia mulai memikirkan plan yang harus ia lakukan demi menyelamatkan Izana. Dia tidak ingin kehilangan lagi, apalagi Izana. Satu orang yang menepati janjinya, membawa dirinya lepas dari jeratan sang ayah. Sejak saat itu, Izana adalah poros hidupnya.

Saat ia masih tenggelam dalam pikirannya, ponsel [Name] berbunyi. Hal itu membuatnya langsung melompat ke arah ranjang serta mengambil ponselnya yang berbunyi secepat kilat.

Netra nya sedikit membulat kala melihat nama Izana yang terpampang di layar. Dia sedikit ragu untuk menjawab apa tidak, jika iya dirinya juga kesal dengan Izana dan jika tidak dirinya juga takut akan sedikit bertengkar dengan laki-laki itu.

Dan akhirnya [Name] menjawab telefon itu. Tapi yang terdengar dari seberang sana bukanlah suara Izana melainkan Kakucho.

"[Name]! Tolong cepat datang ke rumah sakit xxxxx"

"Untuk apa?!" tanya [Name] dengan nada sedikit meninggi.

"Kau akan tahu nanti, sekarang cepat datanglah! Ke ruangan nomor 272."

Belum sempat [Name] menjawab, panggilan di putus secara sepihak. Membuatnya tanpa pikir panjang meraih jaket dan kunci motor yang jarang ia bawa, entah kenapa [Name] hanya dapat memikirkan Izana.

Ia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, saat tiba di rumah sakit dia pun langsung menanyakan letak kamar nomor 272 kepada resepsionis . Ia berlari di koridor dengan cepat bahkan lebih memilih menaiki tangga di banding lift karena kamar berada di lantai 3.

"Kuso!" umpatnya saat nyaris terjatuh. Ia benar-benar ingin cepat sampai disana.

[Name] melihat Kakucho dan beberapa eksekutif lain yang tak ia ketahui namanya.

"Dimana Izana?!" tanya nya setengah membentak. Tapi mereka yang disana hanya diam, membuat [Name] semakin geram. Pikirannya hanya tertuju pada Izana, apalagi di parkiran tadi ada beberapa anggota Tenjiku.

"Sial! Dimana Izana ku tanya!" bentak nya tapi mereka masih tetap diam.

Tanpa pikir panjang [Name] menarik kerah baju milik Kakucho dan menghantam pipi pemuda yang lebih tinggi darinya dengan pukulan tak main-main. Eksekutif lain yang disana sedikit terkejut dan sontak berdiri, atas apa yang di lakukan [Name], sejauh ini yang mereka tahu hanyalah bahwa [Name] kekasih Izana tapi tak tahu alasan raja nya menyukai gadis itu.

"Gommen nasai [Name] ini sala-"

"Aku tidak menginginkan permintaan maaf mu, tapi aku menginginkan jawaban atas pertanyaanku." Sela [Name] dingin sembari menatap tajam Kakucho yang sudah berdiri dengan susah payah.

"Jawab atau ku bunuh semua anggota yang berada di lantai bawah," lanjut gadis itu dengan begitu dingin.

"Jangan [Name]! Ba..baiklah aku akan memberitahu tentang Izana."

"Aku tidak tahu pasti, hari itu saat kau akan menjadi bagian dari Touman. Sorenya Izana mengajak kami ke suatu tempat yang katanya markas baru Tenjiku, dan dia juga menyuruh kami untuk tidak pergi ke wilayah tempat tinggalnya serta menghubungimu. A-aku tidak tahu, dan keputusan raja adalah mutlak. Dan sore tadi kami juga mulai mencarinya, tapi aku malah melihat Izana di bawa oleh orang-orang berbaju hitam yang menenggelamkan Izana di dermaga." Kakucho menjelaskan dengan suara yang sebisa mungkin tidak bergetar.

"Aku langsung masuk ke dalam air untuk membawa Izana. Tapi saat sudah di darat, aku menemukannya dengan banyak luka serta sebuah tembakan di ulu hatinya. Maafkan aku, seharusnya aku mencarinya lebih awal, seharusnya aku tidak membiarkannya pergi sendiri. [Name] kau boleh menghu-"

"Terima kasih atas jawabanmu Kakucho, semua sudah jelas. Aku minta kau jaga Izana sementara disini, selama aku pergi."

"Kau mau kemana?" tanya Kakucho.

"Tentu menghukum mereka," jawabnya dengan tatapan penuh amarah. Apalagi smirk terpampang di wajahnya, membuat aura nya berubah seketika.

"Mereka berani menyentuh Izana, apa kau pikir aku hanya akan diam?" [Name] balik bertanya serta menatap Kakucho.

"Tapi, lebih baik kau disini bersama Izana dan urusan itu serahkan padaku." Kakucho sedikit menolak karena bagaimana pun dia juga harus melindungi sang ratu.

"Aku akan menemukan mereka segera."

Prok prok prok

Suara tepuk tangan mengalihkan atensi mereka, disana ada seseorang dengan setelan serba hitam begitupun 10 orang yang berada di belakangnya.

"Aku sudah disini loh, tidak perlu repot-repot mencari." Ucap laki-laki itu dengan senyum remeh di balik masker yang menutupi sebagian wajahnya dan kemudian tatapannya beralih pada [Name].

"Hasashiburi [Name], kau terlihat lebih cantik dari 4 tahun yang lalu. Saat laki-laki bernama Kurokawa Izana itu membawamu dariku," ucapnya sembari berjalan pelan ke arah [Name] bahkan tangannya yang nyaris membelai pipi gadis di depannya di tepis dengan kasar.

"Wah, kasar sekali." Ucapnya lagi membuat [Name] semakin kesal

"Apa maumu Haruchiyo Sanzu?" tanyanya langsung membuat laki-laki itu tertawa pelan.

"Kau, [Name]. Kau pembunuh," ucapnya yang membuat [Name] terdiam seketika.

"Apa maksudmu huh?"

"Kau berani pergi dariku karenanya, jadi...Kurokawa Izana lah yang akan menanggung kesalahanmu."

"Kau!" geram [Name] dengan kedua tangan terkepal erat.

"Langsung saja katakan apa maumu, tidak perlu bertele-tele sialan!" lanjutnya.

Sanzu terkekeh kecil mendemgar jawaban dari putri tuannya itu.

"Ne ne, Mikey. Asistensi pemarah sekali," ucap Sanzu yang seketika membuat semua yang disana terkejut. Seseorang yang di panggil Mikey itu berjalan dari arah belakang Sanzu, kemudian berdiri berhadapan dengan [Name].

"Penghianat," Mikey mengatakan itu dengan dingin.

Hal itu membuat [Name] semakin bingung dibuatnya. Tapi ucapan Mikey setelahnya membuat dirinya benar-benar terkejut.

Tbc

halo semua, maaf atas keterlambatan up nya mohon di maklumi, soalnya saya kang ngaret

-ghea

BRING YOU || Izana Kurokawa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang