ꔷlostꔷ

1.5K 152 4
                                    

Happy Reading-!




Yukino [Name] menuruni tangga satu persatu menuju ruang utama. Disana ada banyak bodyguard yang berjaga, suasana masih sama dinginnya hingga dobrakan pintu mengalihkan seluruh atensi milik [name]. Bodyguard sudah bersiap-siap di tempat, di tengah pintu sekaligus pelaku yang mendobrak pintu berdiri dengan tegak.

Dia, Kurokawa Izana berada tepat di depan matanya. [Name] melemparkan tatapan tajam kepada laki-laki itu.

"[Name] bukankah kita perlu bicara?" tanya Izana dengan nada yang terdengar tegas.

[Name] berdecak pelan, sebelum kemudian menjawab.

"Kau masih tidak ingin menyerah juga ya?" nada remeh itu terucap dari seorang perempuan yang pernah dengan begitu sangat dicintainya. Jauh di dalam tatapan tajam milik Izana, terdapat sendu yang sayangnya terlalu kentara di mata [Name].

[Name] mengepalkan tangannya erat, kemudian menatap Izana dengan angkuh. "Semuanya sudah jelas waktu itu, jadi tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Dan juga, berhentilah mencampuri urusanku." [Name] menekankan kalimatnya di akhir.

Izana tidak peduli pada apapun, tujuannya hanya satu. Yaitu membawa [Name] nya kembali. "Jika ia berani maju satu langkah, kalian boleh membunuhnya!" dengan lantang [Name] memerintahkan bodyguard nya. Izana tersenyum tipis, tanpa ragu ia melangkah maju. Pertarungan tak dapat di elakkan, sekalipun tubuhnya tak lebih besar dari para bodyguard itu, Izana tetap bisa menumbangkan mereka.

[Name] tahu kalau Izana pasti memenangkan pertarungan, dengan perlahan [Name] mengeluarkan sebuah revolver dari saku nya. Ia mulai mengarahkan pelatuk pada Izana, dan mencari posisi yang tepat untuk menembaknya.

Dorr

[Name] sengaja melesetkan pelurunya, yang hanya berjarak beberapa milimeter dari bahu Izana, hal itu membuat fokus Izana teralih padanya.

Tidak lama, karena setelahnya Izana tetap menumbangkan satu persatu bodyguard itu dan bersamaan dengan peluru yang di lesetkan oleh [Name] pada dirinya.

Setelah semuanya tumbang, Izana dan [Name] kemudian saling menatap tajam. "Jangan mendekat," ucap [Name] dengan datar. Revolver di tangannya sudah mengarah tepat pada Izana. Tapi Izana tetap mendekat secara perlahan. "Kau tuli ya?!" bentak [Name].

"Aku hanya ingin membawamu pulang, apa itu sa-" tanya Izana dengan nada suara yang dalam. Tapi kalimatnya terhenti saat peluru [Name] mengenai perutnya tanpa peringatan.

Izana menatap [Name] dan tersenyum tipis, darah dari lukanya menetes dengan deras mengotori lantai. Izana tetap melangkah mendekati [Name]. Bahkan saat tembakan kedua mengenai dada kanannya, Izana tetap berusaha melangkah. Kendati ia bahkan memuntahkan darah.

Dan pada tembakan ke tiga yang [Name] lakukan mengenai dada kiri bagian bawah Izana, tepat saat itu Izana sudah berjarak 5 langkah dari [Name]. Dan [Name] sendiri lantas tersadar dengan apa yang ia lakukan, ia menjatuhkan revolvernya dan kakinya terasa lemas.

Traumanya kembali, [Name] terduduk sembari menutup kedua telinganya. Ia meracau dengan jelas, Izana menyeret langkahnya untuk menggapai [Name] dengan susah payah. Dan kini ia sudah berada tepat di depan [Name]. Izana tersenyum sembari menahan sakit, hingga beberapa detik kemudian ia membawa [Name] dalam pelukannya.

Satu tangan Izana membelai belakang kepala [Name] dan dagunya ia sandarkan pada bahu [Name]. Izana memberikan kata penenang disana, tidak peduli dengan lukanya yang semakin mengucurkan darah.

Tangan [Name] sudah tak lagi menutup telinga, kata-kata Izana berhasil mencapai sudut hatinya. Akan tetapi pandangan yang berada di depan matanya membuat [Name] ingin menangis.

"Tidak, apa yang telah ku lakukan." Batin [Name].

Izana masih memeluknya, dan dengan tangan yang bergetar [Name] menyentuh punggung Izana yang penuh dengan darah. Kedua netra milik [Name] memanas, kemudian air mata mulai menggenang disana.

"[Name]-chan apa aku berhasil membawamu pulang?"

"Jangan berbicara seperti itu!" bentak [Name] dengan nada yang bergetar, ia memeluk Izana pelan seolah laki-laki itu adalah hal yang akan hancur ketika ia memeluknya terlalu erat.

"[Name]-chan," lirih Izana disaat kesadarannya mulai menurun.

[Name] terisak disana, dengan perlahan melepaskan pelukan Izana dan merebahkan kepala Izana di pahanya. [Name] menangkup wajah Izana yang terasa dingin di tangannya, dan menghapus air mata yang mengalir disana.

Kemudian memeluknya kembali sembari terisak keras, Izana tak bergerak sama sekali kedua matanya tertutup sempurna, hal itu membuat [Name] semakin menangis.

Hari itu, semuanya berakhir dengan menyedihkan. Dan [Name] mengunjungi makam Izana dua hari setelah pemakaman.


Tbc

-ghea


BRING YOU || Izana Kurokawa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang