•i love you so•

121 11 1
                                    


Happy Reading

Izana, melangkahkan kakinya menuju halaman sekolah. Tas ransel ia sampirkan di pundak kanannya. Tangan nya masuk ke dalam saku celana sekolah sambil bersenandung pelan. Headset sudah terpasang manis di kedua telinganya, hingga tepukan pelan menghentikan langkahnya.

"Izana-kun!" ucap seorang gadis yang kini sudah menyembul dari belakang tubuhnya. Gadis itu sekarang tengah berada di depannya dan berjalan dengan mundur, Izana memutar bola matanya malas.

"Aku senpai mu, bisa tidak sedikit lebih sopan." Ketus Izana dan menatap tajam tapi yang di tatap hanya menyunggingkan senyum lebar.

"Aku ini kekasihmu, untuk apa memanggilmu senpai?" tanya gadis itu yang tak lain adalah Yukino [Name]. Ia berada di bawah Izana dalam segi umur, bulan lalu ia baru saja masuk kedalam SMU yang sama dengan Izana. Dan laki-laki itu sendiri sudah berada di bangku kedua SMU.

"Kau tetap saja ha-"

chuu

Kedua netra tajam milik Izana membulat, ia benar-benar terkejut bukan main dengan perlakuan tiba-tiba yang di dapatkannya.

Bagaimana tidak, pipinya tiba-tiba di kecup singkat oleh [Name] di saat mereka tengah berada di kerumunan. Semua siswa dan siswi disana memeki seketika, mereka terkejut atas hal yang di perbuat [Name].

Pasti Izana akan mengamuk nanti, dan mereka semua meruntuki tindakan [Name] itu.

Sedangkan si gadis malah tertawa kecil, kemudian melenggang pergi dari sana tanpa rasa bersalah, meninggalkan Izana yang masih berada di tempatnya. Gadisnya benar-benar bar bar sekali.

"Yak! Kubunuh kau!" bentak Izana kemudian berlari mengejar [Name] yang sudah berlari kencang dengan tawa yang menggelegar. Dan semua orang yang disitu lagi-lagi merasakan serangan ke terkejutan. Mereka untuk pertama kalinya melihat pemuda Kurokawa itu tersenyum manis pada seorang gadis. Seorang gadis?! Itu cukup, ah bukan itu bahkan sangat-sangat mengejutkan.

Flashback off

Kini [Name] hanya bisa berdoa untuk keselamatan Izana, agar laki-laki itu bisa secepatnya membuka mata. Perasaan nya tak kunjung membaik, sekalipun dokter sudah mengatakan bahwa Izana sudah melewati masa kritis, tapi tetap saja itu tak menutup kemungkinan-kemungkinan yang terus menari di kepala [Name].

"Sudahlah [Name] pasti Izana akan baik-baik saja, dia tidak selemah itu." Celetuk Kakucho mencoba menenangkan, meski itu sama sekali tidak membantu. Ketakutan [Name] lebih besar dari apa yang orang-orang pikirkan.

"[Name]-"

"Bisakah kau jaga Izana sebentar?" [Name] memotong ucapan Kakucho, membuat laki-laki itu menatap dengan pandangan sulit di artikan. Dengan pelan ia mendekat dan mengusak surai  lembut milik gadis itu, tidak. Kakucho tidak memiliki perasaan kepada [Name] dan justru ia menganggap [Name] sebagai adiknya, keluarganya, sama seperti Izana.

[Name] mendongak, menatap Kakucho dengan tatapan pilu. Dan hanya dengan menatap kedua netra itu, Kakucho tau seberapa banyak rasa yang gadis itu punya untuk Izana.

"Baik, aku akan menjaganya untuk sementara. Tapi kalau kau tidak kunjung pulang, aku akan meninggalkan Izana sendirian. Tanpa penolakan," final Kakucho dan [Name] mengangguk senang dan langsung pergi dari sana.

Sejenak Kakucho menatap Izana, netranya berubah sendu. Tapi tidak ada hal lain yang bisa dia dan [Name] lakukan selain menunggu.

• • • •

Suara derap langkah kaki terdengar di bekas bangunan terbengkalai. Netra bak emangnya menatap nyalang, mengamati ruang itu. Lantainya sudah sangat kotor apalagi do setiap sudut dinding terdapat sarang laba laba dan bekas darah, seperti pernah ada seseorang yang di benturkan berkali kali ke dinding itu.

"Wahh sudah datang rupanya, sesuai janji." Celetuk seseorang dari arah belakang, dan [Name] langsung menoleh, mendapati pria paruh baya yang tampak masih sangat bugar berdiri disana, di temani 2 bodyguard nya.

"Kau ini orang kaya, kenapa tidak memilih tempat yang lebih baik daripada pabrik terbengkalai ini." Sinis [Name], kalau boleh jujur dia bahkan sebenarnya tak sudi bertemu laki-laki itu lagi. Bahkan jika seumur hidup tak melihatnya pun, itu lebih baik.

"Sepertinya nada bicara mulai sangat tidak bersahabat."

"Langsung intinya saja tuan." [Name] mengeratkan genggaman nya, begitu melihat pria itu tersenyum simpul.

"Kau bahkan tidak datang ke pemakaman i-"

"DIA BUKAN IBUKU! IBUKU HANYA SATU, BUKAN WANITA IBLIS ITU!" [Name] menyela dengan lantang, ia sama sekali tidak suka bilang di singgung soal ibunya.

"Kami tidak pernah membuangmu, kamu sendiri yang pergi demi laki-laki jalang itu."

"SIAPA YANG KAU SEBUT JALANG SIALAN, LAKI-LAKI BAJINGAN SEPERTI TAHU APA HAH?!"

Bugh

[Name] langsung menghantam rahang pria itu, hingga nyaris terhuyung. Dan saat itu juga kedua moncong pistol tepat berada di sisi kepalanya.

"Pukulanmu bagus juga, gen ku selalu unggul." Pria itu terus memprovokasi [Name], karena dia tahu [Name] lemah atas semua pembahasan itu.

"Bajingan gila," desis [Name] dan melenggang pergi dari sana, kedua bodyguard itu hendak mengejarnya tapi pia itu menahannya.

Menatap kepergian [Name] dengan tatapan sulit di artikan.

TBC

HALOWWW SEMUAA, SOWWY YAA KU GANTUNG. Maaf banget sibuk rl, outline nya aja ilang nih karena cuma gabut. Tapi kali ini bakalan ku lanjut sampe end, love banyak' dari renn.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BRING YOU || Izana Kurokawa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang