•afraid•

256 39 8
                                    


Happy Reading-!

--------------

"Kau seorang Tenjiku, jadi untuk apa masuk ke dalam Touman?" tanya Mikey dengan datar.

[Name] sedikit memalingkan wajahnya dan menatap pada lantai, memikirkan jawaban apa yang harus dia lontarkan.

"Apa karena seorang Izana?" tanya nya lagi saat gadis di depannya tak kunjung menjawab.

"Baiklah, diam ku anggap benar."

"Tapi aku masih perlu alasan, bisakah kau mengatakannya?" sambung Mikey dengan nada bicara yang masih sama. Di belakang laki-laki itu Sanzu tengah menatap dengan tatapan remeh.

"Aku tidak pernah membenci Izana, tapi sebelum ia membuatmu menjadi miliknya."

"Izana hanya menjadikan mu boneka, atau mungkin bidak catur. Yang bisa dia mainkan sesuai rencananya, Izana juga seorang monster, manusia tidak berhati, terlebih lagi ia membuatmu terus berada dalam cengkrama-"

"Urusai!!" suara [Name] mendominasi koridor yang sepi itu. Terlihat wajahnya merah padam menahan emosi, berjalan ke arah Mikey dan memukulnya dengan keras. Membuat laki-laki pendek itu sedikit terhuyung.

"Berhenti bicara jika kau tidak tahu kebenarannya! Kau yang monster, menjijikkan! Kau pikir aku melupakan segalanya huh?! Tidak Manjiro!" [Name] membentak dengan keras, jari telunjuknya di acungkan tepat di depan wajah sang pemimpin Touman.

"Camkan ini! Aku telah mengingat semua hal menjijikkan yang kau lakukan kala itu! Aku memegang semua bukti kejahatan mu dan aku akan membuatmu menerima balasannya!" Lanjut [Name] sembari mengatur nafasnya yang terkenal karena emosi.

Sanzu menatap dengan kagum, atas keberanian gadis itu. Tersenyum miring dan hanya diam, menunggu perdebatan antara Mikey dan [Name] selesai.

"Yare yare, sudah waktunya kita pergi Mikey." Ucap Sanzu dan ia mulai berjalan menjauh dari sana bersama Mikey yang menyusulnya.

[Name] menendang udara, dengan perasaan marah yang masih meluap. Kemudian mengusap wajahnya kasar, [Name] menggeleng pelan saat terasa netranya mengembun.

"Tidak...tidak. Aku tidak boleh menangis," Ucap nya pada dirinya sendiri. Meski itu sia-sia, [Name] tidak bisa menahannya. Liquid bening meluncur dari sudut matanya, membuat sungai kecil mengalir membasahi pipinya.

Mana mungkin, memikirkan nya saja [Name] sangat ketakutan. Tapi meski begitu, ia juga tak dapat mundur begitu saja. Dan di saat seperti itu, ia malah teringat dengan pertemuan pertamanya dengan Izana.

Tbc

Sebelumnya maaf, part kali ini lebih pendek. Karena jujur aja aku udah bingung mau kelanjutannya kayak gimana. Soalnya dari awal aku ga berniat serius sama book ini, cuma keisengan author. Jadi kalo sekiranya kalian mau, mungkin bakal aku usaha in buat lanjut.

BRING YOU || Izana Kurokawa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang