Surabaya, Indonesia Oktober 2017
Tok tok tok ....
"Permisi, saya atas nama Roman Alberta Sanjaya ingin menjemput Nona Risa!" Pintu yang baru saja dia ketuk tidak lama kemudian terbuka. Memperlihatkan wajah cantik nan ceria dari gadis yang hampir setiap hari dia temui.
Tidak heran, semakin bertambah usia semakin bertambah juga kecantikan Risa, alias Risa Valenxia si cantik yang sejak SMA dulu menjadi incaran para sahabat Roman.
Bicara soal bertambah usia, mereka kini sudah dewasa. Roman sudah bekerja, menjadi barista di sebuah kafe tengah kota yang cukup ramai. Sementara Risa masih melanjutkan pendidikan di sebuah Universitas swasta, dia mengambil jurusan desain interior.
Setiap hari sebelum berangkat bekerja, Roman selalu menjemput si cantik Risa untuk mengantarnya pergi kuliah. Tidak jauh, bahkan tempat Roman bekerja dan kampus Risa satu arah.
"Cantik banget tunangan gue. Eh, tunangan aku," ucapnya mulai memuji kecantikan Risa. Gadis itu terlihat lebih manis menggunakan bandana berwarna biru muda di kepalanya.
"Dih, tai." Risa mencibir meski dalam hati sangat berbunga-bunga mendengar pujian Roman. "Udah, ah, ayo berangkat. Aku mau ngumpulin tugas ke dosen. Dosennya galak lagi, males banget sebenernya pengen gak masuk, tapi ntar malah repot sendiri."
"Pagi-pagi udah ngomel," gerutu Roman sambil memakai helm. Tapi siapa sangka raut wajah Risa yang terlihat tidak ramah pagi ini dapat membuat Roman tersenyum lebar.
Setelah semua siap, Roman menjalankan motornya. Seperti biasa, selalu ada cerita yang menjadi topik pembicaraan mereka. Lebih seringnya, Risa yang selalu mengomel alias mengadu pada Roman tentang tugas-tugas kuliah yang semakin hari semakin menjadi-jadi.
"Ris, ngomong-ngomong kabar Bang Arka gimana?" Kali ini bukan tugas kuliah maupun dosen Risa yang menjadi topik pembicaraan, melainkan Arka alias sepupu Athaya.
"Gak tahu, semenjak aku bilang kita udah tunangan, dia gak pernah kabarin aku lagi, sih." Rasanya cukup sedih mengingat Arka yang tiba-tiba hilang tanpa kabar.
"Ris, gue mau ngomong sesuatu sama lo. Boleh?" Hari itu siluet senja di ujung pantai sangat indah. Embusan angin terus-menerus menerbangkan rambut panjang Risa yang tidak terikat.
Laki-laki dengan tubuh tinggi yang selalu ada untuknya itu kemudian menyelipkan rambut panjang Risa pada telinga. Membiarkan pahatan wajah indah gadis itu terlihat dengan jelas di matanya.
"Ngomong aja, kayak ngomong sama siapa aja."
"Kita cukup dekat dari dulu, ya. Dari pertama kali kita kenal sampai sekarang, lo gak pernah berubah. Lo tetap Risa yang ... ya, begini. Risa yang cerewet, kalau ngomong blak-blakan, apa adanya---"
"Ih apasih, ngomong langsung ke intinya gitu, kek. Gue berasa lagi main sinetron, nih, jadinya," tukas Risa tidak sabar menunggu inti topik Arka.
Mendengar itu, Arka tertawa kecil. Gemas melihat gadis di depannya. Mantan primadona SMA Pancasila. "Gini, semakin kita dekat, semakin gue jatuh cinta sama lo."
Pengakuan Arka membuat Risa melebarkan mata. Dia begitu terkejut, kenapa lagi-lagi Arka mengungkapkan perasaannya. Padahal, Risa masih ingat betul sewaktu SMA dulu, Arka juga mengungkapkan perasaannya. Namun, itu langsung ditolak mentah-mentah dengannya.
Sekarang, lagi? Arka benar-benar serius mencintai Risa?
"Ka ...," Risa tidak tahu harus menjawab apa kali ini. Benar-benar tidak tega melihat wajah tulus Arka yang tidak dibuat-buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHAYA [Sekuel Roman-tis]
Novela JuvenilSEKUEL ROMAN-TIS Aku pernah bersahabat dengan hati, tapi tidak dengan cinta. Aku pernah merasakan bagaimana perihnya melihat seseorang yang aku sayangi menangis di hadapanku karena cinta yang masih enggan bersahabat denganku, dan ... dengan caraku y...