Setibanya di sekolah, Roman memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Ditempatkan di paling depan dan paling dekat dengan gerbang. Selain lebih cepat mengambilnya, juga tidak akan terjebak macet pengambilan motor.
Rasanya, naik motor dan jalan kaki sama saja. Sama-sama basah kuyup. Untungnya bukan hanya Roman dan Athaya saja yang kebasahan pagi ini, banyak sekali siswa-siswi yang juga basah tersiram hujan dadakan.
Sambil menunggu Roman memarkirkan motornya. Athaya seringkali menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya untuk mengurangi rasa dingin yang hampir membuat tangannya membeku.
Melihat Athaya, Roman menghampirinya dengan tatapan penuh maksud. Tanpa basa basi, Roman mengambil kedua tangan Athaya yang terasa seperti es, lalu ia gosokkan dengan telapak tangannya yang tidak terlalu dingin.
Tak lupa lagi, Roman mengeluarkan jaket dengan kain yang cukup tebal dan hangat dari dalam jok motornya. Jaket itu lalu disampirkan di pundak Athaya dengan maksud untuk menghangatkan tubuh Athaya. Ya, hanya itu saja yang bisa Roman lakukan untuk Athaya.
Melihat tingkah Roman yang cukup membuat Athaya tersenyum tipis pagi ini, Athaya hanya diam dan membiarkan Roman meminjamkan jaket itu untuknya.
"Lo pasti kedinginan. Pakai aja jaketnya," ujar Roman lalu berjalan santai sambil menggandeng Athaya untuk menuju ke kelas.
Namun, gandengannya perlahan di lepas oleh Athaya. Gadis itu hanya menoleh dan memberikan senyum tipis. "Gak usah di gandeng."
Baiklah, Roman memaklumi hal ini. Memang selama ini dan sepanjang hidup Roman, Athaya tidak pernah mau di sentuh oleh laki-laki siapapun kecuali keluarganya. Mungkin pernah, tapi itu hanya ketidaksengajaan atau bahkan kepepet.
Tubuh Athaya masih terlihat sedikit gemetaran, Roman paham betul bahwa Athaya masih terasa kedinginan. Dan wajah Athaya juga tampak pucat.
"Atha lo jadi sakit, ya?" Roman meletakkan punggung telapak tangannya di dahi Athaya tanpa permisi.
Athaya pun langsung membanting tangan Roman dengan cukup keras. "Gak usah pegang-pegang!"
"Maaf, gue cuma takut lo sakit gara-gara hujan," sambung Roman dengan wajah memelas. Laki-laki itu sangat tidak bisa jika melihat Athaya sakit.
Rasanya ingatan itu kembali memenuhi isi pikiran Roman. Saat setiap hari harus terlibat dalam perasaan yang tidak terbalas, selalu diacuhkan, dan disia-siakan. Ah, tetapi bagi Roman tidak ada yang sia-sia dalam hal mencintai Athaya. Roman tidak pernah menyesal pernah mencintai Athaya.
Kini dia kembali memandangi hujan bersama orang yang berbeda. Bersama sahabat kecil yang setahun lalu mengakui perasaannya, sahabat kecil yang sebulan lalu bertunangan dengannya, dan sahabat kecil yang kini harus dia jaga selamanya.
"Roman, udah nggak dingin." Lamunannya berhasil dibuyarkan dengan suara Risa yang berada di dalam dekapannya.
"Roman," panggil gadis itu sekali lagi agar Roman segera melepaskan pelukannya.
Tersadar dari ingatan masa lalu, Roman segera melepas pelukannya. Menyentuh kedua pipi Risa untuk menatap gadis itu lebih lekat dan lebih dekat. Memandangi gadis yang selama ini menyimpan perasaan lebih, tetapi dengan bodohnya Roman masih bergelut dengan perasaannya pada Athaya.
"Risa." Entah mengapa raut wajah Roman kini mendadak serius. Membuat Risa menatapnya dengan sedikit gugup sekaligus bingung. Selama ini Roman tidak pernah menatapnya sedekat ini. "Risa, aku cinta kamu."
Jantung Risa berdebar semakin kencang mendengar kalimat itu. Kalimat yang diucapkan dengan penuh keseriusan, kalimat yang pertama kali dia dengar secara langsung dari mulut Roman, dan kalimat yang membuat matanya berbinar.

KAMU SEDANG MEMBACA
ATHAYA [Sekuel Roman-tis]
Teen FictionSEKUEL ROMAN-TIS Aku pernah bersahabat dengan hati, tapi tidak dengan cinta. Aku pernah merasakan bagaimana perihnya melihat seseorang yang aku sayangi menangis di hadapanku karena cinta yang masih enggan bersahabat denganku, dan ... dengan caraku y...