0,7

276 56 3
                                    

Setelah berjam jam ditinggal off oleh sang pacar, akhirnya Jelova memilih untuk tidur. Ini baru pukul 4 sore, tapi entah mengapa matanya terasa sangat lengket.

Tok! Tok! Tok!

“Kayen! Kayen ni Aca ! Kayen!"

Baru saja ia akan memasuki alam mimpi, suara imut Aca terdengar dari luar kamar. Jelova menghela napas lelah, namun tetap saja perempuan 17 tahun itu bangun dari kasurnya dan membuka pintu kamarnya untuk sang adik.

“Apa, mbul?” tanya Jelova.

“Ain! Ayo ain! Aca nya ainan bayu!”

Jelova kemudian melihat benda yang ada di pelukan Aca dan keningnya berkerut dalam. Seingatnya Daddynya tidak pernah membelikan Aca mobil mobilan, apalagi Mommynya.

“Ini dikasih siapa, mbul?” Perempuan itu kemudian mengambil mainan itu dari tangan Aca dan bocah itu berusaha merebut mainannya kembali dari sang kakak.

“A a a! Ainan Aca, balik! Kayen balik! Ainan Aca, huwaaa!” tangis anak itu mulai pecah.

“Ini dari siapa, Aca?” tanya Jelova dengan raut kesal.

“Jelova! Biarin, itu saya yang bawa buat Aca."

Demi Dewa, apakah kau bisa enyah sebentar dari dunia ini Om?

Perempuan yang berstatus anak sulung dari keluarga Nakiswara itu lantas mengembalikan mainan itu ke adiknya. Setelahnya, Jelova meminta maaf pada Aca, selesai itu ia mencium pipi gembil anak itu dengan gemas. Tanpa keduanya sadari, Justin melihat adegan itu dengan senyum tersungging di wajahnya.

Beberapa saat kemudian, ketiganya memilih pergi ke ruang tengah. Jelova tampak mencari cari sesuatu.

“Mommy kemana, mbul?" Tanya Jelova.

“Tadi sih katanya mau belanja," kata Justin yang sedang mengajari Aca cara menggunakan mobil remote itu.

“Gue nanya Aca juga, kok lo yang nyaut!"

“Kayen icik!” protes Aca yang fokus memperhatikan laju mobil kecil itu.

Justin tampak melipat bibirnya ke dalam, menahan tawa. Jelova menaboknya dengan bantal. “KETAWA LO, JUKI!"

“Awsh! Sakit loh," ringis Justin mengusap usap kepalanya.

Sedetik kemudian, rasa bersalah menyerang Jelova. Ia turun dari sofa dan berjongkok di samping Justin yang duduk bersila di bawah bersama Aca. “E – eh? Maaf, Om. Yang sakit yang mana? Gimana dong? Eh, sakit banget ya?" Tanya cewek itu beruntun.

Justin menatap perempuan itu kemudian terdiam. Sedangkan Jelova, melihat Justin yang tak berkata kata, ia makin panik. Jangan jangan gagar otak ni orang.

“Heh, Om! Bangun, Om! Ya Allah, jangan ambil nyawanya dulu, hamba ga mau masuk penjara,” Jelova mengangkat kedua tangannya untuk berdoa.

Aca ikut ikutan melakukan itu, “Aamiin, Ya Awooh! Aamiin!"

Seketika Justin tersadar dari lamunan singkatnya.  Entah reflek atau bagaimana, dia langsung berdeham dan bediri dari duduknya. “Ekhem! Saya pinjem kamar mandi."

Melihat itu, Jelova lantas melanjutkan, “Alhamdulillah ga jadi mati Ya Allah, makasih!” Ia lalu mengusap muka, dan lagi lagi Aca mengikutinya.

“Ama ama, aamiin!”

Kedua anak perempuan itu kemudian bertos ria. Setelahnya, Jelova kembali ke atas sofa. Kali ini ia merasa kalah dengan rasa kantuknya, jadi ia memilih berbaring menghadap TV. Niatnya sambil menjaga Aca yang sedang memainkan  mobil remote, namun  matanya malah terpejam. Nggak sengaja suwer.

“Hoam! Jam berapa dah ni?"

3 jam kemudian Jelova terbangun. Ia menoleh ke sekitarnya. Hape mana hape. Begitu melihat angka 19:36 terpampang, ia kembali berniat melanjutkan tidurnya. Salah sendiri kasurnya empuk sekali.

Tunggu dulu..

KASUR?

“LAH? KOK!!!”

Matanya membelalak lebar, ia kemudian bangun dengan panik. Matanya mengecek pakaian yang menempel di tubuhnya. Fyuuh! Amaan! Untung ga di apa apain sama tuh Om Om.

Fiks ini si Jelova kebanyakan baca wattpad yeen as korban mapia mapia sih. Sedih bgt gue pren, — author.

Karena perutnya keroncongan, ia memilih menyibak selimut kemudian keluar dari kamar dan menuju ke dapur. Laper juga 3 jam hibernasi tanpa jeda. Dilihatnya meja makan yang di atasnya tersaji banyak makanan.

Ada ayam bumbu kuning, ayam kecap, telur balado, sayur orak arik, ayam Katsu, sup ikan patin, dan oseng oseng. Tanpa ba bi bu Jelova segera menarik kursi dan membuka piring. Dengan semangat ia mengambil nasi dan makanan lain.

Tapi selera makan cewek satu ini emang rada nyleneh. Biasanya untuk pelengkap makan, orang-orang akan memilih kerupuk sebagai pilihan utama, beda lagi dengan Jelova yang lebih suka ditambah wafer cokelat. Setelah berdoa, perempuan itu segera makan dengan lahap.

Baru dapat 2 suapan, Mommynya datang dari ruang tengah dengan membawa nampan berisi gelas kotor.

“Mommy tumben masak banyak," ujar Jelova.

Sambil mencuci gelas gelas itu, Maura menyahuti sang putri, “Edan kali? Mana ada mommy masak. Dibeliin nak Justin tadi, katanya kasian kamu belom makan dari pulang sekolah malah langsung tidur. Mana ngiler lagi! Tadi kamu tuh nggelundung, makannya langsung digendong ke kandang. Heran, kamu itu tidur apa simulasi mati? Jatoh aja ga bangun loh.”

Mata perempuan yang lebih muda terbelalak lebar, “Hah! Weteef.."

Dafuk! Malu banget gue. Aduh, bangsat! Mau ditaro mana muka gue besok kalo ketemu si Om Om itu.

— C O U P L E   G O A L S —

[✓] How To Be A Couple GoalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang