2,8

194 39 0
                                    

Siang yang terik, Jelova sedang makan es krim vanilla di kursi taman. Di sampingnya ada Marka yang menikmati es krim serupa dengannya.

Sebelumnya, sepasang remaja itu berjalan jalan memutar taman yang berwarna warni itu berdua sambil bergandengan mesra. Serasa dunia milik berdua, yang lain kaya debu doang.

"Sayang, " panggil Marka.

Jelova tentu menoleh, "Bang Justin itu calon kamu ya?"

Bagai di sengat kalajengking, cewek itu mendadak pucat pasi. Bagaimana Marka bisa tahu?

"Kenapa diam? Aku bener ya?" tanyanya.

Selang beberapa waktu, Marka tertawa sumbang. Cowok itu mengaduk aduk rambutnya dengan rasa emosi lalu berteriak frustasi. Kacau.

Jelova yang melihat semua itu hanya bisa mengucapkan kata maaf dengan lirih.

"Aku kurang apa?! Kenapa kamu ninggalin aku?! Kenapa kamu bohongin aku?! Bilang Jelova, bilang!" teriaknya di depan wajah perempuan yang kini hanya mampu menunduk itu.

Marka kecewa.

Tentu saja, dimana ada cowok yang rela gadis kesayangannya dipinang oleh lelaki lain, padahal dia sendiri merasa telah berusaha menjaga gadis itu dengan sepenuh hati.

"Marka, maaf.."

Tangan Marka memegang kedua bahu cewek itu, terlalu kuat. Lebih pantas di sebut mencengkram. Jelova menahan tangis kesakitan, dia berusaha kuat menghadapi Marka.

"Say it! Tell me that you'll not marry another guy, except me! Say it!"

Namun bukannya melakukan yang Marka, gelengan isyarat menolak malahan yang dikeluarkan gadis itu.

"My apologies, Marka. We can't, We are not meant to be. I love you, but I will never take you away from your God."

Marka menatap gadis itu dengan pandangan tidak percaya. Mata tajam yang biasanya membawa kebahagiaan untuk Jelova itu perlahan memerah dan berair. Pegangannya merosot hingga ke lengan bawah Jelova, badan tegapnya merosot dan berakhir di atas konblok taman.

"No! You're a liar! Where's your promise to be my wife? My future? Our family?" Marka bertanya dengan air mata mulai menuruni pipinya hingga ke garis rahang tegasnya.

Ini pertama kalinya Jelova membuat seorang lelaki menangis, terlebih Marka. Cowok itu menyayanginya, dan begitupun sebaliknya.

"Jangan tinggalin aku.."

"Maaf, Marka. Kita ga bisa bersama."

"Tapi aku butuh kamu, Jelova."

"You deserve someone better," Tangan mungil itu bergerak mengusap air mata sang lelaki, ia tak memedulikan pipinya sendiri yang sudah basah terkena air matanya yang sedari tadi menetes tanpa henti.

"Marka, anak ganteng. Cowok kesayangan Jelova yang paling keren.. Nanti kalau udah ada cewek yang bisa jagain kamu lebih baik dari aku, kamu harus lebih bahagia okay?"

"Kamu harus ajak dia makan di penyetan deket beringin. Terus, beliin dia permen kapas, es krim, dan coklat setiap hari Valentine. Jangan berantem terus, kadang kadang jadi siswa baik baik juga asik kok! Aku yakin, kamu kalo jadi siswa yang ga bandel pasti langsung dijadiin murid kesayangan guru," kekeh gadis itu.

"Ajak dia ke bioskop buat nonton minions, jangan ke tongkrongan mulu. Kasian ntar kena asap rokok!"

"Udah.." Marka bersuara dengan parau, "Jelo, aku cuma sayang kamu. Aku maunya kamu, gamau yang lain. Jangan kaya gini, please.."

Marka kembali menangis dengan wajah di tangkupan tangan Jelova. Tidak ada kata rela sama sekali. Tentu saja, Jelova itu segalanya untuk Marka.

Jelova kemudian turun dari kursi taman dan berjongkok di depan Marka. Tangannya bergerak untuk menarik cowok itu ke pelukannya.

Last hug?

"Please be happier, my Lion."

- C O U P L E G O A L S -

Dah ya relain Mark buat sy 😊
Jk. 😭😭

 😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] How To Be A Couple GoalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang