×Eps 10 [ TERULANG ]×

2 2 0
                                    

Aku menggerutu sepanjang jam makan siang. Pasalnya, Sabtu ini aku harus masuk jam ekstrakurikuler basket dan aku terlalu malas untuk datang ke sekolah di saat matahari sedang terik teriknya.

Zera, seperti biasa, akan-dan sudah pasti-menjadikan aku sebagai bahan candaan setiap aku bertemu dengannya.

Tapi syukurlah, dia tidak bersama kami duduk di kantin. Dia dan Alvin sedang ada di ruang TU (Tata Usaha)-entah sedang apa.

"Jadi? Kau akan tetap bolos masuk?" Nindy bertanya sembari menyeringai.

Aku menatap sinis padanya. Dia kira aku akan tetap bolos jika pada akhirnya aku dikeluarkan dari tim?

Nindy tertawa jail. "Aku hanya bercanda."

Omong omong, jika aku boleh jujur, aku merasa aneh dengan sikap Nindy yang sekarang. Aku mengakui, jika aku yang memintanya untuk kembali ke sifatnya dulu. Tapi akhir akhir ini, Nindy malah lebih sering bergurau ketimbang serius.

Tapi ya, aku menikmati dirinya yang sekarang. Setidaknya, aku tidak perlu bersusah payah untuk mencari hiburan saat aku sedang bosan di apartemen.

Kemudian, terdengar langkah tergopoh gopoh mendekati meja yang sedang kami singgahi-dan rupanya itu Zera dan sudah tentu bersama Alvin.

Zera menepuk meja dengan sangat keras sehingga suaranya seperti menggema di seluruh sudut kantin. Karena hal itu, aku dan Nindy sedikit terkejut.

"Kau kerasukan apa sih Zer?" Aku bertanya heran.

Dia menarik kursi dan duduk di depan ku dengan lesu. Alvin menyusul duduk di sebelahnya sambil sedikit menyeringai.

Aku dan Nindy bersitatap sejenak dan menghujam pandangan kami pada Alvin, bertanya lewat tatapan. Dia kenapa?

Alvin bisa membaca pikiran kami dan dia menjawab, "Bulan depan dia akan ikut Olimpiade Biologi tingkat SMA yang ada di Bogor."

Dia menghembuskan nafas dan menarik senyum menyeringai kemudian dia bilang, "dan kabar baiknya kita bertiga tak perlu menyiksa otak kita selama 30 hari kedepan."

Aku terdiam sejenak.

Setelah itu aku tertawa terbahak bahak di depan muka Zera. Jemari telunjuk ku berputar di depan mukanya dan kubilang, "selamat ya Zer. Kau masuk ke lubang Ular."

Nindy meringis dan menggeleng gelengkan kepalanya. "Sabar Zer. Nicky kalau sedang bercanda memang sedikit ekstrem," ujarnya.

"Hah ... tahu begini aku tidak akan mengikuti ekstra Biologi," ucapnya, dan setelah itu menundukkan kepalanya.

Alvin justru menatap dingin kepada Zera. "Hei, tak selamanya dunia ini dilalui dengan mudah, kau harus tau itu," ujarnya.

~ℳ~

"Hah? Serius Nick?! " Zera berseru, sampai sampai telingaku menjadi sakit.

Aku mengangguk dan menjawab, "Iya, aku serius. Aku meninggalkannya di Apartemen sendirian."

"Gila! Nyalinya Nindy kuat juga," ujar Zera.

Aku dan Alvin menatap heran pada Zera. Memang apa salahnya meninggalkan Nindy sendirian di Apartemen?

"Katanya, meninggalkan perempuan sendirian di Apartemen berbahaya loh," bisik Zera.

"Zera, bisa tidak kau kurangi menonton siaran yang dipenuhi dengan omong kosong?" Alvin bertanya sinis.

"Hei, itu bisa terjadi tau!" Zera membalas sengit.

Aku buru buru menenangkan dua anak SMA itu sebelum pertengkaran mereka terus berlanjut.

Hari ini, aku, Zera dan Alvin sedang berada di sekolah-seperti yang aku jelaskan sebelumnya. Kegiatan kami baru saja selesai, dan berganti jam istirahat.

Saat aku masih asyik mengobrol dengan Alvin-dan juga Zera tentunya, mendadak ponselku bergetar. Kuraih benda itu yang tergeletak di atas meja kantin. Terlihat, nomor yang tidak kusimpan itu, muncul di layar.

Zera melirik ke arah ponselku, karena aku diam bergeming tak menerima panggilan itu.

"Kenapa diam? Angkat dong telponnya," katanya.

Aku masih merasa ragu ragu untuk mengangkatnya.

"Angkat saja. Siapa tau penting," ucap Alvin. Zera mengangguk setuju.

Aku menerima telpon itu dan kemudian terdengar suara samar samar yang sangat asing bagiku.

Suara perempuan !

"Penghuni Skyland Sentul Tower Apartement dengan atas nama Arnolda Glennicky, apa benar itu anda?" tanya perempuan itu.

"Ya, benar. Itu saya," jawabku, "ada apa?"

Lawan bicaraku menghembuskan nafas dalam dalam dan kemudian ...

"Teman perempuan anda, atas nama Arnelda Glennindy mengalami kecelakaan," katanya.

Aku membatu.

"Teman perempuan anda itu mengalami kecelakaan di tangga karena terdorong oleh salah satu karyawan yang sedang bekerja. Kami mohon maaf, karena kinerja karyawan kami yang kurang memuaskan," sambungnya dengan nada perlahan.

Aku masih saja tertegun. Bisa kurasakan kedua mataku terbelalak dan nafasku berhenti di kerongkongan.

"Sekarang teman perempuan anda sedang dilarikan ke rumah sakit," ucapnya.

Lawan bicaraku diam sesaat.

"Halo, anda masih disana?" tanyanya.

Aku menutup panggilan itu dengan perlahan. Tanganku terjatuh di atas meja, dan mulutku sedikit menganga. Kemudian, teman temanku melihat dengan ekspresi cemas.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Zera bertanya dengan dahi sedikit berkerut.

Belum sempat menjawab pertanyaan Zera, aku berlari ke arah parkiran motorku dengan cepat.
Aku berlari dengan cemas, takut, bingung dan perasaan lainnya bercampur aduk di pikiranku.

Tidak !
Tidak akan kubiarkan hal itu terjadi lagi !
Kumohon Tuhan ...
Bantu aku ...

Jelmaan Bunga DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang